Sonora.ID - Berikut ini simak khutbah Jumat edisi 5 April 2024.
Salat Jumat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, terutama laki-laki, untuk menunaikannya.
Sedikit berbeda dengan salat lima waktu, salat Jumat diawali dengan dua khotbah dari khatib.
Pada edisi tersebut akan membahas mengenai khutbah Jumat di akhir Ramadhan.
Khutbah ini bertujuan untuk mengingatkan umat muslim untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT di bulan istimewa atau Ramadhan ini supaya ibadah diterima Allah SWT.
Berikut ini khutbah Jumat 5 April 2024 dikutip dari beberapa sumber, yuk simak:
Apakah ini Ramadhan Terakhir Kita?
Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّققُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ (الحشر: ١٨)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Ramadhan adalah bulan yang spesial. Ketika tiba Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu dan pahala dilipatgandakan. Ramadhan adalah bulan yang berlimpah keberkahan. Permulaannya penuh dengan rahmah (kasih sayang). Pertengahannya sarat dengan maghrifah (ampunan). Pungkasannya adalah kebebasan dari api neraka. Ramadhan adalah sebaik-baik bulan. Di dalamnya terdapat malam yang merupakan sebaik-baik malam, malam yang lebih utama daripada seribu bulan.
Ramadhan adalah madrasah yang menempa seorang muslim menjadi insan yang dapat merasakan lapar dan dahaganya orang-orang fakir dan miskin. Ramadhan mengajarkan sabar dan syukur. Karena orang yang berpuasa dituntut untuk sabar dalam meninggalkan seluruh perkara yang dapat membatalkan puasa. Ia juga semestinya bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan Ramadhan dan melakukan ibadah-ibadah di dalamnya.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Berbahagialah seseorang yang mendapati Ramadhan, lalu dosa-dosanya diampuni oleh Allah karena berbagai kebaikan dan ketaatan yang ia lakukan selama Ramadhan. Sebaliknya sungguh merugi orang yang diberi kesempatan oleh Allah untuk memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan, namun kesempatan itu ia sia-siakan. Kesempatan emas itu tidak ia manfaatkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بُعْدًا لِمَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ لَمْ يُغْفَرْ لَهُ فِيهِ (رواه الطبراني وغيره)
Artinya: Sungguh merugi orang yang mendapati Ramadhan, tapi tidak diampuni dosanya, (HR. Ath-Thabarani dan lainnya).
Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan waktu selama Ramadhan sebaik-baiknya. Kita isi dengan berbagai ibadah dan kebaikan. Bisa jadi ini Ramadhan terakhir bagi kita. Mungkin kita akan berpisah selamanya dengan Ramadhan. Sehat dan muda tidaklah dapat menunda kematian. Sakit dan tua juga tidak dapat mempercepat kematian. Kita tidak mengetahui kapan ajal mendatangi kita.
Marilah kita prioritaskan segala hal yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat kita. Apa saja yang bermanfaat untuk kebahagiaan akhirat? Jawabannya adalah takwa dan amal shalih. Seseorang tidak akan mencapai derajat takwa dan tidak akan bisa melakukan amal shalih sebagaimana mestinya tanpa bekal ilmu. Jadi kuncinya adalah ilmu dan amal. Kita bekali diri kita dengan ilmu agama lalu kita amalkan ilmu yang kita pelajari. Takwa dan amal shalih adalah buah dari ilmu dan amal.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Sebanyak apa pun urusan dunia kita, janganlah hal itu melalaikan kita dari urusan akhirat. Sesibuk apa pun kita, janganlah hal itu menghalangi kita dari mengumpulkan bekal untuk kebahagiaan abadi di akhirat. Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya. Dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau mati esok hari. Artinya, urusan yang bersifat duniawi bisa ditunda, seakan-akan kita hidup selamanya. Akan tetapi jika berkaitan dengan urusan akhrat, maka kita lakukan saat ini juga dan jangan ditunda, seakan-akan kita mati esok hari.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mudah-mudahan semua amal kebaikan kita selama Ramadhan diterima oleh Allah, seluruh dosa kita diampuni oleh-Nya dan kita dipertemukan dengan Ramadhan pada tahun berikutnya. Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّههَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْممِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِننَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Baca Juga: 5 Hadist Sholat Jumat, Amalan yang Disyariatkan untuk Umat Islam
Evaluasi Ibadah Puasa Selama Bulan Ramadhan
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانَ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ
أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: ياأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Ma’asyiral Muslimin jemaah Jumat yang dirahmati Allah
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang terus menerus memberikan kita semua nikmat, hidayah, dan inayah untuk terus istiqamah dalam menjalankan ibadah kepada-Nya, sehingga kita bisa menunaikan kewajiban puasa di bulan Ramadhan dengan penuh semangat dan istiqamah. Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw beserta para sahabat dan pengikutnya.
