10 Materi Kultum Ramadhan Singkat 7 Menit Beragam Tema, Jadi Referensi

12 Maret 2024 08:11 WIB
ilustrasi, Materi Kultum Ramadhan Singkat 7 Menit Beragam Tema, Jadi Referensi
ilustrasi, Materi Kultum Ramadhan Singkat 7 Menit Beragam Tema, Jadi Referensi ( Freepik)

Sonora.ID - Ada banyak materi kultum Ramadhan singkat yang bisa dipilih sebagai referensi.

Kultum atau kepanjangan dari Kuliah Tujuh Menit merupakan salah satu kegiatan yang sangat erat dengan bulan suci Ramadhan.

Kultum biasanya dilakukan di masjid.

Kultum dilaksanakan sholat Isya, sholat Subuh atau sebelum berbuka puasa.

Ustadz atau penceramah akan menyampaikan kultum dengan berbagai tema terkait dengan Ramadhan.

Baca Juga: 8 Cara Khatam Al-Quran di Bulan Ramadhan 1445 H/2024, Dapat Banyak Pahala!

Materi Kultum Ramadhan Singkat Berbagai Tema

  • 1. Menyambut Ramadhan dengan Cinta

Demi cinta-Nya pada manusia, Allah SWT membuka banyak saluran dan jalan bagi keselamatan hamba-hamba-Nya, salah satunya lewat Ramadhan, bulan di mana Allah membuka selebar-lebarnya pintu cinta-Nya pada manusia.

Allah SWT adalah dzat pemilik cinta tak bersyarat, Dia mencintai semua hamba-Nya tanpa mengharap balasan apapun. Allah selalu mencintai hambaNya walaupun hamba itu berbuat dhalim dan terus membangkang perintah-Nya. Sebaliknya cinta manusia adalah cinta "karena" sesuatu. Manusia mencintai sesuatu karena sesuati itu ada manfaat bagi dirinya. Manusia beramal karena ingin mendapat balasan dan kebaikan.

Demi cinta-Nya tersebut Allah SWT membuka jalan bagi keselamatan dan kebahagiaan manusia. Salah satunya adalah dengan dikaruniakan-Nya Ramadhan sebagai bulan istimewa. Maka, tak berlebihan bila Ramadhan dikatakan sebagai bulan cinta, bulan di mana Allah SWT membuka pintu-pintu kecintaan-Nya.

Tanda cinta dari Allah SWT ini, digambarkan dengan sangat tepat oleh Rasullullah SAW, "wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah azzawajallah memandang semua hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya."

Hadirin demikianlah, Ramadhan adalah bulan di mana Allah SWT memanggil semua hamba-Nya untuk kembali menuju hakekat hidup sebenarnya. Ada perumpamaan menarik dari seorang ulama, manusia diibaratkan anak-anak yang dikeluarkan dari rumahnya untuk bermain-main di halaman di dunia ini. Dalam QS. Al-An Am ayat 32 Allah berfirman, artinya: "dan kehidupan di dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa."

Karena itu, Ka'bah disebut sebagai rumah Allah (Baitullah), karena ke sanalah para jemaah haji berangkat, meninggalkan segala urusan di dunia mereka. Ramadhan pun disebut sebagai bulan Allah, karena pada bulan itulah kita pulang, kita meninggalkan halaman permainan kita.

Selama kita asyik bermain, kita sibuk membeli jajanan yang bermacam-macam: kekayaan, kekuasaan, kekuyuran, atau kesenangan duniawi lainnya. Kita lupa bahwa ada makanan lain yang lebih sehat dan lezat. Pada bulan Ramadhan itulah Allah telah mempersiapkan makanan berupa rahmat dan kasih sayang-Nya bagi kita yang bermain terlalu jauh dari rumah.

Ramadhan adalah bukti cinta Allah. Bahagia bertemu dengan Ramadhan sama artinya dengan bahgia bertemu Allah. Konsekuensinya jelas, "Barang siapa mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Dan barang siapa tidak mencintai pertemuan denga Allah, maka Allah pun tidak mencintai pertemuan dengannya." (Arti HR Bukhari).

Bila kita cinta Allah maka kita harus menyambut apapun yang dating dan diserukan-Nya, termasuk Ramadhan. Dalam ihya ulumuddi, Al-Ghazali menyatakan adalah sebuah kebohongan besar bila seseorang mencintai sesuatu tetapi ia tidak memiliki kecintaan kepada sesuatu yang berkaitan dengannya. Al-Ghazali menulis " bohonglah orang yang mengaku mencintai Allah SWT tetapi ia tidak mencintai rasul-Nya; bohonglah orang yang mengaku mencintai Rasul-Nya, tetapi ia tidak mencintai kaum fakir dan miskin; dan bohonglah orang yang mengaku mencintai surga tetapi ia tidak mau menaati Allah SWT."

Karena itu, Rasulluh SAW dan para sahabat selalu menyambut Ramadhan dengan suka cita. Bahkan sejak Rajab dan Sya'ban mereka telah mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambutnya. Termasuk dengan memperbanyak puasa dan amalan sunah lainnya. Siti Aisyah berkata, artinya "tidak pernah Rasulullah SAW berpuasa dalam satu bulan yang lebih banyak dari puasanya pada bulan Sya'ban, da kalanya sebulan penuh hanya sedikit yang tidak puasa. (HR Bukhari Muslim)."

Tatkala cinta sudah berbicara, tidak ada lagi alasan bagi kita untuk tidak bahagia menyambut Ramadhan. Tidak ada lagi keluh kesah menahan lapar, haus, dan semua keletihan tatkala menjalankan Ramadhan. Lewat cintalah semua yang pahit akan menjadi manis semoga kita termasuk orang-orang yang selalu bahagia dan cinta dengan Ramadhan, dengan selalu memanfaatkan nilai-nilai ibadah, sehingga rahmat dan maghfirah Allah akan senantiasa kita peroleh.

