Contoh Teks Negosiasi dalam Bentuk Narasi (
unsplash.com)
Contoh 1
Pak Andy merupakan seorang petani yang sudah menghabiskan 20 tahun mengolah sawah yang dimilikinya.
Setiap tahunnya, ia biasa menjual hingga ratusan ton hasil panen padi dengan keuntungan yang begitu besar.
Berencana untuk memperbesar usahanya tersebut, Pak Andy ingin membeli sawah milik tetangganya.
Tetangga yang dimaksud yaitu Ibu Reno yang memiliki sawah sesuai dengan keinginan dan rencana bisnis yang sudah dibuat oleh Pak Andy.
Mereka akhirnya bertemu dan membicarakan tentang penjualan sawah tersebut.
Awalnya, Ibu Reno tidak ada niat untuk menjual sawah yang dimilikinya kepada siapapun. Namun, Pak Andy berusaha untuk memberikan harga beli yang cukup tinggi.
Meskipun harganya cukup melebihi yang ada di pasaran, hal ini tidak membuat Ibu Reno memunculkan niat untuk menjual.
Pak Andy yang membutuhkan sawah tersebut memberikan penawaran untuk mengolah sawahnya saja tanpa membeli.
Akhirnya, mereka mencapai keputusan ini dan menandatangani beberapa dokumen penting berisi perjanjian tersebut.
Pagi itu, penjual ikan keliling yang biasa mengelilingi kompleks perumahan di mana Bu Wati tinggal, datang. Bu Wati yang memang sudah berlangganan dengan penjual ikan kemudian menghampiri dan mulai mencari ikan yang hendak dibeli.
Langsung saja Bu Wati memilih jenis ikan yang dibawa oleh penjual. Ketika hendak menentukan jenis ikan yang akan dibeli, antara ikan bandeng dan ikan baronang, Bu Wati menanyakan kepada penjual mengenai kualitas kedua jenis ikan tersebut.
Sang penjual mengatakan bahwa semua ikan yang dibawanya kesegarannya terjamin karena baru subuh tadi diambil dari tempat pelelangan ikan. Karena ikan baronang tampak lebih baik daripada ikan bandeng maka Bu Wati memilih membeli ikan Baronang. Namun, ia tiba-tiba teringat dengan suaminya yang sangat ingin memakan ikan bandeng maka ia putuskan untuk membeli ikan bandeng.
Setelah memutuskan membeli ikan bandeng, Bu Wati kemudian menanyakan berapa harga yang ditawarkan oleh penjual ikan tersebut. Seekor ikan bandeng dihargai Rp15.000, tapi jika membeli sebanyak empat ekor harganya cuma Rp50.000 saja. Bu Wati merasa harga yang ditawarkan penjual terlalu mahal mengingat ikan bandeng yang sering ia beli di pasar harganya hanya Rp10.000 per ekornya.
Maka, Bu Wati menawar ikan bandeng tersebut dengan harga Rp40.000 untuk empat ekor. Sang penjual menolak dengan alasan ia tidak mendapatkan keuntungan jika menjual ikannya dengan harga yang ditawarkan Bu Wati. Kemudian, penjual ikan menurunkan sedikit dari harga semua yakni Rp47.000. Namun, Bu Wati merasa jika harga tersebut masih tergolong mahal untuk ikan bandeng.
Bu Wati kemudian menaikkan sedikit tawarannya menjadi Rp43.000. Si penjual ikan menyetujui penawaran kedua Bu Wati karena dia merasa harga ini sudah cocok dan bisa mendapatkan sedikit keuntungan.
Di sisi lain, Bu Wati juga merasa harga ini pantas untuk ikan bandeng. Kalaupun ada perbedaan harga dari ikan yang sering ia beli di pasar, hanya Rp3.000 saja. Setelah harga disepakati, Bu Wati membayar ikan bandeng yang dibelinya.
Setiap pagi, para nelayan yang baru pulang melaut kembali ke pasar untuk menjual hasil tangkapannya.
Ada beberapa pelanggan yang sudah biasa menunggu dan selalu membeli hasil tangkapan laut dari nelayan tertentu.
Sama seperti hari-hari lainnya, para pelanggan langsung memilih dan mencari hasil tangkapan laut terbaik yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Saat memilih tangkapan laut, ada pelanggan yang menanyakan perbedaan dari dua jenis ikan yang ada.
Nelayan juga membantu untuk menjelaskan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing ikan tersebut dan olahan yang tepat untuk dimasak.
