5 Kultum di Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan 2024, Singkat 7 Menit

1 April 2024 18:20 WIB
Ilustrasi kultum akhir ramadhan singkat
Ilustrasi kultum akhir ramadhan singkat ( )

Sonora.ID – Simak kultum di sepuluh hari terakhir Ramadhan 2024 berikut ini.

Menuju akhir Ramadhan, kultum yang biasanya disampaikan oleh ustaz menjelang berbuka puasa, setelah sholat berjamaah, hingga setelah sholat tarawih bisa mengangkat tema tentang akhir Ramadhan.

Kultum sendiri merupakan dakwah yang berisi nasihat, motivasi, dan inspirasi kepada para jamaah tentang ajaran Islam.

Pada dasarnya kultum hampir sama dengan ceramah, namun yang membedakannya hanyalah dari segi waktunya di mana kultum cenderung singkat.

Berikut Sonora.ID merlansir beberapa kultum di sepuluh hari terakhir Ramadhan 2024, simak:

Kultum 1: Memperbanyak Sedekah di Akhir Ramadhan
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Saudara-saudara sekalian,

Di bulan suci Ramadhan, kita diberikan kesempatan istimewa untuk beribadah, bertaqwa, dan beramal. Salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam, terutama akhir Ramadhan, adalah sedekah. Sedekah adalah tindakan memberikan sebagian harta kita kepada yang membutuhkan sebagai bentuk kepedulian dan keikhlasan kita untuk membantu sesama.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadis riwayat Abu Daud, "Sedekah itu dapat menghapuskan dosa sebagaimana air itu memadamkan api" (HR. Tirmidzi). Dalam hadis ini, Rasulullah memberikan dalil tentang keutamaan sedekah dalam menghapuskan dosa-dosa kita. Dalam bulan Ramadhan, kita diberikan kesempatan untuk memperbanyak sedekah agar kita dapat menghapuskan dosa-dosa kita dan memperoleh pahala yang berlipat ganda.

Selain itu, akhir Ramadhan kita juga dianjurkan untuk memperbanyak sedekah sebagai bentuk bersyukur atas nikmat yang telah diberikan selama bulan suci ini. Allah SWT telah memberikan kita kesempatan untuk berpuasa, menjalankan ibadah malam, dan beribadah dengan penuh hikmah di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT, kita seharusnya berusaha untuk memperbanyak sedekah sebagai wujud penghargaan atas nikmat tersebut.

Selain itu, sedekah juga memiliki manfaat sosial yang besar. Dengan memperbanyak sedekah akhir Ramadhan, kita dapat membantu mereka yang membutuhkan, mengurangi penderitaan mereka, dan menjadi sumber keberkahan bagi mereka. Sedekah juga dapat mempererat tali silaturahmi antara sesama muslim, meningkatkan solidaritas sosial, dan memperkuat hubungan kita dengan Allah SWT.

Oleh karena itu, mari kita manfaatkan akhir Ramadhan dengan memperbanyak sedekah. Kita bisa memberikan sedekah dalam bentuk uang, makanan, atau bantuan lainnya kepada mereka yang membutuhkan. Kita juga bisa memperbanyak sedekah secara fisik, seperti memberikan senyum, memberikan nasihat yang baik, atau memberikan bantuan dalam bentuk tenaga atau waktu kita. Ingatlah, sedekah tidak harus selalu dalam bentuk harta, tetapi bisa juga dalam bentuk lain yang bisa kita berikan.

Saudara-saudara sekalian, mari kita ikuti contoh Rasulullah dan para sahabat yang sangat dermawan dalam bersedekah, terutama akhir Ramadhan. Semoga dengan memperbanyak sedekah, kita bisa menghapuskan dosa-dosa kita, meraih keberkahan, dan memperkuat solidaritas sosial dalam masyarakat. Semoga Allah SWT menerima sedekah kita dan membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Baca Juga: 50 Ucapan Idul Fitri 2024 Islami dalam Bahasa Inggris dan Artinya!

Kultum 2: Menggapai Lailatul Qadar
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Hadirin Rahimakumullah!

Sejak kecil, ada satu kalimat yang tidak asing dan selalu terdengar di bulan Ramadan, terutama di penghujung bulan tersebut.. Ya, tentunya kita tidak asing dengan kata Lailatul Qadar. Malam yang mulia ini hanya ada di bulan Ramadan, Satu malam yang sangat diidamkan oleh seluruh umat Islam di dunia. Betapa tidak? Malam Qadar adalah satu malam yang lebih dari seribu bulan, setara dengan 83 tahun lamanya. Ada satu surah yang tentu sangat kita hafal sejak kecil, Q.S. Al-Qadr: 3-5 sebagai berikut:

"(3). Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (4). Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (5). Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."

