Kemudian pada tahun 1965, H Anang Sahroni bin Abdul Somad, takmir Masjid Darussalam, memperkenalkan bubur samin khas Banjar sebagai opsi menu buka puasa.
Namun, pada awalnya, bubur samin ini hanya tersedia untuk kalangan jamaah masjid dan belum dibagikan secara luas kepada masyarakat.
"Tahun 1985 memplokamirkan lagi bahwa bubur samin dibagikan kepada masyarakat. Karena yang berminat banyak sekali, maka dibagikan," kata Rosyidi.
Pada awalnya, bubur samin yang dibuat untuk dibagikan kepada masyarakat jumlahnya masih sedikit, sekitar 15 kilogram, dan selalu habis.
Saat ini, produksi bubur samin terus bertambah. Setiap harinya selama bulan Ramadhan, dibuat sebanyak 45 kilogram atau sekitar 1.200 porsi bubur samin.
Dari jumlah tersebut, 1.000 porsi bubur samin disediakan secara gratis bagi masyarakat, sementara 200 porsi sisanya disediakan untuk berbuka puasa di masjid.
Selain bubur samin, tersedia juga menu tambahan seperti kurma, kopi susu, dan juga buah-buahan.
Rosyidi mengatakan bahwa ada banyak penduduk sekitar yang ikut memberikan sumbangan untuk mendukung pembuatan bubur samin khas Banjar ini.
Adanya bantuan donasi inilah yang menjaga kelangsungan tradisi bubur samin khas Banjar yang terus berlangsung hingga saat ini, dan terus dilakukan setiap bulan Ramadhan.
"Kalau dana Alhamdulillah dari pemerintah memberi 1,5 ton beras, ada warga dari Singapura memberikan bantuan dana dan alumni dari Masjid Darussalam, SD Darussalam semua memberi. Alhamdulillah cukup untuk pembuatan bubur samin," jelasnya.
Penulis: Zulfa Abdat
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: Sahur dan Bukber Gratis di Masjid Al Falah Sragen, Ada 300-500 Porsi