Pelanggan tersebut akhirnya memilih ikan yang diinginkan untuk membuat menu makanan di restorannya.
Setelah memutuskan jenis ikan yang didapatkan, pelanggan menanyakan harga dari ikan yang akan dibelinya tersebut.
Nelayan memberikan harga Rp800 ribu untuk keseluruhan ikan yang sudah dipilih.
Melihat harganya yang lebih tinggi dibanding biasanya, pelanggan mencoba untuk menawar agar mendapatkan harga yang lebih murah.
Ia memberikan penawaran harga Rp500 ribu untuk dua kantong ikan.
Nelayan menolak penawaran tersebut karena dirinya merasa sudah sesuai dengan harga pasar yang ada.
Dia juga menjelaskan bahwa ada kenaikan harga ikan karena biaya yang diperlukan untuk menangkap juga lebih tinggi.
Di sisi lain, pelanggan merasa harga yang diberikan terlalu tinggi dan Rp500 sudah sesuai dengan kualitas serta kuantitas dari ikan tersebut.
Pelanggan dan nelayan mencoba untuk mendapatkan harga seimbang sehingga keduanya sama-sama mendapatkan keuntungan.
Akhirnya mereka mendapatkan kesepakatan dua kantong ikan tersebut untuk harga Rp600 ribu.
Kemudian, pelanggan membayarkan ikan sesuai dengan kesepakatan dan mengucapkan terima kasih.
Nelayan lalu melanjutkan kegiatannya untuk menjual ikan yang masih tersisa kepada pelanggan lain.
Contoh 4
Sudah sebulan lebih penduduk desa geger karena isu akan dibangunnya jalan melintasi kompleks pekuburan. Rencana ini sebenarnya telah lama digagas oleh kantor desa karena sangat dibutuhkan untuk mempermudah akses ke jalan utama.
Staf desa pun telah mengukur area yang akan terkena badan jalan. Tiba-tiba pula warga mendatangi Pak RT mengadakan pertemuan mendadak hari Sabtu sore di rumahnya untuk membicarakan rencana pembangunan jalan tersebut.
"Para warga yang saya hormati, saya tahu kerisauan Bapak Ibu sekalian. Mari kita membicarakan masalah ini dan mencari solusinya. Saya sebagai perpanjangan tangan bapak Kepala Desa akan menjelaskan rencana tersebut," kata Pak RT membuka pertemuan.
"Begini Pak RT, kami sebagai warga masyarakat menilai bahwa pembangunan jalan tersebut tidak tepat. Karena, badan jalannya akan mengenai makam. Kami menyatakan tidak setuju dengan pembangunan tersebut," kata seorang warga.
"Iya, memang seperti itu nantinya, ada beberapa makam yang akan tepat di lewati badan jalan. Namun, jalan ini sangat dibutuhkan oleh seluruh warga desa. Sekarang ini warga harus memutar sangat jauh untuk menuju ke jalan provinsi. Jika jalan baru ini sudah jadi, maka jaraknya akan sangat dekat," kata Pak RT menjelaskan.
"Apa tidak sebaiknya Pak rencana tersebut dipindahkan ke lokasi lain. Mengingat, area yang akan dibangun adalah pekuburan, kami tidak mau makam keluarga kami dirusak karena pembangunan jalan baru ini," sahut warga lainnya.
"Dipindahkan ke lokasi lain kayaknya tidak mungkin Pak, karena dana dari desa sangat terbatas. Kita pasti harus melakukan pembebasan tanah terlebih dahulu dan ini membutuhkan dana yang sangat besar. Berbeda dengan tanah lokasi pekuburan tersebut, tanahnya adalah milik desa," Pak RT menjelaskan.
Pak RT melanjutkan; "soal makam keluarga Bapak Ibu, tetap akan diperlakukan secara layak. Kita akan pindahkan makam yang terkena dampak ke tempat lain di dalam kompleks pekuburan. Jadi, desa akan menanggung semua biaya pembuatan makam baru."
"Kalau begitu memang rencana kantor desa, kami setuju asalkan makam keluarga kami dipindahkan dengan makam yang baru dan layak. Kami juga sadari bahwa jalan itu memang penting buat warga, hanya saja kami risau dengan makam tersebut."
"Baiklah kalau begitu Bapak ibu, kiranya kita semua sudah sepakat dengan pembangunan jalan itu. Saya berterima kasih kepada bapak-ibu sekalian yang mau membicarakan ini secara baik-baik dan menerima rencana pembangunan jalan tersebut," kata Pak RT senang.