Selanjutnya, melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jemaah yang turut hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus istiqamah dalam menjalankan ibadah dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, serta menjauhi semua larangan-larangan-Nya. Sebab, tidak ada bekal yang paling baik untuk kita bawa menuju akhirat selain ketakwaan.
Ma’asyiral Muslimin jemaah Jumat yang dirahmati Allah
Saat ini kita semua sudah berada di penghujung bulan Ramadhan, itu artinya sebentar lagi bulan yang penuh berkah dan ampunan ini akan meninggalkan kita semua dan akan datang di tahun berikutnya, entah kita semua masih ada di bulan tersebut, atau justru kematian sudah mendahuluinya. Oleh karenanya, mari sejenak kita evaluasi perihal ibadah-ibadah yang kita lakukan selama bulan Ramadhan ini. Sudah benarkah ibadah yang kita lakukan, mulai dari puasa, shalat, zakat, dan lainnya?
Pada dasarnya, kita semua diwajibkan oleh Allah swt untuk berpuasa selama satu bulan bukan dengan tujuan lapar, dahaga, dan merasakan kesukaran. Namun, di balik semua itu terdapat hikmah yang sangat banyak.
Hikmah yang pertama yaitu agar dengan berpuasa kita semua bisa menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah swt. Sebagaimana tujuan pokok diwajibkannya puasa kepada orang-orang yang beriman yaitu agar mereka bisa menjadi hamba yang bertakwa. Hal ini sebagaimana telah ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an, Dia berfirman:
ياأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sbelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al-Baqarah [2]: 183)
Ayat di atas merupakan memiliki nilai adiluhung, bahwa puasa seharusnya bisa menjadi mediator bagi kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Dengan berpuasa, seseorang sudah berkomitmen menyempurnakan ketakwaannya, sebagaimana devinisi dari takwa itu sendiri yaitu, mengerjakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Dari tujuan tersebut, mari kita evaluasi kembali ibadah puasa yang kita lakukan selama ini, apakah sudah menjadikan kita hamba yang benar-benar bertakwa kepada-Nya? Sudahkan puasa menjadikan kita hamba yang benar-benar semangat dalam meningkatkan ibadah dan ketaatan kepada-Nya? Atau justru ibadah yang kita lakukan selama ini tidak memberikan bekas apa-apa pada diri kita, nauzubillah min zalik.
Cara paling gampang untuk mengetahui ibadah puasa kita diterima atau tidak oleh Allah swt adalah dengan melihat semangat dan konsistensi kita untuk terus beribadah setelah bulan Ramadhan. Jika terus semangat, menunjukkan bahwa ibadah yang kita lakukan selama bulan Ramadhan menjadi ibadah yang diterima. Jika tidak semangat, menunjukkan bahwa ibadah kita selama ini ditolak oleh Allah. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnu Rajab dalam Kitab Lathaiful Ma’arif, yaitu:
عَلاَمَةُ قَبُوْلِ الطَّاعَةِ أَنْ تُوْصَلَ بِطَاعَةٍ بَعْدَهَا وَ عَلَامَةُ رَدِّهَا أَنْ تُوْصَلَ بِمَعْصِيَةٍ. مَا أَحْسَنَ الْحَسَنَةِ بَعْدَ الْحَسَنَةِ وَأَقْبَحَ السَّيِّئَةِ بَعْدَ الْحَسَنَةِ
Artinya, “Tanda-tanda diterimanya ketaatan adalah dengan konsisten terus beribadah setelahnya. Dan tanda-tanda ditolaknya ketaatan adalah dengan melakukan kemaksiatan setelahnya. Betapa mulianya suatu ibadah yang dilakukan setelah ibadah yang lain, dan betapa jeleknya sebuah keburukan yang dilakukan setelah ibadah.”
