Sonora.ID – Berikut contoh teks khutbah Jumat tentang akhir Ramadhan dan malam Lailatul Qadar, menyentuh hati yang bisa dijadikan referensi.
Saat ini umat Islam telah memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan yang memiliki banyak keutamaan di dalamnya.
Salah satu keutamaan yang paling utama dalam 10 hari terakhir bulan Ramadhan adalah malam Lailatul Qadar. Yaitu malam yang setara 1000 bulan.
Oleh karenanya tema khurbah Jumat tentang akhir Ramadhan dan khutbah Jumat malam Lailatul Qadar cocok untuk disampaikan khatib saat sholat Jumat.
Berikut 3 contoh teks khutbah Jumat tentang akhir Ramadhan dan khutbah Jumat malam Lailatul Qadar yang menyentuh hati.
Baca Juga: 3 Khutbah Jumat tentang Nuzulul Quran, Singkat Tapi Menggetarkan Hati
1. Khutbah Jumat Akhir Ramadhan
اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِللَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ (آل عمران: ٣٠)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah swt dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Tidak terasa, sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan telah tiba. Hari-hari terakhir Ramadhan ini akan menjadi saksi mengenai apa yang kita lakukan, apakah kita mampu mengisinya dengan berbagai kebaikan, ataukah kita termasuk mereka yang lalai, lengah dan teledor. Inilah saatnya kita berburu pahala.
Inilah saatnya kita berburu ridha Allah. Inilah saatnya kita menuju kemenangan. Inilah saatnya kita menuju hari yang fitri.
Betapa banyak orang yang ingin menyambut kedatangannya, tapi jatah hidupnya telah habis. Betapa banyak orang yang berharap untuk bertemu dengannya dan memperoleh barakahnya, tapi ajal memutus harapannya.
Kita bersyukur, Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan hari-hari terakhir Ramadhan kali ini.
Semoga kita diberi kekuatan untuk memanfaatkannya sebaik mungkin dan mengisinya dengan berbagai ketaatan.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Jika telah memasuki sepuluh malam terakhir Ramadhan, apa yang dilakukan Rasulullah saw? Sayyidah ‘Aisyah ra menceritakan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ ، أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ، وَجَدَّ، وَشَدَّ الْمِئْزَرَ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ)
Artinya: Adalah Rasulullah apabila sepuluh malam terakhir Ramadhan telah tiba, beliau menghidupkan malam dengan shalat dan berbagai ibadah, membangunkan keluarganya untuk shalat malam dan ibadah-ibadah yang lain, bersungguh-sungguh dalam beribadah melebihi apa yang biasanya dilakukan dan tidak menggauli istri-istrinya, (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah di antara waktu yang paling baik untuk berdoa.
Di dalamnya terkumpul banyak sekali waktu-waktu yang mulia dan mustajabah, yaitu sepuluh malam terakhir Ramadhan, sepertiga malam terakhir, sesaat setelah adzan dikumandangkan, waktu setelah selesai shalat lima waktu, dalam keadaan sujud, pada saat berkumpulnya umat Islam dalam majelis-majelis kebaikan, majelis-majelis dzikir dan ilmu. Semua itu terkumpul dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Waktu-waktu tersebut kita manfaatkan untuk terus-menerus berdoa, doa kebahagiaan dunia-akhirat, memohon ampunan dosa, keberkahan rezeki, panjang umur dalam ketaatan, terhindar dari segala macam musibah dan wabah, dan lain sebagainya. Rasulullah saw bersabda:
وَيُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ، يَقُوْلُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي (أَخْرَججَهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)
Artinya: Doa salah seorang dari kalian akan dikabulkan selagi ia tidak tergesa-gesa untuk dikabulkan dengan mengatakan: aku telah berdoa tapi belum juga dikabulkan, (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Lebih-lebih lagi apabila doa itu dipanjatkan sembari melakukan i’tikaf di masjid. Pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, Rasulullah selalu merutinkan i’tikaf di masjid sampai beliau meninggal dunia.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Pada sepuluh malam terakhir ini, kita juga dianjurkan berburu Lailatul Qadar, malam yang perbuatan baik di dalamnya lebih utama daripada perbuatan baik selama seribu bulan atau 83 tahun 4 bulan.
Allah memang merahasiakan kapan Lailatul Qadar itu terjadi. Akan tetapi Rasulullah memerintahkan kepada kita untuk memburunya pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.