Sumber: Kemenag Sumsel

  • 2. Pentingnya Bersyukur

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pertama-tama, marilah kita mengucap puji syukur kepada Allah SWT yang sudah memberi nikmat berlipat hingga saat ini.

Juga tak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta keluarga, para sahabat sampai kepada kita umatnya.

Lewat kesempatan yang singkat ini, saya ingin menyampaikan mengenai pentingnya bersyukur. Saking pentingnya bersyukur, ada beberapa hadist yang menggambarkan hal tersebut. Salah satunya berbunyi:

“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mukmin sejati. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar dan itu baik baginya”. (HR.Muslim no. 7692).

Ya, seorang muslim sejati akan selalu melibatkan Allah dalam setiap perkara. Jika senang ia akan bersyukur, sementara Jika tertimpa kesusahan ia akan bersabar. Mengapa syukur menjadi penting? Sebab, ada banyak manfaat yang secara langsung akan kita petik.

Beberapa manfaat tersebut, contohnya yaitu:

  1. Kita akan jauh dari berbagai penyakit hati
  2. Hidup akan penuh keberkahan
  3. Allah janjikan surga
  4. Allah akan tambah nikmat yang lainnya
  5. Mempertebal iman seseorang
  6. Membuat hidup lebih tenang

Lalu bagaimana caranya kita bersyukur? Tidak usah repot-repot. Cobalah kita rasakan apa yang kita punyai sekarang, misalnya kesehatan, keluarga, rezeki dan lain-lain. Semua itu patut kita syukuri lantaran tak semua orang bisa mendapatkannya. Maka dari itu, mulai saat ini tanamkan selalu rasa syukur dalam diri agar hidup kita menjadi lebih baik.

Demikian kultum yang bisa saya sampaikan, semoga ada manfaatnya.

  • 3. Keutamaan Bulan Ramadhan

Umat Islam selayaknya memahami keutamaan atau fadhilah dari setiap ibadah yang Allah SWT perintahkan. Menurut para ulama pemahaman terhadap keutamaan dalam melaksanakan setiap amal shaleh akan menjadi penyemengat sekaligus akan mendorong kepada peningkatan ketaqwaan seseorang.

Bulan suci Ramadhan merupakan kesempatan bagi setiap hamba Allah untuk lebih meningkatkan ketakwaan. Sebab, bulan ini memiliki beberapa keutamaan atau manfaat seperti berikut ini:

Ramadhan Bulan Diturunkannya Al-Quran

Ramadhan merupakan syahrul Quran (bulan Al-Quran). Diturunkannya Al-Qur'an pada bulan Ramadhan menjadi bukti nyata atas kemuliaan dan keutamaan bulan Ramadhan. Allah Swt berfirman yang artinya: "Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185).

Di ayat lain Allah Swt berfirman yang artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar" (QS. Al-Qadar: 1). Dan banyak ayat lainnya yang menerangkan bahwa Al-Qur'an diturunkan pada bulan Ramadhan. Itu sebabnya bulan Ramadhan dijuluki dengan nama syahrul quran (bulan Al-Qur'an)

Bulan Penuh Keberkahan

Bulan ini disebut juga dengan bulan syahrun mubarak. Hal ini adalah berdasarkan pada dalil hadist Nabi Rasulullah SAW yang artinya: "Sungguh telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini diwajibkan puasa kepada kalian.." (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi). Dan juga bahwa setiap ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan, maka Allah akan melipat gandakan pahalanya.

Dan di dalam bulan penuh kemuliaan dan keberkahan ini maka tidak hanya keberkahan di dalam menuai pahala, namun banyak keberkahan lainnya. Puasa ditinjau dari aspek ekonomi, maka Ramadhan memberi keberkahan ekonomi bagi para pedagang dan lainnya.

Bagi fakir miskin, Ramadhan membawa keberkahan tersendiri. Pada bulan ini seorang muslim sangat digalakkan dan disunnah untuk berinfaq dan bersedekah di bulan Ramadhan kepada mereka. Bahkan diwajibkan membayar zakat fitrah untuk mereka.

Malam Lailatul Qodar

Kemuliaan bulan ramadhan salah satunya adalah dengan hadirnya malam penuh kemuliaan dan keberkahan di salah satu malam pada malam-malam terakhir dan ganjil di bulan ramadhan yaitu malam Lailatul Qodar. Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan adalah saat diturunkannya AlQur’anul Karim.

Allah Ta'ala berfirman yang artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan." (QS.Al Qadr: 1-3).

Bulan Ramadhan, Bulan Pengampunan Dosa Maghfirah

Allah Ta'ala menyediakan Ramadhan sebagai fasilitas penghapusan dosa selama kita menjauhi dosa besar. Nabi saw bersabda yang artinya: "Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat dan Ramadhan ke Ramadhan menghapuskan dosa-dosa di antara masa-masa itu selama dosa-dosa besar dijauhi." (HR. Muslim).

Melalui berbagai aktivitas ibadah di bulan Ramadhan Allah Swt menghapuskan dosa kita. Di antaranya adalah puasa Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi Saw yang artinya: "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Swt, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR.Bukhari dan Muslim).

Begitu pula dengan melakukan shalat malam (tarawih, witir dan tahajud) pada bulan Ramadhan dapat menghapus dosa yang telah lalu, sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya: "Barangsiapa yang berpuasa yang melakukan qiyam Ramadhan (shalat malam) dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Swt, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR Bukhari dan Muslim).