Ma’asyiral Muslimin jemaah Jumat yang dirahmati Allah
Puasa sama halnya dengan shalat. Dalam Al-Qur’an Allah menjanjikan kebaikan bagi orang-orang yang melakukannya, dan juga bisa meninggalkan setiap kejelekan dan keburukan bagi yang melakukannya. Namun, betapa banyak dari mereka yang melakukan shalat tapi masih saja bermaksiat. Semua itu tidak lain disebabkan ketika melakukan shalat masih banyak aturan-aturan yang tidak terpenuhi.
Begitu juga dengan puasa. Jika puasa yang kita lakukan selama ini tidak bisa meningkatkan imunitas ketakwaan kepada Allah, menunjukkan bahwa puasa ada yang kita jalani selama satu bulan ini ada salah, ada yang kurang baik, dan ada penghalang yang membuatnya tidak bisa meningkatkan ketakwaan. Salah satu perbuatan yang bisa merusak terhadap ibadah puasa adalah dengan berbohong, berkata kotor, dan membicarakan keburukan orang lain, sebagaimana yang ditegaskan oleh Nabi dalam salah satu haditsnya, yaitu:
الصَّوْمُ جُنَّةٌ مَا لَمْ يَخْرِقْهَا. بِمَ يُخْرِقُهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكَذْبٍ أَوْ بِسَبَّابٍ أَوْ بِغِيْبَةٍ أَوْ نَمِيْمَةٍ
Artinya, “Puasa adalah benteng, selama engkau tidak membakarnya. Para sahabat bertanya, dengan apa bisa membakarnya, wahai Rasulullah? Nabi menjawab: dengan berbohong, berkata kotor, membicarakan keburukan orang lain, dan adu domba.” (HR An-Nasa’i).
Dengan berpijakan pada hadits di atas, bisa kita koreksi kembali, sudahkah kita meninggalkan perbuatan-perbuatan yang bisa merusak pahala puasa di atas selama bulan Ramadhan? Jika sudah, mari kita bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kita pertolongan agar tidak terjerumus kepadanya. Dan jika tidak, maka tidak heran jika puasa tidak bisa memberikan efek positif sedikit pun kepada kita semua.
Ma’asyiral Muslimin jemaah Jumat yang dirahmati Allah
Demikian khutbah Jumat perihal evaluasi ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً.
اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Baca Juga: Khutbah Jumat 22 Maret 2024: Evaluasi Ibadah Puasa Selama 10 Hari Pertama Ramadhan
10 Hari Terakhir Ramadhan
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Marilah kita panjatkan puja dan puji kepada Allah SWT atas nikmat iman, hidayah, dan fisik yang sehat. Sehingga kita dapat melaksanakan sholat Jumat yang penuh berkah ini.
Sholawat serta salam tak lupa juga kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa Rahmat bagi seluruh alam. Juga kita haturkan kepada keluarga dan sahabatnya dan semoga kelak kita mendapat syafaatnya.
Khatib juga mengajak kita semua untuk terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata'ala. Kita diminta untuk menjadi individu yang beruntung, yakni orang yang mampu meningkatkan diri setiap harinya dengan memperkuat iman dan ketakwaannya.
Sebagai ekspresi dari ketakwaan, mari kita manfaatkan sepenuhnya ibadah di bulan Ramadhan, terutama dalam mencapai malam yang sangat istimewa, yakni Malam Lailatul Qadar, yang memiliki keutamaan lebih baik dari 1.000 bulan. Pada malam ini, Allah subhanahu wata'ala memberikan ampunan yang luas bagi hamba-Nya dan membuka pintu rahmat bagi mereka yang berdoa dengan sungguh-sungguh dalam menanti malam yang begitu istimewa ini.
Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Bulan Ramadhan adalah waktu yang suci yang diberikan oleh Allah subhanahu wata'ala hanya sekali dalam setahun. Bulan ini adalah saat Al-Quran diturunkan kepada seluruh manusia sebagai pedoman hidup. Salah satu ciri khas bulan Ramadhan adalah umat Islam selalu membaca, merenungkan, dan mengamalkan ajaran yang terkandung dalam Al-Quran.
Bulan ini juga diberikan fasilitas istimewa oleh Allah subhanahu wata'ala, di mana setiap huruf Al-Quran yang dibaca akan diberikan pahala yang dilipatgandakan hingga sepuluh kali lipat. Allah SWT berfirman dalam Surah Al Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya: "Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur."
Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Seperti yang kita ketahui, bulan Ramadhan adalah bulan di mana Al-Quran diturunkan, yang dijelaskan dalam surah al-Qadar. Allah subhanahu wata'ala memulai surah al-Qadar dengan ayat "Sesungguhnya Kami turunkan Al-Quran itu pada malam kemuliaan", dan diakhiri dengan "Pada malam itu diliputi kesejahteraan hingga fajar menyingsing".
Apabila kita memperhatikan permulaan dan akhir surah al-Qadar ini, kita bisa menemukan petunjuk tentang adanya hubungan dan keterkaitan antara awal dan akhirnya. Seolah-olah Allah subhanahu wata'ala sedang menyampaikan pesan kepada kita bahwa sebagaimana Dia memulai dengan menurunkan Al-Quran, Dia akan mengakhiri dengan kesejahteraan dan ketentraman. Ini seolah-olah merupakan pesan Allah subhanahu wata'ala kepada kita bahwa siapa pun yang menginginkan kesejahteraan, sebaiknya memulainya dengan Al-Quran.
Sepertinya Allah subhanahu wata'ala ingin menyampaikan pesan kepada kita bahwa siapa pun yang memulai segala hal dengan merujuk pada Al-Quran, akan mengakhiri perjalanan hidupnya dengan kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan. Barangsiapa yang menghargai segala sesuatu dengan mengacu pada Al-Quran, akan merasakan keselamatan dan kedamaian. Pada malam turunnya Al-Quran ini, terjadi satu peristiwa yang sangat istimewa.
Bagaimana mungkin malam itu tidak disebut sebagai malam yang istimewa, bahkan keistimewaannya melebihi 1000 bulan, karena pada malam itu semua makhluk mulia turun dari langit. Bahkan lebih dari itu, Allah subhanahu wata'ala, Yang Maha Mulia, juga hadir pada malam itu.
Jika pada sepertiga malam saja Allah subhanahu wata'ala turun untuk memberi ampunan, mengabulkan permohonan, dan mengiyakan permintaan, maka pada malam Lailatul Qadar ini lebih istimewa karena Allah subhanahu wata'ala beserta malaikat-malaikat-Nya turun secara bersamaan ke bumi.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Beberapa dari kita mungkin bertanya, kapan malam istimewa itu akan datang? Dari petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan pandangan para ulama, kita dapat menyimpulkan bahwa kemungkinan malam tersebut paling kuat terjadi pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Seperti yang tertuang dalam hadits:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Artinya : "Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan" (HR. Bukhari).
Jika 10 malam terakhir itu diperas lagi, maka itu terjadi pada malam-malam ganjil yang meliputi malam ke 21, 23, 25, 27 dan 29. Seperti yang tertuang pada hadits:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Artinya : "Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan" (HR. Bukhari).
Ketika kita berada di malam Lailatul Qadar, tindakan yang paling utama adalah melakukan sujud dan mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala, seperti yang disebutkan dalam ayat terakhir Surat al-Alaq. Menariknya, kita dapat menjelajahi kaitan antara Surat al-Alaq dan Surat al-Qadar.
Jika kita perhatikan dalam mushaf, Surat al-Qadar terletak setelah Surat al-Alaq dan sebelum Surat al-Bayyinah. Mari kita teliti dengan cermat struktur kedua surah ini sesuai dengan panduan Ilmu Munasabah dalam Ulumul Qur'an.
