"Di periode yang sama ada peningkatan (kasus), tahun lalu ada 73 kasus. Sekarang 80 kasus," paparnya.
Dalam temuan kasus DBD sendiri terjadi secara merata, di seluruh wilayah Kabupaten Klaten, hampir semua kecamatan ada catatan kasusnya.
"Kasusnya merata, hampir di seluruh kecamatan wilayah itu ada," jelasnya.
Kasus temuan tertinggi, dikatakan Anggit berada di Kawedanan Pedan.
Selain Pedan, kasus kematian yang ada tercatat di Kecamatan Pedan, Tulung, Wonosari, dan Juwiring.
"Ada laporan meninggal lagi di Klaten Selatan, tapi belum masuk dalam rekapan minggu ke-8," ucapnya.
Baca Juga: Tanggapi Siswa Meninggal Karena DBD, Disdik Banjarmasin Minta Ini:
Anggit mengatakan, bila kasus tersebut rata-rata terdeteksi karena pasien melakukan perawatan.
"Dirawat pun tidak lama, sehingga bisa cepat pulang," ucapnya.
Hal ini karena masyarakat sudah begitu paham akan kondisi tubuhnya dan cara perawatannya, sehingga mereka dapat melakukan perawatan sendiri di rumah.
Ketika badan sudah mulai terasa panas sesuai himbauan yakni 2 hari tanpa gejala sebelumnya, mereka segera melakukan pemeriksaan ke dokter.
Pihak Dinkes juga membuat surat edaran, mengenai pentingnya sama-sama melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dan melakukan screening kesehatan.
Dinkes Klaten juga membuatkan draft, yang menginstruksikan Camat, Lurah, hingga RT dan RW mengajak masyarakat melakukan PSN.
Penulis : Ika Andriani