Mengenai ayat 3 ini, As-Syaikh Wahbah Az-Zuhaili menulis dalam kitabnya, Tafsir Al-Wajiz sebabai berikut: "Malam lailatul qadar yaitu malam dimana amal shalih ketika itu lebih baik daripada amal selama seribu bulan di waktu selain lailatul qadar. Jarir mengatakan dari Mujahid yang berkata: "Salah satu laki-laki dari Bani Israil ada yang melaksanakan shalat di waktu malam sampai pagi, kemudian berperang memerangi musuhnya di waktu siang sampai sore, dan dia melaksanakan hal itu selama seribu bulan, kemudian Allah menurunkan ayat (Lailatul qadri khairum min alfi syahr) sebagaimana yang diamalkan oleh laki-laki itu."

Dan pada malam tersebut, bumi disesaki oleh para malaikat yang dipimpin oleh Jibril. Para malaikat mendoakan orang-orang yang beribadah di malam tersebut. Masih dalam kitab yang sama, Asy-Syaikh Wahbah melanjutkan penafsiran ayat 4 dan 5 sebagai berikut: "Malaikat berbondong-bondong turun ke bumi beserta Jibril di antaranya pada malam ini atas perintah Tuhan mereka untuk menunaikan setiap perkara yang hendak dipenuhi oleh Allah di tahun berikutnya, dan memberikan kebaikan untuk orang-orang yang taat, di antaranya adalah ada yang mendoakan keselamatan mereka, memohonkan ampun dan mendoakan mereka. Malam ini adalah malam (yang penuh) kesejahteraan dan penuh kebaikan mulai permulaannya sampai terbitnya fajar."

Hadirin Rahimakumullah!

Menurut hadis sahih, Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk menggapai malam tersebut pada malam-malam ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadan. Rasulullah SAW bersabda:

"Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Carilah Lailatul Qadar pada malam yang ganjil dalam sepuluh malam yang akhir dari Ramadan". (HR. Al-Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ahmad).

Lalu bagaimana cara menggapai malam terbaik tersebut? Ya tentu banyak caranya. Diantaranya adalah dengan memperbanyak iktikaf di 10 malam terakhir. Bangunkan anak dan istri kita untuk memperbanyak ibadah sebagaimana hadis Rasulullah SAW:

"Dari Ali bahwa Nabi SAW biasa membangunkan keluarganya pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadlan." (HR. At-Tirmidzi).

Sekalipun tidak bisa iktikaf sepanjang malam, kita bisa memperbanyak membaca Al-Qur'an atau berzikir di rumah kita. Jangan sampai karena alasan tidak iktikaf, kita habiskan malam kita dengan sesuatu yang kurang bermanfaat. Perbanyak pula membaca doa berikut ini, terutama di 10 malam terakhir sebagimana hadis berikut:

"Dari Aisyah ia berkata; wahai Rasulullah, apabila aku mengetahui malam apakah lailatul qadr, maka apakah yang aku ucapkan padanya? Beliau mengatakan: "Ucapkan; Allaahumma innaka 'afuwwun kariimun tuhibbul 'afwa fa'fu 'annii (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi ampunan dan Maha Pemurah, Engkau senang memberikan ampunan, maka ampunilah aku). (HR. At-Tirmidzi).

Hadirin Rahimakumullah!

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang memang harus bekerja di malam hari dan tidak sempat ber'itikaf seperti para sekuriti, sopir bis malam, atau pegawai yang mendapatkan jadwal piket malam hari? Apakah mereka bisa mendapatkan lalilatul qadar? Ya tentu bisa, selagi pada malam itu mereka beribadah. Jika mereka tidak sempat qiyamullail, mereka bisa bekerja sambil memperbanyak zikir. Zikir apa? Banyak, bisa dengan salawat. Tahlil, tasbih, tahmid atau istighfar. Jangan sampai mengabaikan begitu saja hanya karena alasan pekerjaan. Dan terlebih lagi, jangan sampai bermaksiat di malam lailatul qadar. Ingatlah bahwa pada malam itu para malaikat berdesakan turun ke bumi untuk mendoakan hamba-hamba Allah.

Hadirin Rahimakumullah!

