Sumatra Utara, Sonora.ID – Jalan Tol Binjai-Pangkalan Brandan yang dikerjakan oleh PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) menjadi pilot project untuk penerapan green construction di lingkungan usaha PT Hutama Karya (Persero) Group.
Green construction pada jalan tol ini diimplementasikan mulai dari proses perancangan hingga konstruksinya.
Pelaksanaan green construction ini merupakan bentuk penerapan dari Peraturan Menteri PUPR No. 9 Tahun 2021 mengenai konstruksi berkelanjutan, yang diharapkan dapat menjamin proses konstruksi yang ramah lingkungan dan juga berdampak terhadap keberlanjutan konstruksi.
Pada Jalan Tol Binjai-Pangkalan Brandan, HKI mengimplementasikan empat belas kriteria konstruksi berkelanjutan.
Salah satu aspeknya adalah standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan yang direalisasikan dengan melakukan identifikasi rona awal lingkungan sekitar proyek untuk memetakan potensi risiko lingkungan dan pengendaliannya selama proses pembangunan.
Hal ini lalu dituangkan ke dalam Rencana Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.
Pada aspek konservasi energi, implementasi green construction dilakukan melalui penggunaan LED lamp, smart lamp, dan solar cell pada akses tol STA 00 on ramp.
Sementara pada aspek konservasi air, HKI memanfaatkan sistem gravitasi pada menara air serta menggunakan saniter hemat air di tol gate dan kantor pengelola tol di Stabat.
Tidak hanya itu, konservasi air juga diimplementasikan dengan penggunaan rumput solid sodding untuk proteksi lereng dari gerusan air serta menahan limpasan air hujan di sekitar mainroad.
Penghijauan dengan penanaman jenis pohon berkayu seperti Mahoni juga dilakukan oleh HKI di sepanjang lereng jalan tol, interchange, kantor proyek dan kantor pengelola.
Selain daunnya yang berfungsi mengurangi polusi udara, akar pohon berkayu tersebut bermanfaat sebagai proteksi lereng dari longsoran serta meningkatkan persediaan air tanah.
Tanaman perdu berbunga seperti bugenvil, bunga raya, nusa indah juga ditanam di sepanjang akses masuk gerbang tol, interchange, dan kantor pengelola yang berfungsi menambah keindahan jalan tol.
Untuk memenuhi aspek kesehatan dan kenyamanan, HKI melakukan uji kualitas lingkungan secara berkala meliputi pengukuran tingkat kebisingan dan getaran serta kualitas air permukaan dan kualitas udara di sekitar lokasi konstruksi, menyediakan area terbuka hijau, menangani debu selama proses mobilisasi, serta menggunakan peralatan konstruksi yang memenuhi nilai ambang batas emisi.
Dari sisi manajemen lingkungan, HKI menyediakan infrastruktur pengelolaan limbah cair dan padat baik di lokasi kantor proyek, area pekerjaan, maupun kantor pengelola yang diserahterimakan.
Selain itu, disediakan pula sistem drainase temporer di area pekerjaan maupun pemeliharaan serta sistem drainase di mainroad serta kantor pengelola Stabat.
Pada pembangunan Tol Binjai-Pangkalan Brandan ini, HKI memanfaatkan material lokal sebanyak 15% dan menggunakan material prefabrikasi sebanyak 26% untuk mencegah timbulnya waste.
Dalam pengelolaan material dan waste, HKI menerapkan prinsip reuse dengan memanfaatkan material hasil galian tanah.
Material tanah yang masih dapat dipakai akan dibawa ke lokasi pekerjaan timbunan.
Selain itu, pemanfaatan sisa steel pipe untuk modifikasi spun pile juga menjadi salah satu implementasi recycle dalam pelaksanaan green construction.
Dari aspek tepat guna lahan, pada desain pembangunan jalan tol tepatnya STA 0+000 s.d STA 16+159 juga dilakukan perubahan trase.
Perubahan ini dilakukan agar tidak banyak merelokasi permukiman warga serta area persawahan yang berfungsi sebagai lahan tanaman pangan berkelanjutan.
Lahan permukiman terdampak yang pada desain awal seluas 20,86 hektar berkurang menjadi 8,59 hektar serta lahan pertanian terdampak berkurang dari 40,79 hektar menjadi 0,74 hektar.
Dari sisi sosial, HKI juga berusaha mengurangi disparitas sosial dengan memperhatikan inklusivitas kepada masyarakat seperti melibatkan pekerja dan vendor lokal dalam proses pembangunan.
Partisipasi tenaga kerja lokal Provinsi Sumatra Utara dalam pembangunan Tol Binjai – Pangkalan Brandan mencapai 49%.
Tidak hanya itu, 10% tenaga kerja yang berkontribusi dalam pembangunan ini merupakan tenaga kerja wanita, disabilitas, dan kaum marginal.
UMKM lokal juga berperan dalam penyediaan barang dan jasa dengan persentase sebesar 34% dari keseluruhan pengadaan yang dilakukan.
Dalam aspek estetika dan pelestarian budaya, HKI juga turut melestarikan budaya lokal dengan mengadaptasi desain yang mengangkat nuansa adat Melayu.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News