6 Ceramah Singkat Ramadhan dan Judulnya yang Menguatkan Iman

5 Maret 2024 18:20 WIB
Ilustrasu Ramadhan 2024
Ilustrasu Ramadhan 2024 ( istock/Allexxandar via www.hrzone.com)

Sonora.ID - Simak 6 ceramah singkat Ramadhan dan judulnya yang penuh makna.

Bulan Ramadan merupakan momen istimewa bagi umat Islam. Pada bulan suci ini, umat Islam wajib berpuasa selama sebulan penuh.

Berdasarkan kalender Hijriah terbitan Kementerian Agama (Kemenag), awal puasa Ramadan jatuh pada 12 Maret 2024. Sementara itu, puasa 2024 menurut Muhammadiyah jatuh pada 11 Maret 2024.

Selama puasa 2024, umat Islam akan menghadiri ceramah Ramadhan yang semakin menginspirasi dan menguatkan iman.

Berikut ini 6 ceramah singkat Ramadhan dan judulnya yang menginspirasi dan menguatkan iman.

Baca Juga: 30 Quotes Menyambut Ramadhan untuk Mempererat Silaturahmi

1. Sabar Berbuah Manis

Sebuah kebahagiaan yang teramat besar bagi kita bahwa tahun ini kita dapat bertemu kembali dengan bulan Ramadhan. Dengan berpuasa, kita memiliki kesempatan untuk mengasah kesabaran kita.

Melatih kesabaran memang berat dan terkadang pahit, namun buahnya sangat manis.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 153:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ

yā ayyuhallażīna āmanusta’īnụ biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh, innallāha ma’aṣ-ṣābirīn

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.

Dalam ayat tersebut, disebutkan bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar. Apa yang lebih indah… apa yang lebih manis dari kebersamaan dengan Allah.

Bahkan dalam surat Ali Imran ayat 146, Allah berfirman:

وَاللّٰهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِيْنَ

Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.

Bukankah sungguh manis jika kita dicintai oleh Allah.

Arti sabar

Apa sebenarnya sabar itu: dalam bahasa Arab, secara bahasa sabar berarti radhiya (ridha), tajallada (mengikat) tahammala (beratahan), ihtamala (menahan), dan dalam menghadapi sesuatu fi huduu’ wa ithmi’naan (dalam ketenangan) dan duuna syakwaa (tanpa mengeluh).

Tidak mudah untuk sabar
Namun tentunya untuk mencapai tingkatan itu tidaklah mudah. Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 45

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ

wasta’īnụ biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh, wa innahā lakabīratun illā ‘alal-khāsyi’īn

Artinya: Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.

Mengapa berat? Karena sebagaimana arti bahasanya sendiri, dalam bersabar kita harus mampu menahan diri dan bertahan dari hal-hal yang menggoda kita, dari hal-hal yang tampaknya menyenangkan dan memberikan kenikmatan.

Jenis kesabaran

Jika kita berkaca dari kisah Nabi Yusuf dalam Al-Quran. Setidaknya ada 3 jenis kesabaran yang harus kita asah. Yaitu sabar menahan amarah, melawan godaan nafsu, dan menghadapi cobaan:

Sabar menahan amarah

Bentuk kesabaran yang pertama adalah sabar dalam menahan amarah. Saat Nabi Ya’qub (Ayah Nabi Yusuf) menerima kabar bahwa Nabi Yusuf dimakan oleh serigala, yang ia katakan adalah “fashabrun jamiil”. Hal ini terekam dalam Surat Yusuf ayat 189:

wa jā`ụ ‘alā qamīṣihī bidaming każib, qāla bal sawwalat lakum anfusukum amrā, fa ṣabrun jamīl, wallāhul-musta’ānu ‘alā mā taṣifụn

Artinya: Dan mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) darah palsu. Dia (Yakub) berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu; maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.”

