Boyolali, Sonora.ID – Saat ini masih belum banyak ditemukan daerah penghasil padi yang panen. Akibatnya, harga beras di pasaran pun terus melejit, termasuk di daerah Boyolali.
Di pasaran Boyolali, beras yang harganya di bawah Rp15 ribu saat ini sudah tidak tersedia.
Termasuk di Pasar Kebonagung, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.
Salah satu pedagang beras di Pasar Kebonagung, Ryan mengatakan bahwa sejak Januari harga beras terus mengalami kenaikan.
Kenaikan harga beras bertahap mulai dari Rp500 hingga Rp1 ribu per kilogramnya.
"Saat ini jadi saja jual yang paling murah itu Rp 16 ribu yang mahal Rp 17 ribu. Rentangnya ya Rp 16 ribu, Rp 16,5 ribu dan Rp 17 ribu," terang dia.
Baca Juga: Usai Sidak ke Pasar Induk Gedebage, Bey Jamin Ketersediaan Beras Aman dan Terkendali
Menurutnya, salah satu faktor yang menyebabkan harga beras terus melejit adalah dampak dari kemarau panjang yang menyebabkan banyak petani gagal panen.
"Ya karena dampak El Nino itu banyak yang gagal panen terus petani juga ngeluh harga pupuk tinggi jadikan harus dijual tinggi juga dari petani," tambahnya.
Heni Nila Sari (47), pedagang sembako di Pasar Boyolali Kota menambahkan, harga beras melambung tinggi hingga menyentuh Rp17 ribu per kilogramnya.
"Dulu paling murah beras 5 kilogram itu Rp55 ribu, sekarang jadi Rp 78 ribu, itu paling rendah dan paling murah," terang dia.
"Sekarang paling bagus Rp88 ribu per 5 kilogram, atau Rp17 ribu per kilogram," tambahnya.
Dia mengaku kenaikan harga ini jelas membuat konsumen protes. Namun, karena bahan pokok mau tak mau masyarakat tetap membeli.
Jika awalnya mampu membeli satu sak ukuran 25 kilogram, kini hanya mampu mengecer kemasan 3 sampai 5 kilogram.
Masyarakat juga cenderung memburu beras dengan harga termurah. Harga beras berbeda per kilogramnya disesuaikan dengan kualitasnya.
Baca Juga: Jelang Ramadan, Sejumlah Bapok di Kota Bandung Naik, Stok Beras Aman
"Stoknya ya menurun. Saya kulakan juga sedikit-sedikit saja, karena takut nanti harganya tiba-tiba turun. Karena sekarang kan harganya gak stabil, tiba-tiba turun nanti naik lagi," kata dia.
"Khawatirnya itu. Meski pasokan masih ada, kami ambil dari Pasar Legi (Solo) dan Delanggu (Klaten)," imbuhnya.
Penulis: Ika Andriani