Dan kalau kita ingin memperoleh barakah Lailatul Qadar secara pasti, maka kita hidupkan seluruh malam pada bulan Ramadhan dengan berbagai ibadah dan ketaatan. Rasulullah saw bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْه)
Artinya: Barangsiapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar (dengan shalat dan berbagai ibadah) dengan dilandasi keimanan dan niat semata mengharap ridla Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang yang telah lalu, (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Hadirin yang dirahmati Allah,
Demikian khutbah yang singkat ini. Marilah menuju hari raya, hari kemenangan, hari kembali kepada fitrah, dengan memanfaatkan sepuluh hari terakhir ini untuk melakukan berbagai ibadah dan ketaatan.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
2. Khutbah Jumat tentang Malam Lailatul Qadar
إِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Ma'asyirah Muslimin, rahimakumullah,
Puja dan puji serta syukur, marilah kita panjatkan kepada Allah subhanahu wata'ala yang telah memberikan kita kenikmatan berupa iman, hidayah Islam, dan fisik yang sehat wal afiat sehingga kita dapat melaksanakan shalat Jumat yang penuh berkah ini.
Shalawat dan salam, mari kita haturkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang telah membawa risalah pencerahan dan kasih sayang bagi segenap alam, juga kita haturkan kepada keluarganya, dan sahabatnya. Melalui itu, kita semua selaku umatnya berharap kelak mendapatkan syafaatnya.
Khatib juga mengajak kita semua untuk dapat terus meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata'ala. Kita harus menjadi orang yang beruntung, yaitu orang yang mampu menjadi lebih baik setiap harinya dengan mempertebal dan memperkuat keimanan dan ketakwaannya.
Sebagai bentuk perwujudan ketakwaan marilah kita memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan, terlebih lagi menggapai satu malam yang sangat istimewa yakni Malam Lailatul Qadar yang memiliki keutamaan yang lebih baik dari 1.000 bulan.
Malam ini dimana Allah subhanahu wata'ala memberi ampunan seluas-luasnya bagi hamba-Nya dan memberikan pintu rahmat kepada Hamba-Nya yang bermunajat kepada-Nya dalam menanti malam yang sangat istimewa ini.
Ma'asyiral Muslimin, rahimakumullah,
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang mulia yang disediakan hanya satu kali dalam setahun oleh Allah SWT.
Bulan ini dimana Al-Qur'an diturunkan kepada seluruh manusia untuk menjadi panduan dan pedoman hidup.
Salah satu pembeda bulan Ramadhan ini dengan bulan yang lain yaitu umat muslim senantiasa membaca, merenungkan dan mengamalkan isi dari Al-Qur'an yang mulia ini.
Bulan ini dimana Allah subhanahu wata'ala memberikan fasilitas istimewa bahwasanya dengan membaca satu huruf Al-Qur'an di bulan mulia ini akan dilipatgandakan amalnya hingga sepuluh amalan. Allah subhanahu wata'ala juga berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya: "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah.
Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur."
Ma'asyirah Muslimin, rahimakumullah,
Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Ramadhan adalah Syahrul Quran, bulan diturunkannya Al-Quran. Penjelasan mengenai turunnya Quran itu disebutkan dalam surah Al-Qadar.
Allah subhanahu wata'ala mengawali surat Al-Qadar ini dengan Inna Anzalnahu Fi Lailatul Qadar, "Sesungguhnya Kami turunkan Al-Qur'an itu pada malam kemuliaan," lantas ditutup dan diakhiri dengan salamun hiya hatta mathla'il fajr "Pada malam itu diliputi kesejahteraan hingga fajar menyingsing,"
Apabila kita perhatikan awal dan akhir surat Al-Qadar ini, kita dapat menemukan satu isyarat mengenai adanya korelasi dan interkoneksi antara awal surah dengan akhirnya.
Seolah-olah Allah subhanahu wata'ala sedang memberi pesan kepada kita sebagaimana Ia membuka dengan menurunkan Al-Qur'an, maka Ia akan menutupinya dengan kesejahteraan dan kesentausaan.
Seolah-olah Allah subhanahu wata'ala ingin memberi pesan kepada kita, siapapun yang ingin mendapatkan kesejahteraan maka hendaknya memulainya dengan Al-Qur'an.
Seolah-olah Allah subhanahu wata'ala ingin memberi pesan kepada kita bahwa barangsiapa yang memulakan segala sesuatunya dengan Al-Qur'an, maka dia pasti akan menutup lembaran kehidupannya dengan salamun, kesejahteraan, kesentosaan dan kebahagiaan.