Kesabaran menahan amarah juga ditunjukkan oleh Nabi Yusuf. Di penghujung kisah Nabi Yusuf, saat Nabi Yusuf telah menjadi orang besar dan para saudaranya yang dahulu kini meminta maaf padanya, beliau tidak memarahi ataupun mencaci maki. Justru beliau berkata, sebagaimana terekam di dalam al-Quran:

قَالَ لَا تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَۗ يَغْفِرُ اللّٰهُ لَكُمْ ۖوَهُوَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ

qāla lā taṡrība ‘alaikumul-yaụm, yagfirullāhu lakum wa huwa ar-ḥamur-rāḥimīn

Dia (Yusuf) berkata, “Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni kamu. Dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang. (Yusuf: 92)

Bayangkan, bukan hanya tidak mencela, beliau bahkan mendoakan dan menghibur saudara-saudaranya tersebut. Luar biasa tingkat kesabaran yang beliau tunjukkan.

Dan sungguh tepat momentum Ramadhan ini kita gunakan untuk lebih bersabar dalam menahan amarah. Dalam kitab shahih Muslim kita menemukan Hadith Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

“‏ إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ فَإِنِ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ ‏”

Artinya: Jika salah seorang diantara kamu berpuasa, hendaklah dia tidak berkata-kata yang kotor ataupun melakukan perbuatan yang bodoh. Dan jika ada seseorang yang mencelanya atau mengajaknya bertengkar maka hendaklah ia berkata, “Sesungguhnya aku seorang yang berpuasa, sesungguhnya aku seorang yang berpuasa.” (HR. Muslim)

Tentu tidak mudah dan tidak ringan menahan amarah.

Sabar melawan godaan nafsu

Yang kedua, kita harus sabar melawan godaan hawa nafsu. Ketika Nabi Yusuf beranjak dewasa, ia sempat digoda oleh seorang wanita untuk melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT. Bagaimana sikap beliau? Beliau berlindung kepada Allah dan berlari menjauhi godaan itu. Dalam Surat Yusuf ayat 23, Allah menceritakan kisah ini:

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِيْ هُوَ فِيْ بَيْتِهَا عَنْ نَّفْسِهٖ وَغَلَّقَتِ الْاَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۗقَالَ مَعَاذَ اللّٰهِ اِنَّهٗ رَبِّيْٓ اَحْسَنَ مَثْوَايَۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ

wa rāwadat-hullatī huwa fī baitihā ‘an nafsihī wa gallaqatil-abwāba wa qālat haita lak, qāla ma’āżallāhi innahụ rabbī aḥsana maṡwāy, innahụ lā yufliḥuẓ-ẓālimụn

Artinya: Dan perempuan yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya menggoda dirinya. Dan dia menutup pintu-pintu, lalu berkata, “Marilah mendekat kepadaku.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang yang zalim itu tidak akan beruntung.

Sabar menghadapi cobaan

Yang ketiga, kita juga harus sabar dalam menghadapi musibah. Dalam Surat Yusuf Allah mengisahkan bagaimana sang Raja bermimpi melihat melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; tujuh tangkai gandum yang hijau dan tujuh tangkai lainnya yang kering.

Nabi Yusuf menta’wilkan mimpi itu sebagaimana berikut:

“Dia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan.

Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan.

Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur).”

(QS Yusuf 47-49)

Dapat kita lihat, bahwa dengan kesabaran, mereka akhirnya bisa melewati cobaan berupa masa-masa yang sulit. Dan tujuh tahun yang sulit itu, saat dilewati dengan penuh kesabaran, akhirnya membuahkan tahun yang manis.

Baca Juga: 30 Tema Ramadhan Milenial Cocok untuk Kegiatan Sosial dan Ceramah

2. Tujuan Puasa

Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang sudah memberikan limpahan nikmat yang tak terkira sampai hari ini. Hingga akhirnya kita bisa bertemu kembali di Bulan Ramadhan yang penuh berkah.

Tidak lupa, selawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, hingga sampai kepada kita semua selaku umatnya.

Melalui kesempatan ini, izinkan saya untuk menyampaikan sebuah kultum yang singkat mengenai tujuan puasa di bulan Ramadan.