Ramadhan Pintu Surga Dibuka, Pintu Neraka Ditutup

Keberkahan kemuliaan di dalam bulan Ramadhan adalah pintu-pintu surga terbuka dan pintu-pintu neraka tertutup serta syaithan-syaithan diikat. Dengan demikian, Allah Ta'ala telah memberi kesempatan kepada hamba-Nya untuk masuk surga dengan ibadah dan amal shalih yang mereka perbuat pada bulan Ramadhan.

Mengingat berbagai keutamaan Ramadhan tersebut di atas, maka sangat disayangkan bila Ramadhan datang dan berlalu meninggalkan kita begitu saja, tanpa ada usaha maksimal dari kita untuk meraihnya dengan melakukan berbagai ibadah dan amal shalih. Semoga ramadhan tahun ini akan lebih baik dalam hal amalan ibadah daripada tahun-tahun sebelumnya.

Aamiin…aamiin.

Baca Juga: 2 Niat Sahur Puasa Ramadhan 1445 H Lengkap dengan Doa Buka Puasa

Materi Kultum Ramadhan Singkat Berbagai Tema

  • 4. Mempertahankan Nilai-nilai Ramadhan

Allah SWT menyampaikan seruan khusus buat orang-orang yang beriman (mu'min) agar senantiasa memegang teguh prinsip-prinsip ketakwaan dan memperingatkan mereka agar tetap menjadi seorang muslim hingga datang kematian. Seruan-Nya termaktub dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 102 agar menjadi pegangan-landasan hidup guna meraih keselamatan di dunia dan keselamatan di akhirat.

Kata haqqa tuqatih 'sebenar-benar takwa' mengisyaratkan kepada kita untuk memenuhi segala kewajiban takwa dan mengerahkan segala daya-kemampuan agar dapat melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya secara keseluruhan. Sementara kata tamutunna 'janganlah kamu mati' mengultimatum agar kita waspada sebelum datangnya kematian untuk senantiasa memeluk agama Islam dengan konsekuensi menjalankan syari'at.

Mari kita menjaga nilai-nilai Ramadhan yang telah banyak mengajarkan tentang amal shaleh yang mestinya terus kita jalankan. Ramadhan sebagai madrasah bagi orang-orang beriman menghasilkan beragam nilai-nilai yang positif bagi kehidupan. Bukankah goal 'tujuan akhir' dari kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan adalah untuk mencetak insan yang bertakwa? Tentu, jawabannya pasti "ya", karena dalilnya qath'iy yang bersumber dari Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 183.

Karena itu sekalipun Ramadhan berakhir, namun hak-hak Allah atas kita tidaklah ikut berakhir, kecuali dengan kematian. "Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kepastian (kematian)," firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Hijr ayat 99. Dengan bertakwa kepada Allah tidak terbatas ruang dan waktu: dimanapun dan kapankan tetap harus dijalankan. Di luar bulan Ramadhan kita harus tetap memperbanyak ibadah serta meningkatkan kualitasnya. Mempertahankan nilai-nilai yang baik -seperti qiyam al-lail (shalat malam), shaum (puasa), dan tilawah al-Quran (membaca, merenungi, dan mengamalkan isi kandungan Al-Quran)- menjadi sangat penting dalam menyongsong masa depan yang gemilang.

Musibah terbesar dalam hidup ini adalah jika Allah berpaling dari kehidupan kita. Sungguh disayangkan jika Allah membiarkan kita melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Na'udzubillah, kalau kita disibukkan dengan hal-hal yang tidak berfaedah-bermanfaat. Ayo, kita segera kembali ke jalan Allah yang benar!

Amal Rutin

Rasulullah Muhammad SAW dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim mengajarkan kita untuk beramal secara rutin meski sedikit: ahabbu al-a'mal ila Allah adwamuha wa in qalla. Tentu ajaran ini mendorong kita untuk terus berbuat baik, walaupun sedikit dan kecil. Bisa jadi amal yang tampaknya 'sepele', namun bisa jadi memiliki dampak yang besar dan bobot yang berat. Hendaknya harus kita ingat, setiap amal landasannya adalah niat. Niatnya kita tujukan semata-mata mengharapkan ridha Allah Ta'ala. Jangan sampai kita beramal, tetapi tidak bernilai di sisi-Nya.

Segerakanlah diri kita untuk terus berbuat baik dan senantiasa berada dalam ketaatan: taat melaksanakan perintah dan taat menjauhi larangan. Dunia adalah waktu untuk beramal dan akhirat adalah waktu mempertanggungjawabkan amal. Mumpung masih ada kesempatan hidup di dunia, berbuatlah yang terbaik karena penyesalan selalu datang kemudian. Mumpung belum terlambat, bersegeralah kembali ke jalan Ilahi.

Berikut ini ada beberapa ilustrasi-gambaran penyesalan para penghuni neraka saat melihat dan menerima azab, ".... Alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah dan sesungguhnya aku benar-benar termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah)." (QS Az-Zumar [39]:56), ".... Seandainya aku dapat kembali (ke dunia), tentu aku termasuk orang-orang yang berbuat baik." (QS Az-Zumar [39]:58), dan "....Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, bukan (seperti perbuatan) yang pernah kami kerjakan dahulu...." (Fatir [35]:37).

sumber: Kemenag Sumsel

  • 5. Meraih Keberkahan Ramadhan

Bulan Ramadhan memiliki keutamaan dan keistimewaan yang besar. Semua amal saleh yang dilakukan pada bulan ini akan mendapat balasan lebih banyak dan lebih baik. Pada bulan ini umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal kebajikan dan meninggalkan kemaksiatan. Di antara keutamaan dan keistimewaan Ramadhan tersebut, sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat.

قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُم ْصِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّة ِوَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ.

