“Jadi kepala daerah sebagai eksekutor harus underline perhatikan ini yang disampaikan Pak Andre, jangan disimpan dalam hati tapi dimplementasikan,” tuturnya.
Di sisi lain, Wagub Kandouw menduga adanya permainan harga bahan pangan dilakukan oleh tengkulak.
“Tengkulak-tengkulak identifikasi sentral produksi kita. Mulai dari kentang di Modoinding, Tomat di Langowan dan Tompaso. Jauh-jauh hari sudah dibeli ke petani,” terangnya.
Hasil tengkulak itu, tambah dia, dibawa ke pasar-pasar besar seperti di Kota Manado. “Akhirnya yang untung mereka tengkulak ini,” ujarnya.
Dalam jangka pendek ini, wagub mengusulkan untuk sering mengupdate harga bahan pangan di Sulut.
“Masalah harga bahan pangan jangan sebulan sekali. Kalau perlu day by day. Setiap hari laporkan ke sekda dan bupati, walikota supaya kita boleh lihat. Jangan sudah parah baru kita turun ke bawah. Tolong day by day kalau perlu live. In time monitor harga bahan pangan ini,” tuturnya.
Orang nomor dua di Sulut ini juga menyarankan penetrasi untuk menekan harga bahan pangan lewat dana desa.
“Dana desa boleh kita gunakan. Juknis dana desa ada juga boleh untuk korelasi pencegahan inflasi pangan,” terangnya seraya mengapresiasi atas gagasan BI yang ikut melibatkan tokoh agama dalam pengendalian inflasi di Sulut.
Di akhir sambutannya, Wagub Kandouw meminta para pemangku keputusan yang hadir agar meninggalkan warna karena pesta demokrasi telah berakhir.
“Mudah-mudahan musuh yang kita hadapi inflasi terutama bahan pangan kita berani sama-sama. Ini tidak lihat warna, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden sudah lewat. Ini yang kita hadapi bersama-sama,”tukasnya.