Sebelumnya, mari kembali kita ucapkan rasa syukur terhadap Allah, sebab kita masih diberi kesempatan umur oleh Allah untuk bertemu dengan bulan yang penuh kenikmatan ini. Mari sama-sama ucapkan bacaan hamdalah "Alhamdulillahirabbil alamin,"

Mengenai anjuran berpuasa di bulan Ramadan, sesungguhnya sudah Allah firmankan lewat ayat Al-Qur’an Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi:

"Yaa ayuhaladzi na aamanuu kutiba alaikumusyiam kamaa kutiba alalladzina min khoikikum laallakum tatakuun"

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Dari penggalan ayat di atas jelas, Allah mewajibkan berpuasa bagi setiap orang yang beriman. Melalui ayat tersebut, Allah ingin kita menjalani puasa dengan maksud agar kita menjadi orang yang bertakwa.

Maka dari itu, sebelum ketakwaan dicapai bagi setiap orang yang berpuasa mereka untuk menahan diri dari segala nafsunya selama satu bulan penuh, selain makan dan minum.

Kelak di akhirat, manusia yang berhasil dan benar-benar memaknai puasa dengan sebaik-baiknya, maka ia akan sampai pada derajat ketaqwaan yang paling tinggi terhadap Allah.

Semoga kita semua yang dengan ikhlas menjalani ibadah puasa sanggup untuk sampai ke tujuan hakiki bulan puasa.

Pada dasarnya sesuatu yang dijalani dengan hati yang lapang dan ikhlas akan diberikan kemudahan dan keberkahan dari setiap langkahnya oleh Allah SWT. Maka dari itu jalani puasa selama satu bulan dengan penuh keikhlasan dalam hati sehingga puasa yang kita jalani pada akhirnya tidaklah sia-sia.

Itulah kultum singkat yang dapat saya sampaikan. Segala manfaat dan pengetahuan semua datangnya dari Allah, sementara jika ada salah ucap atau perbuatan datanya dari saya, sebagai manusia biasa. Semoga dengan lapang hati bisa dibukakan pintu maaf dengan lapang.

Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Baca Juga: 15 Puisi tentang Ramadhan sebagai Ungkapan Syukur dan Pengingat

3. Puasa dan Sabar

Saudaraku Seiman.

Alhamdulillāh dihadapan kita ada sebuah bulan yang mulia bulan Ramadhān, bulan Ramadhān merupakan bulan kita bershaum yaitu berpuasa. Bulan Ramadhān adalah bulan untuk menempa kesabaran kita.

Pada saat kita berpuasa ditempa kesabaran kita di mana kesabaran yang ditempa di bulan Ramadhān ada 3 macam:

Sabar untuk Mentaati Allāh
Karena kita berpuasa untuk mentaati perintah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Sabar untuk Meninggalkan Maksiat
Karena saat kita berpuasa kita dianjurkan untuk meninggalkan perbuatan maksiat.

Sabar Menghadapi Musibah
Karena dahaga, lapar dan haus kita adalah musibah yang menimpa kita.
Maka di bulan Ramadhān ini kesabaran kita betul-betul ditempa, makanya bulan Ramadhān disebut juga dengan شَهْرُ الصبر yaitu bulan kesabaran.

Karena kesabaran itu saudaraku sekalian, merupakan pokok keimanan artinya modal keimanan.

Ali bin Abi Thālib berkata:

الصَّبْرُ مِنَ الْإِيمَانِ، بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الْجَسَدِ

“Sabar di dalam keimanan bagaikan kepala untuk badan kita.”

Sebagaimana badan kita tidak akan hidup tanpa kesabaran artinya badan kita tidak akan hidup tanpa kepala, demikian pula iman kita tidak akan hidup tanpa kesabaran.

Karena untuk masuk Surga itu berat, perintah-perintah Allāh tidak sesuai dengan hawa nafsu kita, sementara larangan-larangan Allāh sering kali sesuai dengan syahwat kita.

Di situlah kesabaran sangat kita butuhkan.

Maka saudaraku sekalian, terlebih betapa agungnya pahala kesabaran.