"Telah datang kepada kalian semua Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu. Saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat (dibelenggu) dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan." (HR. Ahmad)

Kata berkah atau barakah atau mubarak berasal dari kata kerja yang merujuk kepada peristiwa yang terjadi pada masa lalu (fi'il madhi, past tense), baraka. Menurut Imam An-Nawawi, baraka itu artinya tumbuh, berkembang, bertambah dan kebaikan yang berkesinambungan. Ar-Raghib Al-Asfahaniy memaknai kata ini dengan ats-Tsubut (ketetapan atau keberadaan) dan tsubut al-khayr al-ilahy (adanya kebaikan Tuhan). Atau, dalam istilah Imam Al-Ghazali, barakah itu ziyadatul-khair ala kulli syai', bertambahnya kebaikan atas segala sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), berkah diartikan dengan "karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia."

Dalam buku Durus al-'Am, Syaikh Abdul Malik Al-Qasimi menjelaskan bahwa berkah atau barakah adalah:

وَالْبَرَكَةُ هِيَ ثُبُوتُ الْخَيْرِ الْإَلَهِيْ فِي الشَّيْءِ. فَإِنَّهَا إِذَا حَلَّتْ فِيْ قَلِيْلٍ كَثَّرَتْهُ وَإِذَا حَلَّتْ فِيْ كَثِيْرٍ نَفَعَ

"Barokah adalah adanya kebaikan yang berasal dari Allah pada suatu hal. Sesuatu yang sedikit jika mendapatkan keberkahan, berubah jadi terasa banyak. Sesuatu yang banyak jika mendapatkan keberkahan, terasa sangat besar manfaatnya."

Dari pengertian ini saja, setidaknya ada tiga indiktor bahwa sesuatu itu diberkahi. Pertama, sesuatu yang sedikit jika barakah akan terasa banyak. Umur pendek yang diberkahi adalah umur yang diisi dengan berbagai kebaikan dan menghasilkan banyak karya dan amal saleh. Imam An-Nawawi hanya berusia 43 tahun, tetapi karya-karyanya ratusan judul dan dikaji hingga sekarang oleh banyak ilmuwan dan ulama.

Harta sedikit yang penuh berkah adalah harta yang cukup dimanfaatkan untuk berbagai keperluan layaknya harta yang banyak. Ilmu yang berkah adalah ilmu yang membuahkan manfaat yang banyak bagi diri, keluarga dan masyarakat sekitarnya. Ilmu yang berkah berarti ilmu yang sedikit tapi diamalkan dalam keseharian.

Ramadhan disebut bulan penuh berkah karena di bulan Ramadhan pahala amal kebaikan dilipatgandakan. Amalan yang awalnya biasa saja menjadi luar biasa nilainya di hadapan Allah bagi yang menjalankannya. Amalan sunnah diganjar sebagaimana layaknya amalan wajib. Di bulan ini kebaikan bertambah dan bertumbuh menjadi kebaikan yang berkesinambungan.

Kedua, sesuatu yang berkah adalah sesuatu yang membuahkan manfaat luar biasa. Ilmu agama yang banyak dan berkah akan memberi manfaat yang mendunia dan mendatangkan kebaikan bagi banyak orang. Umur panjang dan berkah akan membuahkan karya-karya (amal saleh) yang monumental dan besar manfaatnya bagi masyarakat luas.

Dalam hal ini, jika amalan di bulan Ramadhan dimaksimalkan, maka ia akan mendatangkan manfaat yang besar bagi pelakunya. Hatinya akan tertata kembali. Pikirannya dibersihkan dari berbagai prasangka dan negative thinking. Ia akan lebih optimis dalam menghadapi problematika hidupnya. Karenanya, ketika Hari Raya tiba, ia akan mendapatkan kemenangan dan kebahagiaan (al-faizin).

Ketiga, dikatakan berkah karena sesuatu atau keadaan itu bisa mengantarkan seseorang pada kebaikan dan menambah kebaikan atau ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Pernikahan yang diberkahi adalah pernikahan yang mendatangkan kebaikan bagi pasangan suami dan istri. Bukan hanya pada saat senang dan dalam limpahan nikmat-Nya. Namun, pada saat susah dan berkekurangan pun bisa menjadi berkah, manakala kesusahan itu menjadikan keduanya sadar dan bertaubat atas kesalahan diri mereka. Setidaknya, hal itu akan menghindarkan keduanya dari jurang kenistaan dan kemadharatan. Keluarga penuh berkah adalah keluarga yang selalu mendorong semua warga rumah tersebut untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.

Ramadhan akan menjadi berkah bagi pelakunya, jika setelah Ramadhan ia menjadi semakin dekat dan bertakwa kepada Allah. Sebaliknya, jika setelah Ramadhan seseorang tidak mengalami perubahan apapun, maka ia patut mengoreksi diri atas puasa Ramadhannya. Jadi, pelaku manusia ikut menentukan perubahan dalam dirinya. Jika berusaha untuk selalu mendekat kepada-Nya, maka Allah pun akan lebih mendekat kepada hamba-Nya. Karenanya, tidak ada alasan lain bagi seorang muslim kecuali harus bisa meraih berkah Ramadhan. Wallahu a'lamu.

*sumber: suaramuhammadiyah.id

  • 6. Membangun Jiwa Taqwa di Bulan Ramadhan

Alhamdulillah kita berada pada bulan yang penuh rahmah dan ampunan Allah, yaitu bulan suci Ramadhan. Sebagian dari hikmah puasa adalah meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah dan menempa diri di bulan suci Ramadhan.

Puasa di bulan Ramadhan kita lakukan tidak hanya dengan menahan lapar dan haus selama siang hari, tetapi juga dengan memperbaiki diri secara vertikal, horizontal, jasmani, dan rohani.

Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah: 183:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ ‌لَعَلَّكُمْ ‌تَتَّقُونَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa."