Siapapun yang memuliakan apapun dengan Al-Qur'an, maka pasti dia akan selamat dan sentosa. Di malam turunnya Al-Qur'an ini, terdapat satu peristiwa yang sangat istimewa.
Bagaimana mungkin malam itu tidak disebut sebagai malam yang penuh dengan keistimewaan, sampai keistimewaannya melebihi 1000 bulan, sementara pada malam itu semua makhluk-makhluk mulia turun dari langit. Bahkan bukan sekedar itu, Allah subhanahu wata'ala yang Maha Muliapun hadir.
Jika di sepertiga malam saja, Allah subhanahu wata'ala turun memberi ampunan, mengabulkan permintaan dan mengiyakan permohonan, maka pada malam Lailatul Qadar ini lebih spesial karena Allah subhanahu wata'ala dan juga malaikat-malaikat berbondong-bondong turun ke muka bumi.
Ma'asyirah Muslimin, rahimakumullah. Mungkin sebagian dari kita bertanya, kapan kah malam istimewa itu akan hadir?
Baca Juga: 3 Khutbah Jumat tentang Bulan Ramadhan Penuh Berkah yang Menyentuh Hati
Dari nash-nash keterangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maupun pendapat para ulama, dapatlah kita menyimpulkan yang paling kuat di 10 hari terakhir. Seperti yang tertuang pada hadits berikut:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Artinya : "Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan," (HR. Bukhari).
Jika 10 malam terakhir itu diperas lagi, maka itu terjadi pada malam-malam ganjil yang meliputi malam ke 21, 23, 25, 27 dan 29. Seperti yang tertuang pada hadits:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Artinya : "Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan," (HR. Bukhari).
Lalu jika kita berada pada malam Lailatul Qadar, apa yang paling utama untuk dilakukan? Tentu saja jawabannya adalah sujud dan mendekatkan diri pada Allah subhanahu wata'ala, sebagaimana yang disebutkan pada Quran Surat Al-Alaq ayat terakhir.
Sangat menarik bagi kita untuk membahas hubungan antara Quran Surat Al-Alaq dengan Quran Surat Al-Qadar.
Kalau kita perhatikan di dalam mushaf kita, maka surat Al-Qadar terletak setelah surah al-Alaq dan terletak sebelum surah al-Bayyinah.
Mari kita lihat dan perhatikan susunan kedua surah ini dengan seksama sebagaimana panduan Ilmu Munasabah dalam Ulumul Qur'an.
Jika di awal surah Al-Alaq Allah SWT memulakan surah ini dengan Iqra dan diawal surat Al-Qadar memulaikan dengan innā anzalnāhu fī lailatil-qadr seolah Allah SWT sedang ingin memberi pesan kepada kita bahwa yang harus kita baca adalah apa yang Allah SWT turunkan pada malam lailatul qadar yaitu Al-Quran.
Jika di awal surat Al-Alaq Allah SWT memulai dengan iqra dan mengakhirinya dengan wasjud waqtarib seolah-olah Allah SWT ingin menekankan kepada kita bahwa orientasi dari proses pembelajaran (qiroah) itu adalah ketundukan melalui sujud dan taqarrub, sehingga Goal Ending dari sebuah ilmu pengetahuan adalah ketaatan.
Selanjutnya, jika kita melihat Quran Surat Al-Alaq diakhiri dengan:
كَلَّاۗ لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ ۩ ࣖ
Artinya : "Sekali-kali tidak! Janganlah patuh kepadanya, (tetapi) sujud dan mendekatlah (kepada Allah)," (QS. al-'Alaq/96: 19).
Dan kemudian Allah SWT menurunkan firman dalam Quran Surat Al-Qadar:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Artinya : "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan," (QS. al-Qadar/97: 1).
Ayat terakhir Quran Surat Al-Alaq bertemu dengan ayat pertama Quran Surat Al-Qadar, memberi arti seakan ketika Allah SWT memerintahkan untuk bersujud dan mendekat kepada Allah SWT, lalu Dia mengatakan sesungguhnya ini adalah malam kemuliaan lailatul qadar.
Maka, yang paling utama untuk dilakukan dalam malam lailatul qadar adalah sujud dan taqarrub kepada Allah SWT
Ma'asyiral Muslimin, rahimakumullah,
Lailatul Qadar itu adalah Lailatus Sujud wal Iqtirab, malam Lailatul Qadar adalah malamnya hamba untuk sujud bertaqarrub.
Maka barangsiapa yang mengharapkan untuk menggapai malam Lailatul Qadar hendaknya ia mengisinya dengan sujud dan taqarrub kepada Allah subhanahu wata'ala.
