Boyolali, Sonora.ID - Para santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Huda, Doglo memiliki cara unik untuk mendapatkan hiburan. Mereka memanfaatkan barang-barang sederhana di sekitar pondok untuk menciptakan permainan yang seru dan menyenangkan.
Ponpes yang ada di Desa Candi Gatak, Kecamatan Cepogo, Boyolali itu memiliki tradisi permainan ekstrim untuk menghibur para santri.
Biasanya, permainan sepak bola menggunakan bola plastik atau bola kulit.
Namun di Ponpes tersebut para santri menjadikan kelapa sebagai bolanya.
Yang lebih menantang lagi, kelapa yang keras itu juga dibakar.
Baca Juga: Perajin Bersorak, Pesanan Kaligrafi Tembaga Tumang Boyolali Meningkat
Permainan tersebut dinamakan sepak bola api.
Kegiatan sepak bola api ini digelar santri setelah menuntaskan belajar dan mengaji kitab kuning.
Kegiatan ini memanfaatkan halaman sekolah ponpes tersebut.
Aturan main sepak bola ini tidak berbeda dengan sepak bola pada umumnya.
Hanya saja, gawang yang digunakan berukuran lebih kecil daripada gawang pada umumnya.
Karena ukuran lapangan juga cukup terbatas, permainan ini hanya dimainkan 6 pemain dalam setiap tim.
Durasi permainan ini hanya 10 menit x 2.
Pertandingan sepak bola api ini antara tim hitam melawan tim putih.
Pengurus Ponpes, Muhammad Nailil Huda memimpin doa para santri sebelum memulai pertandingan tersebut.
Setelah melafalkan doa-doa khusus, kick off pun dimulai.
Kelapa yang telah dijadikan bola api ditendang.
Baca Juga: PH Tedakwa Kasus Akuisisi PT SBS, Duplik Tetap Dalam Nota Pembelaan
Suara keras nan mengerikan pun tercipta saat kaki dibenturkan ke kelapa yang menyala hebat itu.
Para santri berebut bola untuk dimasukkan ke dalam gawang lawan.
"Sepakbola api ini semata-mata untuk hiburan bagi santri saja. Jadi santri tidak merasa bosan dengan kegiatan pondok yang memang banyak kegiatan belajar," kata Huda.
Huda mengaku, sepak bola api memang sudah biasa dilakukan di Ponpes yang dipimpin KH Habib Ihsanudin itu.
Biasanya dilakukan pada momen tertentu atau jika para santri sudah terlihat bosan mengaji.
Terutama saat bulan puasa, dimana kegiatan belajar, ngaji kitab kuning lebih padat.
Dengan menjalani berbagai tirakat khusus, maka para santri akan bisa melakukan permainan berbahaya ini tanpa mengalami luka.
"Yang penting doa. Karena doa itu senjatanya kaum mukmin," ujarnya.
Penulis : Ika Andriani
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.