Ayat di atas menjelaskan bahwa tujuan puasa adalah bertaqwa kepada Allah. Menurut Imam Fakhrur Razi dalam kitab tafsirnya Ar-Razi, beliau menjelaskan bahwa puasa dapat menjadikan seseorang bertaqwa kepada Allah, karena puasa menjadikan seseorang dapat menahan syahwat dan hawa nafsu, sehingga menjauhkannya dari perbuatan tercela, perbuatan sombong, serta perbuatan yang keji dan munkar.

Seseorang yang sering melakukan puasa, mudah baginya untuk menghindarkan diri dari perbuatan tercela. Harapan utama dari seorang yang puasa adalah menghindarkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak baik.

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,

Nabi bersabda: مَنْ ‌لَمْ ‌يَدَعْ ‌قَوْلَ ‌الزُّورِ ‌وَالْعَمَلَ ‌بِهِ، ‌فَلَيْسَ ‌لِلَّهِ ‌حَاجَةٌ ‌فِي ‌أَنْ ‌يَدَعَ ‌طَعَامَهُ ‌وشرابه

Artinya: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan yang kotor dan melakukannya, maka Allah tidak memiliki hajat padanya yang telah meninggalkan makanan dan minumnya." (HR. Bukhari).

Dalam hadits ini Nabi mengingatkan kepada umatnya, agar tidak menganggap puasa hanya sebatas meninggalkan makan dan minum. Berpuasa, namun tetap melakukan perbuatan tercela, seperti berkata dusta, senang berbohong, dan mengucapkan kalimat yang kotor. Maka Nabi mengingatkan bahwa siapapun yang berpuasa, tidak makan, tidak minum, namun tetap mengerjakan hal yang tercela, maka Allah tidak peduli terhadap puasanya, tiada pahala baginya.

Selengkapnya dapat klik di sini

  • 7. 6 Amalan di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Tidak terasa Ramadhan sudah memasuki 10 hari terakhir. Tentu sebagai umat Muslim yang sangat berbahagia saat menyambut kedatangan bulan mulia ini dan menjalaninya dengan serangkaian amalan di dalamnya, kita menginginkan momen agung ini bisa dilalui dengan semaksimal mungkin.

Rasulullah saw sendiri diriwayatkan menjadikan 10 hari terakhir ini untuk lebih maksimal dalam beribadah. Dalam hadits riwayat Sayyidah ‘Aisyah disebutkan,

كَانَ رَسُوْلُ اللهً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِيْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ

Artinya, “Pada malam sepuluh terakhir, Rasulullah saw (lebih) bersungguh-sungguh (untuk beribadah), melebihi kesungguhan pada malam yang lain.” (HR Muslim).

Ada eberapa ibadah yang dianjurkan Rasul pada detik-detik terakhir sebelum Ramadhan berpulang.

1. Lebih Giat Qiyamullail

Salah satu amal ibadah yang dianjurkan pada sepuluh terakhir di bulan Ramadhan adalah lebih giat lagi dalam beribadah di malam hari. Artinya, pada setiap malam di bulan suci ini kita dianjurkan menghidupkan malam dengan beribadah, tapi begitu masuk sepuluh hari terakhir kita dianjurkan untuk lebih bersungguh-sungguh. Dalam satu hadits riwayat Sayyidah ‘Aisyah disampaikan,

Baca selengkapnya di sini

  • 8. 3 Renungan di Penghujung Bulan Ramadhan

Kita yang menyambut gembira saat kedatangan Ramadhan, kini dalam waktu dekat akan merelakan kepergian bulan sejuta ampunan itu. Ramadhan sudah memasuki sepuluh hari terakhir. Artinya, tidak lama lagi bulan yang kehadirannya selalu dirindukan umat Muslim ini akan berakhir dalam hitungan hari.

Sebagian kita telah melewatinya dengan semangat amal ibadah, mulai dari berpuasa, tadarus Al-Qur’an, shalat tarawih, dan amalan-amalan lainnya. Namun harus diakui pula sebagian yang lain, barangkali anda yang membaca termasuk diantaranya, melewati hari-hari Ramadhan dengan ibadah alakadarnya. Entah karena kesibukkan aktifivitas yang menumpuk atau memang sebab malas saja.

Di penghujung bulan ini, penting kiranya kita renungi hari-hari Ramadhan yang telah dilalui, juga sisanya yang akan kita lewati.

Setidaknya ada tiga (3) renungan di penghujung Ramadhan.

1. Mengevaluasi Ibadah

Sudah separuh bulan lebih hingga sepuluh hari terakhir Ramadhan kita tunaikan, tentu sudah seharusnya ada banyak ibadah yang telah kita lakukan selama berpuasa. Selain ibadah puasanya sendiri, juga amal-amal sunnah seperti tadarus Al-Qur’an, shalat tarawih, menghidupkan malam-malam dengan serangkaian ibadah, dan sebagainya. Sebagai manusia biasa, kita tidak bisa menjamin apakah semua ibadah yang sudah kita lakukan itu diterima Allah swt atau tidak.

Sebab itu, sekalipun kita sudah beribadah maksimal selama Ramadhan, kita tidak boleh terlalu percaya diri bahwa Allah menerima semua apa yang kita lakukan. Dengan begitu kita tidak akan larut dalam kepuasan spiritual atau bahkan merasa diri sudah paling saleh. Meski begitu, di sisi lain kita juga harus optimis bahwa Allah menerima ibadah yang sudah kita perbuat agar tidak muncul sikap pesimis. Sebab, Allah sesuai perasangka hamba-Nya.

Selengkapnya bisa dilihat di link berikut: 

Materi Kultum Ramadhan Singkat Berbagai Tema

  • 9. Tips Menggapai Lailatul Qadar di Akhir Ramadhan

Lailatul Qadar, yang juga dikenal sebagai malam kemuliaan, adalah salah satu malam yang paling istimewa dalam Islam. Malam ini terjadi pada salah satu malam terakhir dari bulan Ramadhan, namun tanggal pastinya tidak diketahui secara pasti. Para ulama berbeda pendapat terkait tanggal pastinya malam Lailatul Qadar.

Pendapat pertama mengatakan bahwa Lailatul Qadar terjadi setiap hari di bulan Ramadhan. Kedua, mengatakan, bahwa Lailatul Qadar terjadi di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Sebagaimana dalam Kitab Musnad Ahmad, juz IV, halaman 316:

اِلْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى أَوْ سَابِعَةٍ تَبْقَى أَوْ خَامِسَةٍ تَبْقَى

Artinya: “Carilah Lailatul Qadar pada malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, pada malam ke sembilan yang tersisa, tujuh yang tersisa dan lima yang tersisa”.

 Pendapat ketiga mengatakan, bahwa Lailatul Qadar terjadi pada hari-hari ganjil di 10 terakhir bulan Ramadhan, tanpa menentukan itu di tanggal ganjil atau tidak.

وَلَفْظُ الشَّافِعِيِّ: “وَطَلَبُهَا فِيْ الْوِتْرِ مِنْهُ أَيْ: مِنِ العَشْرِ, اَحَبُّ اِلَيَّ”. وَمِنْ هَذَا اَلْخَبَرُ أَخَذَ القَاضِي الحُسَيْنِ تَأَكُّدَ طَلَبِهَا فِيْ الْعَشْرِ اَلْأَخِيْرِ أَيْضاً؛‎ لِأَنَّ الْوِتْرَ لَا يُدْرَي أَنَّهُ أَرَادَ بِهِ المَاضِيَ أَوْ الوِتْرَ المُسْتَقْبَلَ؛ فَيَدْخُلُ فِيْهِ‎ الكُلُّ.‎

Artinya : “Lafal dari Imam As-Syafi’i: “Mencari Lailatul Qadr pada malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadan lebih aku sukai.” Kemudian dari kabar As-Syafi’i ini, mengambil pendapat Qadi Husein, yang dijadikan dasar dari kesunahan mencari Lailatul Qadar pada 10 hari terakhir bulan Ramadan (tanpa mengkhususkan pada malam-malam ganjil). Karena tidak diketahui malam terakhir yang telah lalu ataukah yang akan datang, maka masuklah semua sepuluh hari tersebut.” (Mugnil Muhtaj, juz I, halaman 221).

Terkait kemuliaan dan keutamaan malam Lailatul Qadar dijelaskan langsung oleh Allah dalam surat Al-Qadr ayat 3. Allah berfirman;

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Artinya, "Malam Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al-Qadr: 3)

Dalam ayat lain Lailatul Qadar juga disebut sebagai malam yang diberkahi:

إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِى لَيۡلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ

Artinya, “Sesungguhnya Kami (mulai) menurunkannya pada malam yang diberkahi (Lailatul Qadar). Sesungguhnya Kamilah pemberi peringatan.” (QS Ad-Dukhan: 3).

Menurut Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, ayat “Lailah Mubarakah” yang dimaksud ialah malam Lailatul Qadar. Hal ini jika kita merujuk pada penjelasan Al-Quran surat Al-Qadar ayat 1 tentang Al-Qur’an yang diturunkan di Lailatil Qadar. Lebih lanjut Al-Baqarah ayat 185 mengatakan bahwa bulan Ramadan adalah bulan diturunkan Al-Quran.

Adapun malam Lailatul Qadar, berarti malam yang amat berharga, cocok artinya dengan Lailatin Mubarakatin (malam yang diberi berkah), yang tertulis di ayat ini.

Selain itu, dalam hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw juga menjelaskan bahwa malam Lailatul Qadar malam yang mulia, yang akan menjadi kesempatan pengampunan dosa yang telah lalu. Keistimewaan itu dianugerahkan bagi orang yang menghidupkannya dengan amal kebaikan.

Nabi saw bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: "Barangsiapa yang melakukan shalat pada malam Lailatul Qadar dengan iman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Lailatul Qadar dianggap sebagai malam yang sangat mulia dan penuh keberkahan. Umat Islam dianjurkan untuk beribadah dan beramal kebaikan pada malam ini untuk mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.

Ada 5 tips untuk menggapai malam Lailatul Qadar.

Pertama, meningkatkan ibadah. Perbanyak ibadah selama 10 malam terakhir Ramadhan dengan melakukan shalat malam (tahajud), membaca Al-Quran, berdoa, dan berzikir. Pasalnya, Rasulullah di malam 10 terakhir Ramadhan senantiasa mengisi dengan ibadah kepada Allah.

Dijelaskan oleh Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda;

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أَحْيَا اللَّيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَر

Artinya. “Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bila memasuki 10 hari, yakni 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan, mengencangkan kain sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.” (HR Al-Bukhari).

Sementara itu Abu Ishaq As-Syirazi dalam Kitab At-Tanbih menuliskan bahwa seyogianya oran​​​​​​g​mengisi 10 malam terakhir Ramadhan, terlebih malam ganjilnya dengan memperbanyak amal kebajikan.

ويطلب ليلة القدر في جميع شهر رمضان وفي العشر الأخير أكثر وفي ليالي الوتر أكثر وأرجاها ليلة الحادي والعشرين والثالث والعشرين ويستحب أن يكون دعاؤه فيها اللهم انك عفو تحب العفو فاعف عني

Artinya: “Dianjurkan mencari Lailatul Qadar di setiap malam Ramadhan, terutama malam 10 akhir dan malam ganjil. Lailatul Qadar paling sering diharapkan terjadi pada malam 21 dan 23.”

Dianjurkan memperbanyak doa di dalamnya, “Allahumma innak ‘afuun tuhibbul afwa Fa’fu 'anni”.

Kedua, beriktikaf di masjid. Untuk meraih malam Lailatul Qadar seyogianya mengisi dengan melaksanakan iktikaf di masjid, terlebih di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

Contoh iktikaf model ini, dipraktikkan langsung oleh Rasulullah saw ketika bulan Ramadhan.

Hal ini sebagaimana hadis yang bersumber dari Imam Muslim, Nabi saw bersabda;

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يعتكف العشر الأواخر من رمضان

Artinya, “Bahwa Rasulullah SAW, beliau melekasanakan iktikaf di malam 10 terakhir bulan Ramadhan.”

Adapun tujuan Rasulullah saw melakukan iktikaf, untuk mendapatkan kemuliaan malam Lailatul Qadar. Pasalnya, dalam malam tersebut lebih mulia dari 1000 bulan (83 tahun 4 bulan). Orang yang mendapatkan malam tersebut, maka akan memperoleh ampunan dan rahmat Allah, yang tidak ada bandingannya.

Ketiga, berinfak dan bersedekah. Infak dan sedekah pada malam Lailatul Qadar sangat dianjurkan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pahala dan mendekatkan diri kepada Allah swt.

Allah berfirman; إِنَّ ٱلۡمُصَّدِّقِينَ وَٱلۡمُصَّدِّقَٰتِ وَأَقۡرَضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنًا يُضَٰعَفُ لَهُمۡ وَلَهُمۡ أَجۡرٌ كَرِيمٌ

Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, baik laki-laki maupun perempuan, dan meminjamkan (kepada) Allah pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) kepada mereka dan baginya (diberikan) ganjaran yang sangat mulia (surga).”

Praktik sedekah di bulan Ramadhan juga dilaksanakan oleh Rasulullah saw secara langsung, yang disaksikan oleh sahabat yang lain. Hal ini terekam dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari dan Muslim;

انَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ (أَجْوَدَ) مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ

Artinya; “Rasulullah saw adalah orang paling dermawan di antara manusia lainnya, dan ia semakin dermawan saat berada di bulan Ramadhan.” Keempat, berdoa dengan penuh khusyuk. Berdoa dengan penuh khusyuk, tawadhu', dan memohon ampun kepada Allah sawt agar diberikan keberkahan pada malam Lailatul Qadar.

Ada satu doa yang diajarkan Rasulullah saw pada Aisyah ra, yang cocok diamalkan di bulan Ramadhan.

Pun doa ini populer di Nusantara:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Artinya, “Dari Sayidah Aisyah, dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat engkau jika aku tahu bahwa malam tertentu adalah Lailatul Qadar, lantas apa doa yang mesti saya ucapkan?’ Nabi Saw menjawab, ‘Bacalah doa berikut ini: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni’, (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku).”

Kelima, meningkatkan kebaikan. Selama 10 malam terakhir Ramadan, perbanyak melakukan kebaikan seperti membantu orang lain, berbuat baik kepada orang tua, dan lain-lain.

Hal ini dapat menjadi amal yang berkelanjutan dan terus mendatangkan keberkahan dari Allah:

من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه. رواه البخاري

Artinya, “​​​​​​​ِBarang siapa yang mengisi Lailatul Qadar karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Al-Bukhari). 

  • 10. Rindunya Hati Akan Kedatangan Bulan Ramadhan

Di antara perkataan ulama terdahulu yang menunjukkan kerinduan akan datangnya bulan Ramadhan adalah apa yang diungkapkan oleh Yahya bin Abi Katsirra. Beliau mengatakan, salah satu doa yang dipanjatkan para salaf adalah doa berikut:

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً

"YaAllah,pertemukan diriku dengan bulan Ramadhan, selamatkan Ramadhan untukku, dan terimalah seluruh amalku di bulan Ramadhan."

Terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang berisikan doa berikut:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

"Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab dan Sya'ban serta sampaikan kami ke bulan Ramadan."

Rindu Ramadhan memuat isyarat bahwa kita mencintai Ramadhan dan berharap segera bisa berjumpa dengan Ramadhan. Jika kemudian kita bisa bercengkerama dengan Ramadhan sesuai syariat Islam, maka mendambakan pintu Ar-Rayyan di Syurga kelak membuka untuk kita bukanlah sebuah sekedar mimpi.

Penyejuk di tengah gersangnya kehidupan, sebelas bulan lamanya kita merasa larut oleh hiruk pikuk rutinitas duniawi. Tak jarang kita pergi pagi pulang sore hanya untuk mengais rezeki. Ibadah terkadang dilakukan hanya yang wajib saja bahkan terkadang sekedar melepas kewajiban saja. Tak pelak, raga pun jadi lesu dan letih. Begitu juga spiritual, kering kerontang. Jika ini tidak segera diobati, bisa jadi lambat laun akan rusak bahkan akan mati. Bulan Ramadhan datang bagai terapi, kehadirannya penghapus dahaga sekaligus penyejuk. Orang yang sakit akan terobati. Sesuai kata Nabi, barang siapa yang puasa, maka akan sehat,

صُومُوا تَصِحُّوا

"Berpuasalah agar kalian sehat."

Berbeda dengan bulan-bulan lainnya, Allah swt, memanjakan hamba-Nya sebab di bulan itu pahala dilipatgandakan. Karena itu, satu biji kurma kita sedekahkan, akan bernilai pahala yang sangat besar. Bahkan bisa jadi wasilan atau jalan masuk syurga. Belum lagi misalnya dengan pahala amal saleh lainnya, seperti sedekah, shalat, tilawah al-Quran, qiyamul lail (shalat malam), dan ibadah lainnya. Maka, barangsiapa yang mengerjakannya, niscaya panen pahala. Siapapun dijamin bakal terpikat oleh Ramadhan. Oleh karena itu, bergembiralah dengan datangnya Ramadhan.