Dengan dimulainya Surat al-Alaq dengan perintah "Iqra" dan Surat al-Qadar dengan pernyataan "innā anzalnāhu fī lailatil-qadr", seolah-olah Allah subhanahu wata'ala ingin menyampaikan bahwa yang harus kita baca adalah apa yang Allah subhanahu wata'ala turunkan pada malam Lailatul Qadar, yaitu Al-Quran.
Begitu juga, dengan dimulainya Surat al-Alaq dengan "Iqra" dan diakhiri dengan "wasjud waqtarib", seolah-olah Allah subhanahu wata'ala ingin menekankan bahwa orientasi dari proses pembelajaran adalah melalui ketundukan dan mendekat kepada-Nya melalui sujud, sehingga tujuan akhir dari ilmu pengetahuan adalah ketaatan.
Selanjutnya, jika kita melihat Quran Surat al-Alaq diakhiri dengan:
كَلَّاۗ لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ ۩ ࣖ
Artinya : "Sekali-kali tidak! Janganlah patuh kepadanya, (tetapi) sujud dan mendekatlah (kepada Allah)." (QS. al-'Alaq/96: 19).
Dan kemudian Allah subhanahu wata'ala menurunkan firman dalam Quran Surat Al Qadar:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan" (QS. al-Qadar/97: 1).
Ayat terakhir dari Surat al-Alaq bertemu dengan ayat pertama dari Surat al-Qadar, menggambarkan seolah-olah ketika Allah subhanahu wata'ala memerintahkan untuk bersujud dan mendekat kepada-Nya, lalu menyatakan bahwa ini adalah malam kemuliaan, Lailatul Qadar. Oleh karena itu, hal yang paling utama untuk dilakukan dalam malam Lailatul Qadar adalah melakukan sujud dan mendekat kepada Allah subhanahu wata'ala.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Lailatul Qadar adalah malam Sujud dan mendekat, di mana hamba-hamba Allah memanfaatkannya untuk sujud dan mendekat kepada-Nya. Oleh karena itu, siapa pun yang berharap untuk mengalami malam Lailatul Qadar sebaiknya memanfaatkannya dengan melakukan sujud dan mendekat kepada Allah subhanahu wata'ala. Bahkan, tampaknya Allah subhanahu wata'ala ingin menyampaikan kepada kita bahwa amalan yang paling berharga saat Lailatul Qadar adalah sujud dan mendekat kepada-Nya.
Dasar dari sujud dan mendekat pada malam Lailatul Qadar adalah iman yang kokoh dan harapan yang teguh, dengan introspeksi yang penuh kasih sayang, ampunan, dan keridhaan Allah subhanahu wata'ala. Saat kita berada dalam i'tikaf di malam Lailatul Qadar, penting bagi kita untuk memastikan bahwa fokus kita adalah pada iman dan harapan.
Ketika kita bersujud dan mendekat kepada-Nya, itu karena iman dan harapan kita. Selain itu, kita juga melakukan kebajikan kepada orang tua, memberikan sedekah, memberi makan orang yang kelaparan, dan membantu fakir miskin. Semua perbuatan baik tersebut termasuk dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala. Seluruh perbuatan baik dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan harus didasarkan pada iman dan harapan.
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Dalam upaya mencapai malam yang berharga ini, setiap individu pastinya menghabiskannya dengan melakukan ibadah dan berdoa kepada Allah subhanahu wata'ala dengan penuh kekhusyukan untuk mencapai kesuksesan yang diinginkan. Beberapa tindakan yang dapat ditingkatkan untuk meraih malam yang istimewa ini termasuk: meningkatkan intensitas membaca Al-Quran, memperbanyak sholat malam, giat melakukan perbuatan baik, serta memberikan zakat, infak, dan sedekah secara maksimal untuk membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan agar bisa keluar dari lingkaran kemiskinan.
Tidak hanya itu, tindakan lain yang penting untuk ditingkatkan bersama adalah mengajak keluarga untuk bersama-sama beribadah agar menghidupkan malam yang berharga ini guna mendapatkan berkah dari Allah subhanahu wata'ala.
Demikian ulasan mengenai khutbah Jumat edisi 5 April 2024. Semoga bermanfaat.