Allāh Ta’āla berfirman dalam Al-Qur’ān:

إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍۢ

“Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu diberikan pahala tanpa batas.” (QS. Az-Zumar [39]: 10)

Bayangkan!

Oleh karena itu pahala shaum (puasa) itu tanpa batas. Kalau amalan-amalan lain ditulis oleh Allāh 10 sampai 700 kali lipat. Tapi untuk shaum karena ia berhubungan dengan kesabaran maka pahalanya hanya Allāh yang Maha Tahu.

Betapa agungnya saudaraku sekalian shaum dan betapa kita sangat membutuhkan shaum, karena di situlah kesabaran kita sangat ditempa.

Di bulan Ramadhān ini kita akan ditempa kesabaran kita, sabar untuk berpuasa, sabar untuk shalat tarawih, sabar untuk membaca Al-Qur’ān, sabar untuk selalu di atas kebaikan, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan yang bisa merusak shaum kita.

Saudaraku Seiman

Maka kita berharap, mudah-mudahan di bulan Ramadhān ini kesabaran kita semakin meningkat, kita tidak lagi berkata bahwa kesabaran saya ada batasnya, tapi dengan adanya bulan Ramadhān kesabaran kita menjadi tidak terbatas. Kita terus bersabar di atas keimanan kita dan ketakwaan sampai kita meninggal dunia.

Semoga Allāh memberikan kepada kita kekuatan dengan datangnya bulan Ramadhān ini, dan dijadikan kita sebagai hamba Allāh yang sabar menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan yang menerpa. Sabar untuk mentaati Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan sabar untuk meninggalkan kemaksiatan kepada Allāh Azza wa Jalla.

Baca Juga: Sejarah Puasa Ramadhan bagi Umat Islam

4. Ahli Dzikir dan Syukur

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah SWT. Semoga Allah Yang Maha Mengetahui setiap isi hati hamba-hamba-Nya, senantiasa melimpahkan petunjuk-Nya kepada kita sehingga kita menjadi orang-orang yang istiqomah di jalan-Nya.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada kekasih Allah, baginda nabi Muhammad SAW.

Saudaraku, semoga kita menjadi ahli dzikir dan ahli syukur. Rasulullah SAW. mengajarkan sebuah doa supaya kita menjadi hamba yang ahli dzikir dan syukur.

Doa tersebut berbunyi, “Allahumma a’innii ‘ala dzikrika wa syukrika, wa husni ‘ibaadatik.’ (Ya Allah, bimbinglah aku untuk mengingatMu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik kepadaMu).” (HR. An Nasa’i dan Ahmad)

Menurut Rasulullah SAW, manusia itu bisa menjadi makhluk yang ajaib. Manusia yang mana? Yaitu manusia yang beriman kepada Allah SWT. Orang beriman itu manusia ajaib, dia tidak pernah rugi, diberi nikmat dia bersyukur dan diberi ujian dia bersabar.

Keduanya menjadi kebaikan. Jadi kalau kita memiliki dua keahlian saja, yaitu ahli dzikir dan ahli syukur, maka tidak akan ada kejadian seperti apapun yang membuat kita rugi.

Allah akan melipatgandakan karunia bagi hamba-Nya yang bersyukur. Kalau diumpamakan adalah seperti satu butir benih yang jatuh ke tanah dan disiram hujan. Benih itu kemudian tumbuh menjadi sebuah pohon yang semakin tinggi besar nan subur dan menjadi jalan kehidupan bagi tumbuhnya pohon-pohon lainnya. Atau seperti anak sapi yang makan rumput,

kemudian dia tumbuh besar dan sehat, menghasilkan daging dan susu yang berlimpah. Demikianlah gambaran Allah melipatgandakan karunia bagi hamba-Nya yang bersyukur.

Maka jangan pernah takut akan nikmat yang belum ada. Karena semuanya sudah ada di sisi Allah SWT.

Yang seharusnya kita takutkan adalah jika kita tidak bersyukur atas karunia Allah yang telah kita rasakan selama ini.