Nabi Muhammad saw pun mengibaratkan Ramadhan laksana sajian atau jamuan ilahi. Dan, umat Islam adalah tamu istimewa yang akan menyantap sajian itu. Ketika itu, nafas orang berpuasa ibarat tasbih, tidurnya laksana ibadah, doa-doa yang dipanjatkan akan terkabul. Betapa agungnya bulan Ramadhan disaguhkan bagi kita umat Islam.

Andai seluruh bulan adalah Ramadhan, betapa banyaknya pahala yang dapat. Karena itu, tak heran jika Nabi Muhammad saw bersabda:

لو يعلمُ العبادُ ما رمضانُ لتمنَّت أمَّتي أن تكونَ السَّنةُ كلُّها رمضانَ إنَّ الجنَّةَ لتُزيَّنَ لرمضانَ من رأسِ الحوْلِ إلى الحوْلِ

"Seandainya umatku mengetahui apa yang terdapat dalam bulan Ramadhan, maka sungguh mereka akan berharap satu tahun itu Ramadhan penuh. Sesungguhnya surga berhias menyambut Ramadhan setiap tahunnya."

Oleh sebab itu, tidak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak bergembira dengan datangnya bulan suci. Pasalnya, di bulan ini, pintu syurga dibuka, pintu neraka ditutup, setan dibelenggu, dan disediakannya malam lailatul qadr. Tidak dipungkiri lagi, bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan. Karena itu, momen itu sangatlah berharga. Terlebih, Allah swt masih memberi kesempatan umur untuk bersua lagi dengannya. Sebab, ada banyak orang lain, yang dulu berjumpa, tapi kini telah pergi. Karena itu, mari kita siapkan diri kita, baik hati dan fisik untuk menyongsong datangnya tamu Allah itu.

Mulai sejak dari sekarang, memperbanyak amal saleh dan menjauhi larangannya. Jangan sampai, bulan itu telah hadir, tetapi diri kita masih penuh dilumuri noda dan dosa. Akan lebih eloknya, jika Ramadhan datang, kita sambut dengan penuh suka cita dan bersih dari segala noda dan dosa. Sehingga kita bisa menjalankan ibadah puasa dengan penuh khusuk dan khidmat

Allah swt memuliakan kita di bulan Ramadhan dengan membelenggu syetan, dengan membuka pintu-pintu syurga,menutup pintu-pintu neraka, dan melipatgandakan pahala. Allah pun menyampaikan bahwa puasa dapat memberikan syafa’at kepada orang yang berpuasa, melindunginya dari neraka, dan dapat memasukkannya ke dalam syurga melalui pintu ar-Rayyan.

Hari-hari dalam Ramadhan seluruhnya dipenuhi rahmat, ampunan, dan pembebasan. Salah satu riwayat dikatakan sebagai berikut:

أَوَّلُ شَهْرِ رَمَضَانَ رَحْمَةٌ وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ

"Awal bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan,dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka."

Setiap hari pada bulan Ramadhan pintu-pintu rahmat akan dibuka dan di setiap malamAllah swt akan membebaskan orang-orang dari neraka. Maka, di sepanjang bulan Ramadhan akan dipenuhi rahmat,ampunan, dan pembebasan dari api neraka, tidak terbatas pada beberapa fase.

Ramadhan itu bak seorang kekasih. Lihatlah, kehadiran Ramadhan selalu ditunggu-tunggu dan kebersamaan dengannya diharapkan berlangsung lama. Maka tidak mengherankan jika pada saatnya harus berpisah dengan Ramadhan, para sahabat Nabi yang bersedih. Rindu bertemu Ramadhan akan segera tertunaikan. Kita sambut dengan bergembira. Ramadhan dirindukan, Ramadhan yang dinantikan, semoga kita termasuk orang-orang yang diberikan ampunan serta limpahan rahmat Allah swt. Suasana bulan Ramadan memiliki ciri khas yang tidak bisa didapatkan pada bulan-bulan lainnya.

Bahkan bukan hanya beribadah saja. Tidur di bulan puasa saja terasa begitu nikmat. Istirahat selepas shalat dzuhur benar-benar terasa nikmat meskipun hanya tidur sekelebat memanfaatkan jam istirahat yang biasanya digunakan untuk mencari makan siang. Kita semua juga bisa berkumpul dan dipersatukan oleh malam Ramadhan dengan taraweh dan tadarus. Kita semua bisa menyambung kembali tali silaturahim dan saling bermaaf-maafan melupakan sejenak segala permasalahan yang telah terjadi dan kita buka lembaran baru.

Bulan Ramadhan merupakan salah satu nikmat sangat agung yang diberikan kepada umat Islam untuk mendapat ampunan dan rahmat Allah swt. Di bulan Ramadhan seseorang membutuhkan bekal intelektual dan pengetahuan yang cukup untuk bisa menjadi orang yang bershaum sesungguhnya agar bukan sekadar menahan lapar dan haus.

Ramadhan Mubarak, Selamat Datang Bulan Suci Ramadhan yang Penuh Barokah.. Ahlan Wa Sahlan Wa Marhaban yaa Ramadhan.. Saatnya memperbaiki diri dan hati serta membuka lembaran baru yang putih bersih lagi bersinar.. Ramadhan Bulan Kemenangan.

Ya Allah, pertemukan kami dengan Ramadhan. Bantulah kami Ya Allah untuk menunaikan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya dan melakukan Qiyamullail pada malamnya. Ya Allah, terimalah segala amalan kami ini.

Sumber: badilag.mahkamahagung.go.id

Demikian sejumlah materi kultum Ramadhan singkat berbagai tema. Semoga bermanfaat.

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm