Mengingat lahan di Kota Banjarmasin sendiri didominasi lahan basah. Bukan kawasan pegunungan seperti di daerah-daerah lain.
"Belum lagi berbicara tentang material tutupan lahan yang sangat susah," tekannya.
Baca Juga: Dituding Tak Serius, Banjarmasin Gagal Lagi Merebut Piala Adipura!
Sementara untuk penilaian lainnya, seperti misalnya kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) dan lain sebagainya, berada di angka 80.
Ia menambahkan, Banjarmasin sendiri masuk dalam klasifikasi penilaian Adipura masuk kota besar. Satu-satunya yang masuk sebagai perwakilan Provinsi Kalsel.
"Saingannya, ada Balikpapan, Samarinda, Yogyakarta dan lain-lain," ungkap Marzuki.
Lantas, bagaimana upaya kedepannya? Mengingat kondisi TPA menjadi penghalang tiap tahunnya.
Terkait hal itu, Marzuki mengklaim, bahwa sejak 2023 pelan-pelan upaya pengembangan untuk TPA sudah dilakukan. Hanya saja belum sepenuhnya rampung.
Dijelaskannya, upaya yang dilakukan adalah pengembangan terkait pengelolaan TPA. Termasuk inovasi serta peningkatan kapasitas.
"Jadi, bukan kami tidak bergerak atau tidak ada upaya," bebernya.
Di sisi lain, Marzuki menyadari bahwa pengmbangan dilakukan lantaran melihat kondisi TPA yang kini sudah uzur. Kapasitasnya pun tidak lagi mencukupi.
"Dari luasan TPA 39 hektare, kini tersisa 5 hektare. Dan semestinya, tahun 2020 tadi sudah habis. Itu menjadi kendala kami. Dan ini butuh upaya serius serta biaya besar," tekannya.
Selebihnya, pemko melalui DLH Banjarmasin juga didorong untuk berinovasi. Misalnya, pemanfaatan sampah menjadi energi.
"Saat ini, pengembangan yang kami lakukan, memanfaatkan budidaya maggot. Mudah-mudahan nantinya juga dibantu pemerintah pusat, atau kerjasama pihak ketiga," harapnya.
Kemudian sesuai pesan Wakil Presiden RI, Maruf Amin dalam penganugerahan Adipura 2023, perlu adanya kolaborasi masyarakat.
"Untuk penanganan atau pengelolaan sampah, serta pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Dari hulu ke hilir," tutupnya.