Padahal syukur itu adalah bagaikan tali, yang mengikat nikmat yang telah ada dan menarik nikmat yang belum ada.

Takutlah jika tali ini tidak ada di dalam diri kita. Karena Allah SWT. berrman, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu..” (QS. Ibrahim [14] : 7)

Jadi sebenarnya jangan sibuk memikirkan nikmat yang belum ada, melainkan sibuklah memikirkan syukur yang belum ada atas segala nikmat yang telah kita rasakan selama ini. Karena yang belum ada itu sudah janji Allah akan menambahkannya jikalau kita bersyukur.

Saudaraku, semoga Allah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita menjadi ahli dzikir dan ahli syukur. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.

5. Keutamaan 10 Hari Pertama Ramadhan

Alhamdulillah, kita telah memasuki bulan suci Ramadhan. Bulan penuh ampunan, bulan penuh keberkahan.

Setiap ibadah pasti memiliki keutamaan masing-masing. Demikian pula dengan puasa Ramadhan.

Hal ini wajib kita syukuri, karena Allah SWT masih mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan.

Bersyukur akan nikmat sehat, sehingga kita dapat menunaikan ibadah pada bulan yang sangat mulia ini.

Keutamaan Rukun Islam ketiga yang hanya ada di bulan Ramadhan ini telah diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertaqwa” (QS. Al Baqarah: 183).

Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh rahmat dan keistimewaan.

Pada bulan Ramadhan, semua amal ibadah dilipatgandakan, pintu surga terbuka lebar dan pintu neraka ditutup serta setan dibelenggu.

Tentunya setiap umat muslim tidak ingin melewatkan kesempatan dalam meningkatkan kualitas ibadah agar lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Bulan Ramadan dibagi menjadi 3 fase antara lain 10 hari pertama, 10 hari kedua dan 10 hari terakhir. Pada fase 10 hari pertama menjadi fase terberat bagi umat muslim dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan, sebab pada fase 10 hari pertama merupakan masa peralihan dan beradaptasi dari pola makan biasa hingga puasa.

Namun, jangan sampai melalaikan ibadah pada 10 hari pertama di bulan Ramadan. Seluruh rahmat dan pahala dari Allah SWT akan terbuka lebar bagi siapa saja yang menjalankan amalan-amalannya.

Tentunya pada 10 hari pertama di bulan Ramadan memiliki keutamaan-keutamaan. Apa sajakah keutamaan-keutamaan itu?

Terbukanya Pintu Rahmat
Pada 10 hari pertama di bulan Ramadan, Allah SWT membuka seluruh pintu rahmat-Nya bagi hamba yang berpuasa dan melakukan ibadah-ibadah.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

"Awal bulan Ramadan adalah Rahmat, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya 'Itqun Minan Nar (pembebasan dari api neraka)."

Memberi Keberuntungan
Bagi umat muslim yang menjalankan ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya akan selalu dalam lindungan Allah SWT dan selalu berad dalam pentunjuk-Nya.

Setiap perintah dalam al-Quran pasti mengandung kebaikan, kemaslahatan, keberuntungan, manfaat, keindahan, keberkahan.

Sedangkan setiap larangan dalam al-Quran pasti mengandung kerugian, kebinasaan, kehancuran, keburukan (disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir (1/200)

Menjaga Diri dari Perbuatan Buruk
Dalam menjalankan puasa Ramadhan, umat muslim akan secara tidak sadar akan menjauhi dari perbuatan buruk sehingga ibadahnya menjadi berkah dan mendapatkan banyak pahala dari Allah SWT.

Dapat Melatih Diri melakukan Ibadah Sunnah
Siapapun umat muslim yang melakukan ibadah puasa akan berlomba-lomba dalam kebaikan.

Secara tidak langsung umat muslim akan mengerjakan amalan-amalan sunnah seperti shalat tahajud, shalat dhuha, shalat tarawih, membaca Al-Quran serta amalan-amalan lainnya.

Membiasakan Diri untuk Shalat Berjamaah
Setiap malam di bulan Ramadhan, umat muslim melaksanakan ibadah shalat tarawih secara berjamaah.

Dengan melaksanakan shalat isya dan tarawih berjamaah, umat muslim akan terbiasa melakukan shalat secara berjamaah setiap harinya.

Semoga setiap umat muslim yang melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan ini diberikan kelancaran serta keberkahan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

6. Orang-Orang yang Rugi di Bulan Ramadhan

Tentu satu hal yang tidaklah kita ragukan bahwasanya berjumpa dengan Ramadhan adalah satu nikmat yang besar. Akan tetapi, orang yang mendapatkan nikmat yang besar ini, belum tentu dia menjadi manusia yang beruntung. Boleh jadi ada orang berjumpa dengan Ramadhan dan dia menjadi manusia yang celaka.

Dan sungguh betapa celakanya orang yang semacam ini. Allah berikan kepadanya nikmat yang besar, namun dia malah menjadi manusia yang celaka dalam nikmat besar dalam nikmat besar yang Allah berikan kepadanya.

Siapakah orang yang menjadi manusia yang celaka, manusia yang merugi, pada saat Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan nikmat besar kepadanya?

Hal ini telah Nabi jelaskan dalam satu hadits yang shahih diriwayatkan oleh At-Tirmidzi. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ

“Sungguh celaka seorang yang berjumpa dengan bulan Ramadhan, kemudian Ramadhan itu berakhir dalam keadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala belum mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Tirmidzi)

Demikian yang Nabi sampaikan.

Manusia yang celaka di bulan Ramadhan, manusia yang celaka dalam keadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan nikmat yang besar untuk dirinya adalah orang yang berjumpa dengan bulan Ramadhan namun ketika Ramadhan berakhir ternyata Allah Subhanahu wa Ta’ala belum mengampuni dosa-dosanya.

Padahal selama bulan Ramadhan terdapat banyak amal yang jika dikerjakan akan menyebabkan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semisal amal berupa puasa. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Siapa yang berpuasa dengan motivasi yang benar karena iman dan mengharap ganjaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah ampuni dosa-dosanya yang lewat.”

Demikian juga Qiyam Ramadhan, Nabi katakan:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Siapa yang shalat tarawih di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah ampuni dosa-dosanya yang lewat.”

Demikian juga shalat dimalam hari saat Lailatul Qadar. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيماناً واحْتِسَاباً، غُفِر لَهُ مَا تقدَّم مِنْ ذنْبِهِ

“Siapa yang mengerjakan shalat dimalam hari dan malam tersebut bertepatan dengan Lailatul Qadar, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala ampuni dosa-dosa yang lewat.”

Terdapat banyak amal yang disyariatkan di bulan Ramadhan yang menjadi sebab terampuninya dosa. Namun ternyata ada orang yang Ramadhan berakhir dan Allah Subhanahu wa Ta’ala belum mengampuni dosa-dosanya. Maka sungguh dia adalah orang yang teledor, sungguh dia adalah orang yang ceroboh.

Waktu yang Allah berikan demikian panjang. Satu bulan lamanya, boleh jadi 29 hari, menjadi 30 hari.

Ternyata dari sekian waktu lamanya ini dengan terdapat berbagai macam amal didalamnya yang itu adalah amal-amal yang menghapus dosa, ternyata tidak mendapatkan bagian dari orang-orang yang mendapatkan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka berarti, sungguh puasanya adalah puasa yang sangat tidak berkualitas, shalat malamnya adalah shalat malam yang betul-betul tidak ada nilainya dan tidak ada harganya, shalat tarawihnya adalah shalat tarawih yang tidak ada faidahnya, dia hanya mendapat capek saja dari shalat tarawih yang dia lakukan tersebut. Yang dia dapatkan dari puasa yang dia kerjakan hanya lapar dan dahaga semata.

Inilah manusia yang celaka pada saat Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan nikmat kepadanya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi kita semuanya dari keadaan tragis semacam ini.

Demikian 6 ceramah singkat Ramadhan dan judulnya yang penuh makna.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm