Menurutnya, kenaikan tersebut membuat petani lokal diuntungkan, terlebih lagi kenaikan terjadi pada beras yang diproduksi petani lokal.
Pasalnya, Bupati Sri Mulyani melihat kenaikan harga beras bisa menguntungkan para petani lokal.
"Dengan naiknya harga beras ini ya para petani diuntungkan, ya sekali-kali nggak apa-apa diuntungkan, yang penting naiknya tidak signifikan dan nanti segera panen lagi saja," ujarnya.
Diungkapkan salah satu pedagang Pasar Gedhe Klaten Sunarti (65) bahwa kenaikan harga beras sudah terjadi sekitar 2 pekan terakhir.
"Kalau kenaikannya itu bertahap, setiap hari Rp 200 rupiah selama 2 pekan terakhir," jelasnya
Baca Juga: Guna Gali Potensi Pajak, DJP Jateng II Gandeng Pemerintah Daerah
Dengan kenaikan harga yang terjadi, kini harga beras terendah tipe C64 Rp 16 ribu per kilogram, mentik wangi Rp 17 ribu, beras cadangan Bulog SPHP kemasan 5 kilogram di harga Rp 54 ribu, sementara untuk beras premium kemasan 5 kilogram kini di harga Rp 85 ribu.
"Ini yang ada (ready stock) hanya C64 sama beras premium kemasan 5 kilogram, yang lain kosong udah beberapa hari," tambahnya.
Akibat harga yang terus melambung berdampak langsung pada omset penjualannya.
Jika sehari bisa menjual 100 kilogram, semenjak harga beras naik omzetnya ikut turun jauh.
Pasalnya para pelanggannya didominasi pedagang makanan.
Mereka lebih memilih mengurangi jumlah pembelian sementara waktu.
"Pedagang pada ngeluh semua mahal terutama beras. Kalau mau naikin harga enggak mungkin, akhirnya milih nurunin porsi nasinya," ungkapnya.
Baca Juga: Diduga Alami Gangguan Jiwa, Pria ini Mengamuk dan Berteriak Mengancam
Ia berharap pemerintah dapat menurunkan harga beras sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.
"Kalau semua naik pembeli otomatis sepi dan untung saya kecil. Sedangkan kebutuhan sehari-hari tetap harus terus terpenuhi," pungkasnya.
Penulis: Ika Andriani