Sonora.ID - Simak ulasan materi tentang pengertian, ciri-ciri dan contoh puisi elegi berikut ini.
Ada berbagai karya sastra yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satunya adalah puisi.
Puisi merupakan karya sastra yang bahasanya terikat oleh rima, matra, irama serta penyusunan larik dan bait.
Karya sastra satu ini membawa pembaca dan pengarangnya untuk terbawa suasana.
Bisa berupa kebahagiaan, sedih, suka duka, hingga kehilangan.
Baca Juga: 5 Contoh Puisi Akrostik, Cocok Jadi Referensi!
Pengertian Puisi Elegi
Dikutip dari Buku Pembelajaran Puisi untuk Mahasiswa, dijelaskan bahwa elegi merupakan karya sastra yang berbentuk puisi dan digubah untuk mengungkapkan kesedihan, kerinduan, atau kemalangan atau istilah lain sebagai puisi terapan.
Ciri-ciri Puisi Elegi
Sebuah puisi elegi memiliki ciri-ciri yakni dipenuhi rasa:
Contoh Puisi Elegi
1. Elegi
Karya Joko Pinurbo
Maukah kau menemaniku makan?
Makan dengan piring yang retak
dan sendok yang patah.
Makan, menghabiskan hatiku yang pecah.
Itulah makan malam terakhirnya
Di surga kecilnya yang suram.
Besok ia sudah terusir kalah
Dan harus pergi menuju entah
Lalu mereka berfoto bersama
Sementara mobil patrol berjaga-jaga
di ujung sana. Lalu hujan
datang memadamkan api di matanya.
Ia akan sering merindukan hukuman
dan sering menengoknya
lewat mesin pencari kenangan
sebelum malam mimpinya.
2. Elegi II
karya Asrul Sani
Ia yang hendak mencipta,
menciptalah atas bumi ini.
Ia yang akan tewas,
tewaslah karena kehidupan.
Kita yang mau mencipta dan akan tewas
akan berlaku untuk ini dengan cinta.
dan akan jauh seperti permata mahkota
berderai sebutir demi sebutir.
Apa juga masih akan tiba.
Mesra yang kita bawa, tiadalah
kita biarkan hilang karena hisapan pasir.
Engkau yang telah berani menyerukan,
Kebenaranmu dari gunung dan keluasan
Sekali masa akan ditimpa angin dan hujan.
Jika suasana hilang dan engkau mati,
Maka kami akan berduka, dan akan
menghormat bersama kekasih kami.
Kita semua berdiri di belakang tapal.
Dari suatu malam ramai,
Dari suatu kegelapan tiada berkata,
Dari waktu terlalu cepat dan kita mau tahan.
Dari perceraian - tiada mungkin.
Dan sinar mata yang tiada terlupakan.
Serulah, supaya kita ada dalam satu an.
Serulah, supaya jangan ada yang sempat merindukan senja
Terik yang keras tiada lagi akan sanggup
mengeringkan kembang kerenyam
Pepohonan sekali lagi akan berdahan panjang
Dan buah-buahan akan matang pada tahun yang akan datang.
Mungkin engkau orang perang dan aku petualang
Tetapi suatu hari cinta telah dijanjikan
Jika bulan Juni telah pulang
Aku akan membaca banyak pada waktu malam
Dan mau kembali ke pantai Selatan jika kemarau telah datang.
Laut India akan melempar parang
Bercerita dari kembara cinta dan perceraian
Aku akan minta, supaya engkau
Berdiri curam, atas puncak dibakar panas
dan sekali lagi berseru, akan pelajaran baru.
Waktu itu angin Juni akan bertambah tenang
Karena bulan berangkat tua
Kemarau akan segan kepada bunga yang telah berkembang.
Di sini telah datang suatu perasaan,
Serta kita akan menderita dan tertawa.
Tawa dan derita dari
yang tewas
yang mencipta...
3. Ia yang hendak Permintaan
karya W.S Rendra
Wahai, rembulan yang pudar
Jenguklah jendela kekasihku!
Ia tidur sendirian,
Hanya berteman hatinya rindu
Baca Juga: Pengertian Puisi beserta Ciri, Unsur, Contoh dan Strukturnya
Contoh Puisi Elegi
4. Senja di Pelabuhan Kecil
karya Chairil Anwar
Buat: Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Diantara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut,
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan terdekap
5. ELEGI TSUNAMI
Karya: Kinayati Dojosuroto
"Ya Allah, terimalah mereka di sisi-Mu"
Kidung-kidung sepi terlantun
Diiringi dzikir panjang yang tak berkesudahan
Sejuta air mata pilu
Membasahi tanah-tanah tumpah darah
Yang tak berpenghuni lagi
Karena diporak-porandakan "gempa tektonik" dan
"Badai tsunami
Aku mau menuliskan kesedihanku
Pada ranting-ranting pohon yang tumbang
Aku mau membangun impianku
Pada gedung dan rumah-rumah yang puing
Aku mau menghanyutkan kegelisahanku
Pada sungai-sungai yang telah mengeristal lumpur
Aku ingin mencurahkan ratapanku
Pada teman-teman yang terbujur kaku
Pada saudara-saudara yang hilang entah di mana
Aku ingin mendulang cintaku
Pada sampah-sampah yang berserakan
Tapi... tak bisa lagi
Tangan ini tak bisa menulis lagi
Tak bisa lagi menaburkan kembang-kembang duka
Di atas pusara-pusara masal
Air mata ini tak sanggup lagi mencari mata air
Di bumi Nanggroe Aceh Darussalam
Wahai Yang Maha Pengasih
Kami bersujud memohon ampunan
Dan menyerahkan hidup mati di tangan-Mu
Karena kami sering melupakan-Mu
Jakarta, Akhir Desember 2004
Demikian ulasan tentang pengertian, ciri-ciri dan contoh puisi elegi yang menarik. Semoga bermanfaat.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News