Bahkan seolah-olah Allah subhanahu wata'ala ingin memberi pesan kepada kita bahwa amalan yang paling mulia ketika terjadi Lailatul Qadar adalah sujud dan taqarrub.
Landasan sujud dan taqarrub pada malam lailatul qadar adalah imanan wa ihtisaban, iman yang kuat dan introspeksi diri dengan penuh rahmat, magfirah, dan ridha Allah subhanahu wata'ala.
Perlu kita pastikan di saat kita i'tikaf di malam Lailatul Qadar itu, orientasi kita adalah keimanan dan pengharapan.
Sujud dan taqarrub kita karena iman dan pengharapan. Kita juga melaksanakan birrul walidain, sedekah, ith'aum tha'am, membantu fakir miskin.
Semua kebaikan itu masuk dalam kategori iqtirab min Allah; taqarrub kepada Allah subhanahu wata'ala. Mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala.
Seluruh amalan kebaikan dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan harus berada pada bingkai keimanan dan pengharapan.
Ma'asyiral Muslimin, rahimakumullah,
Dalam menggapai malam yang mulia ini, setiap kita tentu mengisi malam ini dengan beribadah dan bermunajat kepada Allah subhanahu wata'ala dengan khusyuk untuk mencapai keberhasilan yang kita usahakan.
Beberapa amalan yang dapat kita optimalkan dalam meraih malam mulia ini yaitu: memaksimalkan dalam membaca Al-Qur'an, maksimal dalam shalat malam, maksimal dalam berbuat kebaikan, dan maksimal dalam mengeluarkan zakat, infak, dan shadaqah kita untuk menolong saudara-saudara kita untuk keluar dari garis kemiskinan.
Selain itu, amalan lain yang penting kita maksimalkan bersama adalah membangunkan keluarga kita untuk beribadah secara bersama-sama untuk menghidupkan malam yang mulia ini untuk mencapai keberkahan dari Allah subhanahu wata'ala.
3. Khutbah Jumat Akhir Ramadhan
اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّققُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ (الحشر: ١٨)
Hadirin rahimakumullah,
Pada hari Jumat di akhir bulan suci Ramadhan ini, khatib senantiasa selalu mengingatkan kepada jamaah Jumat sekalian, khusunya kepada diri khatib pribadi, untuk selalu meningkatkan takwa kita kepada Allah swt, yakni dengan sekuat tenaga menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena dengan bertakwa kita akan menjadi hamba yang mulia di sisi Allah swt.
Hal ini sebagaimana firman Allah swt dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183 yang menegaskan tentang tujuan disyariatkannya ibadah puasa itu sendiri, yakni agar menjadi hamba yang bertakwa:
{ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ }
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS Al-Baqarah: 183).
Hadirin rahimakumullah
Alhamdulillah, segala puji milik Allah swt, Dzat yang Maha Kuasa dan Maha Pemberi Hidayah, kepada-Nya lah kita meminta petunjuk dan pertolongan, meminta kekuatan iman dan Islam, sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk bertemu Ramadhan hingga akhir ini.
Dan mudah-mudahan kita termasuk golongan yang beruntung, karena bisa menjalankan puasa sebulan penuh dan diampuni dosa-dosanya oleh Allah swt.
Shalawat beserta salam, tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad saw, Nabi yang telah membawa syariat Islam kepada seluruh umat manusia, Nabi yang mengubah manusia dari zaman kebodohan hingga menjadi cahaya Islam. Dari tangan Nabi saw juga, umat manusia menjadi umat yang bermartabat dengan iman, ilmu dan budi pekerti yang luhur.
Hadirin rahimakumullah
Keistimewaan di bulan suci Ramadhan juga adalah pada permulaannya dipenuhi dengan rahmah (kasih sayang).
Pada pertengahannya sarat dengan maghrifah (ampunan). Dan diakhirnya adalah dibebasan dari api neraka.
Maka ketika kita semua berpuasa sebulan penuh tanpa ada celah yang bolong, maka di situlah kita telah merasakan kasih sayangnya Allah swt, ampunan dari-Nya dan akan dihadiahi surga ketika di hari akhirat.
Dari dimensi sosial, berpuasa pada bulan suci Ramadhan akan menjadikan umat Muslim menjadi insan kamil (manusia sempurna) dengan segala proses dan perjalanan yang rumit dan menantang.
Kita diajarkan untuk bersabar menahan lapar, dahaga dan syahwat sejak munculnya fajar sidik hingga terbenamnya matahari.
Serta menyuruh kita untuk menghindari dari perbuatan yang sia-sia dan merugikan kita.
Ramadhan sebagai madrasah yang baik bagi umat Islam, telah menempa mereka menjadi insan yang memiliki empati yang tinggi, dapat merasakan lapar dan dahaganya orang-orang fakir dan miskin.
Juga merasakan susahnya bagi mereka yang tidak mendapatkan makanan dan minuman yang layak seharian.
Ramadhan juga mengajarkan sabar dan syukur. Karena orang yang berpuasa dituntut untuk sabar dalam meninggalkan seluruh perkara yang dapat membatalkan puasa.
Ia juga semestinya bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan Ramadhan dan melakukan ibadah-ibadah di dalamnya.
Hadirin rahimakumullah
Sungguh bergembiralah bagi umat Islam yang mendapati Ramadhan, lalu dosa-dosa mereka diampuni oleh Allah swt.
Dan sungguh merugilah bagi mereka yang mendapati bulan Ramadhan, namun dosanya tidak diampuni.
Pada kasus demikian, Rasulullah saw telah bersabda dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabrabi dan yang lainnya:
بُعْدًا لِمَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ لَمْ يُغْفَرْ لَهُ فِيهِ (رواه الطبراني وغيره)
Artinya: Sungguh merugi orang yang mendapati Ramadhan, tapi tidak diampuni dosanya (HR Ath-Thabarani dan lainnya).
Orang yang bergembira bertemu bulan suci Ramadhan adalah orang-orang yang senantiasa mentaati perintah Allah swt, yakni selalu berpuasa di siang hari, meninggalkan maksiat besar maupun kecil, memperbanyak ibadah di malam hari dengan shalat tarawih, hajat, tahajjud dan witir.
Serta memperbanyak membaca Al-Qur’an dan shalawat kepada Nabi Muhammad saw.
Sedangkan orang yang merugi adalah orang-orang yang menyia-nyiakan bulan suci Ramadhan, menumpuk dosa dengan meninggalkan puasa di siang hari, melakukan maksiat, mengerjakan perbuatan yang sia-sia dan menjalankan aktivitas Ramadhan sama dengan bulan-bulan yang lainnya.
Maka dari itu, marilah kita manfaatkan waktu di bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya, terutama di waktu-waktu akhir seperti ini.
Mari kita isi dengan berbagai ibadah dan amal saleh. Karena sesungguhnya bisa jadi ini merupakan Ramadhan yang terakhir bagi kita semua.
Kita tidak ada yang tahu, kapan manusia akan hidup dan bertemu Ramadhan. Memiliki fisik yang sehat dan usia yang muda tidaklah dapat menunda kematian.
Begitu juga dengan fisik yang sakit-sakitan dan tua juga tidak dapat mempercepat kematian. Karena sesungguhnya hidup adalah rahasia Allah swt.
Oleh sebab itu, marilah kita utamakan segala sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat.
Karena sesungguhnya dunia juga penting bagi kita, karena di dunia lah kita menanam amal kebajikan, sedang di akhirat kita hanya tinggal memanen saja.
Jika di dunia hanya menjadi tempat untuk keburukan, maka kita juga akan memanen kesia-siaan ketika di akhirat kelak.
Hadirin rahimakumullah
Hidup di dunia memang enak dan indah, tapi itu hanya sementara, dan memiliki jangka waktu usia.
Sedangkan hidup di akhirat merupakan kekal dan abadi. Maka sebanyak apa pun urusan kita di dunia, jangan sampai melalaikan dari urusan akhirat.
Sesibuk apa pun kita beraktivitas, jangan sampai meninggalkan ibadah yang wajib, seperti mendirikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menunaikan zakat serta berhaji dan umroh jika mampu.
Semaksiat apapun kita setiap hari, jangan sampai kita meninggalkan shalat lima waktu, meski orang-orang menyebutnya taubat sambal, biarkan saja dan hiraukan, karena jika tidak seperti itu, dengan cara apa lagi kita akan mendekatkan diri kita kepada Allah swt.
Hadiri rahimakumullah
Demikianlah khutbah ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua, baik yang membaca maupun yang mendengarkannya.
Dan mudah-mudahan amal kebaikan yang kita kerjakan selama Ramadhan ini diterima oleh Allah swt, seluruh dosa kita diampuni dan semoga kita dipertemukan dengan Ramadhan pada tahun berikutnya. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: 3 Khutbah Jumat Awal Ramadhan, Penuh Makna dan Menyejukkan Hati