Demikian mauizah singkat yang dapat saya sampaikan. Semoga Allah memperkenankan kita untuk memperoleh lailatul qadar, malam yang nilaimya lebih baik dari beribadah selama 83 tahun atau seribu bulan.

Wal'afwu minkum. Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh.

Kultum 3: Zakat dan Kepekaan Sosial
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Jamaah yang dimuliakan Allah

Di penghujung bulan Ramadan nanti, sebagai seorang muslim kita diperintahkan untuk menunaikan zakat yang disebut sebagai zakat fitrah. Kewajiban zakat ini bukan hanya perintah yang harus dilakukan sebagai ibadah saja, namun juga dilakukan untuk kepentingan sosial. Karena salah satu fungsi dari diperintahkannya zakat adalah untuk memberikan maslahat kepada manusia, khususnya bagi orang-orang yang membutuhkan. Dengan demikian, zakat dan kepekaan terhadap kehidupan sosial memiliki hubungan yang erat.

Di dalam Islam, ada 2 jenis zakat yang wajib ditunaikan, yaitu zakat fitrah dan zakat mal (zakat harta). Zakat fitrah adalah zakat yang ditunaikan untuk menyucikan jiwa. Sedangkan zakat harta ditunaikan untuk menyucikan harta. Meski secara definisi memiliki tujuan yang berbeda, kedua zakat ini memiliki orientasi yang sama dalam kehidupan sosial. Yakni agar kemaslahatan di muka ini merata. Sehingga pada perayaan hari raya idul fitri misalnya, bukan hanya orang kaya saja yang bisa merayakan hari raya dengan suka cita beserta hidangannya tetapi juga dirasakan oleh orang-orang yang kurang mampu karena adanya zakat fitrah.

Jamaah yang berbahagia

Di dalam Al-Qur'an dan Hadis, Allah dan Rasulullah memberi tahu bahwa penunaian zakat sangat berguna dalam pemerataan ekonomi dalam kehidupan sosial. Terdapat beberapa ayat dan hadis yang menceritakan hal tersebut.

Pertama, Surah al-Hasyr ayat 7, yang menceritakan bahwa zakat berguna agar kekayaan di muka bumi merata

Apa saja (harta yang diperoleh tanpa perorangan) yang dianugerahkan Allah kepada Rasul-Nya dari penduduk beberapa negeri adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak yatim, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. (Demikian) agar harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu. (QS. Al-Hasyr [59]:7)

Kedua, Surah at-Taubah ayat 60 juga menjelaskan bahwa distribusi zakat berguna untuk orang yang kurang mampu.

Ada delapan golongan yang berhak menerima zakat atau biasa disebut dengan mustahiq zakat.

Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. (QS. At-Taubah [9]:60)

Ketiga, Sebagian Harta Orang Kaya adalah Hak Orang Miskin

Dari Ibn Abbas ra. Bahwasanya Nabi SAW mengutus Mu'adz ra ke Yaman... lalu menuturkan isi haditsnya, dan di dalamnya disebutkan, sesungguhnya Allah mewajibkan kalian zakat di dalam harta kalian yang diambil dari orang kaya di antara mereka lalu memberikannya kepada orang miskin di antara mereka (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadirin yang dimuliakan Allah

Di dalam kitab al-Fiqh al-Muyassar tujuan-tujuan umum yang menjadi alasan Allah mensyariatkan kepada hamba-Nya zakat, Abdullah al-Thayyar, Abdullah bin Muhammad dan Muhammad bin Ibrahim juga menyebutkan:

(Tujuan ketiga pensyariatan zakat adalah) membantu orang-orang dhu'afa dan mencukupi kebutuhan orang yang memiliki hajat/kebutuhan.

Hadirin yang dirahmati Allah

Berdasarkan beberapa keterangan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa orientasi dari perintah zakat bukan hanya sebagai bentuk penghambaan saja, melainkan juga berfungsi untuk meratakan maslahat kepada seluruh hamba Allah. Sehingga zakat sejatinya memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap kehidupan sosial.

Hadirin, demikianlah korelasi antara zakat dan kepekaan sosial yang tidak bisa terlepas. Semoga dalam menunaikan kewajiban zakat, kita bukan hanya menggugurkan kewajiban sebagai hamba saja, namun juga mewujudkan orientasi zakat agar kemaslahatan dapat dirasakan oleh berbagai strata sosial. Semoga barokah dan manfaat, kurang lebihnya mohon maaf.

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh.

Baca Juga: Cara Bayar Zakat Fitrah dengan Uang, Bisa Secara Langsung dan Online!

Kultum 4: Pentingnya Menjaga Hati di Akhir Ramadhan
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan anugerah dan karunia yang sangat besar kepada kita. Sehingga kita bisa hadir dalam masjid yang mulia ini untuk melaksanakan shalat fardhu Isya dan Tarawih secara berjamaah.

Shalawat dan salam kita kirimkan kepada nabi junjungan kita, Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Nabi yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan saat ini.

Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah

Pada malam hari ini, izinkanlah saya menyampaikan sebuah ceramah singkat yang berjudul "Pentingnya Menjaga Hati di Akhir Ramadhan".

Salah satu ilmu yang wajib untuk dipelajari dengan benar oleh semua umat Islam adalah ilmu tentang cara merawat hati. Sebab, sifat dan karakter seorang hamba merupakan menifestasi dari isi hatinya. Jika baik, maka semua perilaku kesehariannya akan baik, taat dalam beribadah, berkata jujur dan berperangai sopan santun kepada sesama, dan tidak mudah berburuk sangka kepada orang lain. Jika tidak baik, maka akan berpengaruh tidak baik pula pada gerak-gerik kesehariannya.

Karenanya, di akhir-akhir bulan  Ramadhan ini, sudah saatnya bagi kita semua untuk segera memperbaiki hati yang kotor, dengan cara berbenah diri untuk bisa berubah menjadi hamba yang semakin taat dalam menunaikan segala kewajiban dan tanggungjawab, serta berperilaku baik kepada sesama. Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah menyampaikan,

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

Artinya, "Ingatlah, sesungguhnya dalam jasad seseorang tardapat segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik maka baik pula seluruh jasadnya, namun apabila segumpal daging itu rusak maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah hati." (HR Al-Bukhari).

Merujuk pada pendapat Imam An-Nawawi dalam salah satu karyanya, bahwa hadits ini menjadi penguat perihal pentingnya untuk memperbaiki hati, dan menjaganya dari hal-hal yang bisa merusak kesucian hati. (An-Nawawi, Syarhun Nawawi 'ala Muslim, [Daru Ihya At-Turats: 1392], juz XI, halaman 29).

Sementara itu, menurut Syekh Ibnu Ajibah dalam salah satu karyanya, ia mengatakan bahwa hati merupakan setir sedangkan anggota badan yang lain merupakan penumpangnya. Jika penyetir membawa pada jalan yang benar, maka semua anggota badannya akan terus memancarkan kebenaran. Sebaliknya, jika diarahkan pada kesalahan, maka selama itu pula akan terus mencerminkan kesalahan.

Jamaah yang dirahmati Allah SWT,

Jika dalam hati seseorang sudah tertanam sifat zuhud, maka akan terpancar dalam anggota badan yang lainnya sebagai peribadi yang selalu bersandar kepada Allah dan menerima setiap kejadian yang menimpanya. Ia akan lebih percaya pada apa yang menjadi ketentuan Allah daripada apa yang sedang ada dalam rencananya sendiri. (Ibnu Ajibah, Iqazhul Himam Syarhu Matnil Hikam, [Beirut, Darul Ma'rifah: tt], halaman 60).

Pentingnya menjaga hati juga disinggung oleh Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dalam salah satu karyanya, ia mengibaratkan hati sebagai seorang raja, sedangkan anggota badan merupakan tentaranya. Maka, keberadaan dan gerak-gerik seorang tentara akan patuh pada perintah rajanya. Jika raja baik, maka semua tentaranya akan baik, begitu juga sebaliknya:

اَلْقَلْبُ مَلِكُ الْأَعْضَاءِ وَهِيَ جُنُودُهُ وَتَابِعَةٌ لَهُ، فَإِذَا فَسَدَ الْمَلِكُ فَسَدَتْ الْجُنُودُ كُلُّهَا

Artinya, "Hati adalah raja anggota badan. Sedangkan anggota badan merupakan tentaranya yang selalu mengikutinya. Jika sang raja buruk, maka buruklah semua tentaranya." (Ibnu Hajar, Az-Zawajir 'an Iqtirafil Kabair, [Beirut, Darul Fikr: 1987], juz I, halaman 199).

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menjaga hati merupakan salah satu hal penting dalam Islam, bahkan jika merujuk pada pendapat Imam Az-Zarnuji dalam karyanya, mempelajari gerak-gerik hati merupakan salah satu pelajaran yang wajib untuk diketahui semua umat Islam tanpa terkecuali, karena hanya dengan ilmu tersebut seseorang bisa mengontrol hatinya dengan kendali-kendali yang benar. (Imam Az-Zarnuji, Ta'limul Muta'allim 'ala Thariqatut Ta'aallum, [Darul Kutub Ilmiah: tt], halaman 14).

Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah,

Secara garis besar, hal-hal pokok yang menjadi konsen dalam mempelajari gerak-gerik hati adalah cara agar hati selalu terarah pada hal-hal yang dibenarkan dan diridhai oleh Allah, dengan menanamkan sifat-sifat terpuji, seperti tawakal, rasa takut kepada-Nya, ridha pada semua ketentuan-Nya, menjauhi sifat-sifat yang tercela, seperti rakus, marah-marah, sombong, dengki, merasa hebat, ingin dipuji, dan lainnya.

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, semua gerakan badan kita semua dalam setiap harinya merupakan menifestasi dari isi hati kita sendiri. Artinya, jika kita semua berhasil dalam mendidik dan menjaga hati dari untuk terus menanamkan sifat-sifat terpuji dan menjauhi semua sifat-sifat tercela, maka kita semua akan memiliki karakter dan perangai yang mulia nan luhur, taat dalam menjalankan perintah, berkata jujur, berlaku baik kepada sesama.

Karenanya, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali berpesan kepada kita semua untuk sibuk dengan memperbaiki hati agar anggota badan menjadi baik juga, dan salah satu cara untuk memperbaiki hati adalah dengan membiasakan diri untuk terus mengawasi hati dalam setiap gerakannya. Dalam kitabnya disebutkan,

فَاشْتَغِلْ بِاِصْلَاحِهِ لِتَصْلُحُ بِهِ جَوَارِحُكَ، وَصَلاَحُهُ يَكُوْنُ بِمُلَازَمَةِ الْمُرَاقَبَةِ

Artinya, "Maka sibuklah kamu dengan memperbaiki hati agar anggota badannya juga baik, sedangkan memperbaiki hati bisa dilakukan dengan cara membiasakan untuk mengawasi (hatinya)." (Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, [1993], halaman 17).

Semoga kita semua bisa semakin istiqamah dalam memperbaiki diri, khususnya di akhir bulan Ramadhan ini. Wallahu a'lam.

Demikianlah ceramah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kultum 5: Keutamaan Mudik dalam Islam
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Hadirin Rahimakumullah!

Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam memiliki tradisi tahunan yang sangat indah. Tradisi yang dimaksud adalah mudik atau Pulang Kampung.

Tradisi ini tentunya dilakukan oleh orang yang bekerja atau kuliah di luar kota kelahiranmnya. Adapun masyarakat yang tidak pulang kampung, mereka mempersiapkan diri untuk menyambut Hari Raya dengan membuat kue lebaran, baju baru atau ketupat. Terhitung Hari Raya dan beberapa hari setelahnya, mereka saling bersilaturahmi mengunjungi kerabat atau handai taulan.

Mudik merupakan salah satu bentuk silaturahmi. Secara mudah, silaturahmi artinya menyambung tali cinta atau kasih kepada sesama muslim, terutama kepada keluarga inti, kerabat atau handai taulan.

Dalam Islam, silaturahmi memiliki keistimewaan dan keutamaan yang besar. Selain memperoleh pahala yang tidak sedikit, fadhilah silaturahmi diantaranya adalah memperbanyak rezeki dan memperpanjang usia. Hal ini sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW:

Dari Anas bin Malik RA berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang ingin diluaskan rezekinya atau dipanjangkan usianya, hendaklah dia menyambung silaturrahim." (Muttafaq Alaih).

Al-Imam An-Nawawi dalam kitabnya, Al-Minhaj, mengomentari hadis ini bahwa salah satu makna diluaskan rezeki adalah diperbanyak dari segi kuantitas dan juga keberkahan. Artinya, orang yang bersilaturahmi diberikan rezeki yang banyak dan berkah.

Adapun makna lain dari dipanjangkan umurnya adalah bertambahnya berkah usia untuk melakukan ketaatan dan diberikan kekuatan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat baginya untuk bekal kehidupan akhirat. Dengan kata lain, orang yang bersilaturahmi dimudahkan oleh Allah untuk melakukan ibadah dan dimudahkan dalam mempersiapkan kehidupan akhirat.

Rindu kampung halaman atau tanah kelahiran merupakan hal yang manusiawi dan terpuji. Rasulullah SAW sebagai manusia terbaik juga pernah merindukan Mekah, kota dimana beliau dilahirkan, sebagaimana hal ini terekam dalam satu hadis. Rasulullah SAW bersabda:

"Demi Allah, sesungguhnya kamu (kota Makkah) adalah sebaik-baik tanah Allah, dan tanah yang paling dicintai oleh Allah, seandainya aku tidak diusir dari tempatmu, niscaya saya tidak akan keluar (darimu)." (HR. At-Tirmidzi, Ibn Majah, Ad- Darimi dan Ahmad).

Mudik tentu dilakukan karena rindu dengan kampung halaman dan orang tua. Lihatlah bagaimana indahnya ketika mata kita menyaksikan seorang anak yang memeluk erat ayah atau ibunya setelah sekian lama tidak bersua. Air mata haru tak kuasa berlinang dari kedua mata mereka. Lihatlah ekspresi bahagia tak terkira dari wajah sang kakek dan nenek ketika memeluk cucu-cucu mereka yang baru saja tiba setelah sekian lama tak berjumpa, masya Allah! Rasa lelah karena perjalanan mudik seketika hilang karena kerinduan terbalaskan dengan penuh kebahagiaan.

Bagi pemudik yang orang tuanya sudah berpulang ke Rahmatullah, tentu berziarah ke makam orang tua tercinta. Dari atas makam, sang anak berdo'a dengan linangan air mata agar Allah SWT memberikan ampunan, meluaskan dan menerangkan kubur ayah bunda. Di saat itulah sang anak terkenang betapa gigihnya perjuangan orang tua dalam membesarkannya. Terbayanglah betapa besarnya cinta orang tua kepada sang anak. Rabbighfir Lii Wa Liwalidayya Warhamhuma kama Rabbayanii Shghiiraa.
Hadirin Rahimakumullah!

Perlu kita ingat bahwa mudik atau pulang kampung merupakan salah satu ladang ibadah. Hindarilah perkara-perkara yang tidak perlu dan mengakibatkan dosa. Apa itu? Tabdzir dan riya'.

Tabdzir atau pemborosan merupakan perilaku tercela. Membawa uang banyak tentu boleh, namun pergunakanlah sebaik mungkin di kampung halaman agar ketika kembali bekerja pasca mudik, keuangan kita masih aman terkendali. Tidaklah sedikit para pemudik yang akirnya banyak hutang setelah kembali dikarenakan kurang bijak dalam menggunakan harta di kampung halaman.

Adapun riya dalam konteks mudik adalah prilaku pamer harta di kampung halaman. Tidak ada larangan membawa kendaraan mewah, HP kelas sultan dan juga perhiasan indah selama diniatkan sebagai rasa syukur kepada Allah. Jika diniatkan untuk pamer atau riya, tentu sangat disayangkan. Mudik yang seharusmya memperoleh pahala dan keberkahan tak terhingga, dinodai dengan prilaku tak terpuji dan sangat dilarang dalam islam.

Ada satu hal lagi yang harus dihindari ketika mudik. Apa itu? Hindari sifat gengsi. Jangan sampai ingin dikatakan orang kaya, pemudik akhirnya berlebih-lebihan dalam hal penampilan namun dilakukan dengan cara berbohong. Di kampung halaman ia mengaku sebagai orang kaya dengan cara menyewa mobil mewah dan mengaku memiliki jabatan bergengsi di suatu perusahaan. Padahal sejatinya ia adalah seorang pekerja rendahan saja, naudzubillah!

Hadirin Rahimakumullah!

Demikian mau'izah singkat yang dapat saya sampaikan. Kita berdoa semoga saudara-saudara kita yang tahun ini pulang ke kampung halaman diberikan kesehatan oleh Allah, dimudahkan dalam perjalanan dan semua urusan dan dapat kembali pulang dengan selamat dan tetap istiqamah tepat waktu menjalankan kewajiban sebagaimana biasa. Aamiin.

Tak lupa saya menyampaiakan permohonan maaf yang setulus-tulusnya jika dalam penyampaian mauizah ini ada beberapa kesalahan dan perkataan yang kurang berkenan di hati. Hadanallah wa iyyakum ajma'in. Wasalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.

Baca Juga: Kultum Ramadhan Singkat 1 April 2024, Tentang Keutamaan Menghidupkan Malam Ramadhan

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm