Semarang, Sonora.ID - Stasiun Tawang Semarang punya cara khasnya tersendiri untuk menyambut penumpang. Bel kedatangan kereta diganti dengan alunan instrumentalia musik “Empat Penari” atau yang kini lebih dikenal dengan judul yang lebih luas, “Gambang Semarang”.
“Empat Penari” cipta musisi keroncong Oey Yok Siang pada tahun 1940 adalah lagu yang sering dibawakan dalam kesenian Gambang Semarang yang awalnya dipentaskan di Klenteng Tay Kak Sie di Kawasan Gang Lombok. Sebenarnya musik Gambang Semarang tak hanya soal “Empat Penari”, namun setelah bergesernya zaman, judul “Gambang Semarang” justru melekat pada “Empat Penari” menggantikan judul aslinya.
Kini, memori kolektif orang-orang terbangun di Stasiun Tawang tanpa mendengar vokal sinden, mengabaikan lirik, menyisakan suara instrumen.
Stasiun Tawang menjadi saksi bisu bagi berbagai momen perpisahan dan pertemuan, di mana setiap langkah penumpang diiringi oleh melodi "Gambang Semarang," menciptakan suasana yang tak terlupakan. Di sinilah, kenangan tentang pulang ke kampung halaman, pertemuan dengan orang tersayang, perpisahan dengan kekasih, dan momen-momen berharga lainnya terpatri dalam ingatan, dengan musik sebagai pengingat setia.
Mendengarkan musik memiliki keajaiban tersendiri dalam membawa kita pada perjalanan melintasi kenangan masa Musik memiliki kemampuan untuk memunculkan ingatan tentang orang-orang yang pernah bersama kita, lokasi tempat di mana pengalaman itu terjalin, dan perasaan yang terkait dengan kenangan tersebut. Fenomena ini dikenal sebagai ingatan otobiografi yang dipicu oleh musik. Umumnya, hal tersebut muncul secara spontan sebagai ingatan tak disengaja.
Sahabat Sonora, kalian tahu kenapa hal itu bisa terjadi? Pakar dan sejumlah penelitian mengungkapkan hal ini.
Baca Juga: 3 Fakta Menarik dari Kota Semarang yang Belum Banyak Orang Tahu
1. Musik akrab dengan otak dan tak terlupakan
Menurut pakar neurosains Ryu Hasan, dilansir dari Kompas.id, ketukan dan irama pada musik mirip dengan detuk jantung, yang menjadikan otak akrab dengan ketukan, warna suara, hingga nada. Keakraban itu membuat musik menjadi lebih familiar dan lebih sulit dilupakan otak.
2. Musik membantu memulihkan memori yang bergeser
Ryu Hasan menjelaskan bahwa ada dua jenis memori: yaitu memori eksplisit dan implisit. Memori implisit adalah memori jangka panjang yang dipelajari sejak bayi, sedangkan memori eksplisit adalah pengetahuan atau kesadaran terhadap pengalaman. Memori eksplisit ini selalu bergeser tercampur bias pribadi, atau terlupakan. Memori yang bergeser itu dapat dipulihkan mendekati kenyataan dengan pemicu seperti foto, video, tulisan, dan juga musik.
3. Musik tersimpan dalam memori bersama detail peristiwa hidup
Musik kerap mengiringi pengalaman manusia. Menurut Menurut studi yang dilakukan oleh International Psychogeriatric Association pada 2015, musik akan tersimpan dalam memori bersamaan dengan detail suatu peristiwa hidup yang tengah berlangsung saat itu. Ini membuat musik bisa menjadi pemicu untuk kembali mengingat peristiwa di masa lalu bertahun-tahun kemudian. Musik dapat berperan penting dalam menghubungkan kita kembali dengan momen-momen yang membentuk diri kita.
Dengan setiap kejadian perpisahan di Stasiun Tawang, baik perpisahan dengan kota maupun seseorang, iringan musik “Gambang Semarang” tersimpan bersama dengan detail memori itu.
Pada sekitar tahun 2019, denting piano yang memainkan “Gambang Semarang” di Stasiun Tawang sempat berganti menjadi versi jazz yang lebih enerjik dan modern. Wajar jika para pemilik memori dari versi lawas bel kedatangan kereta tersebut sempat merespon dengan keluhan. Kini, versi keroncong telah kembali walau tidak lagi dengan denting piano kaku yang sederhana.
Sebagai penanda perpisahan dan pertemuan, Stasiun Tawang menjadi tempat yang melibatkan ingatan akan kota, pengalaman-pengalaman di sana, dan perjalanan hidup yang berkembang di Ibu Kota Jawa Tengah. Begitu pula dengan “Gambang Semarang”.
"Gambang Semarang" tidak hanya menjadi sambutan untuk kedatangan penumpang, tetapi juga sebuah karya seni yang merekam beragam memori pribadi, merangkum peristiwa berbeda orang-orang selama bertahun-tahun lamanya. Dari Klenteng Tay Kak Sie Gang Lombok Semarang, hadir dalam benak tiap orang, merangkum ragam peristiwa.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Tempat Nongkrong di Semarang yang Menarik dan Seru
Penulis: Khizbulloh Huda