Kemenangan untuk Selamanya
Jumat Agung, hari yang kelam,
Yesus disalibkan di bukit Golgota,
Kasih-Nya yang abadi terpancar jelas,
Menebarkan terang di tengah kegelapan.
Daripada menyerah, Ia memilih mengorbankan diri,
Menebus dosa-dosa umat manusia,
Sengsara dan pahit, tetapi Ia bertahan,
Menghadapi segala rintangan yang ada.
Gurat-gurat darah mengalir dari tubuh-Nya,
Menunjukkan betapa besar kasih-Nya,
Saat Yesus tergantung di kayu salib,
Menjadi lambang pengampunan dan pengharapan.
Kini, kita merenungkan kembali perjalanan-Nya,
Merasakan kesedihan yang dialaminya,
Namun, kita juga merasakan kehangatan kasih-Nya,
Yang abadi selamanya.
Jumat Agung, hari yang kelam,
Namun kemenangan-Nya abadi selamanya,
Kasih-Nya membebaskan kita dari dosa,
Membawa kebahagiaan dan kedamaian yang abadi.
4. Puisi Jumat Agung
Paskah, Kasih, dan Pengampunan-Mu
Di pagi yang suci, mentari bangkit memancar,
Paskah datang berseri, tanda kasih yang nyata.
Langkah tak terhitung, di padang kehidupan,
Menebarkan cahaya, memancar dari kalbu.
Dalam langkah-Nya, terbuka pintu kasih,
Menebar benih kebaikan, di segenap sudut dunia.
Dalam kisah kuno, t'lah diulang berulang,
Kemenangan atas gelap, cahaya menang bersinar.
Paskah, waktu kebangkitan, jiwa merayap bebas,
Dari belenggu dosa, menuju hidup yang abadi.
Dalam hati yang sunyi, ada kehadiran-Nya,
Menyentuh jiwa, menyembuhkan luka.
Di sela-sela pesta, mari renungkan makna,
Keselamatan diberi, dengan penebusan yang suci.
Paskah membawa harapan, dalam kegelapan malam,
Takkan pernah padam, terangi jalan yang benar.
Oh, Paskah yang mulia, pesanmu abadi,
Kasih dan pengampunan, sebagai tanda kemurahan-Nya.
Di bawah bayang-Mu, kita bersatu dalam iman,
Menyanyikan pujian, bagi Sang Penebus yang Agung.