Teks Kultum Hari Terakhir Ramadhan 9 April 2024, Singkat Bikin Haru (
)
Sudah separuh bulan lebih hingga sepuluh hari terakhir Ramadhan kita tunaikan, tentu sudah seharusnya ada banyak ibadah yang telah kita lakukan selama berpuasa. Selain ibadah puasanya sendiri, juga amal-amal sunnah seperti tadarus Al-Qur’an, shalat tarawih, menghidupkan malam-malam dengan serangkaian ibadah, dan sebagainya. Sebagai manusia biasa, kita tidak bisa menjamin apakah semua ibadah yang sudah kita lakukan itu diterima Allah swt atau tidak.
Sebab itu, sekalipun kita sudah beribadah maksimal selama Ramadhan, kita tidak boleh terlalu percaya diri bahwa Allah menerima semua apa yang kita lakukan. Dengan begitu kita tidak akan larut dalam kepuasan spiritual atau bahkan merasa diri sudah paling saleh. Meski begitu, di sisi lain kita juga harus optimis bahwa Allah menerima ibadah yang sudah kita perbuat agar tidak muncul sikap pesimis. Sebab, Allah sesuai perasangka hamba-Nya.
Lebih ketat lagi, Imam Al-Ghazali bahkan menyampaikan bahwa sikap ini seharusnya kita tanamkan setiap selesai berbuka puasa, bukan hanya ketika di penghujung atau selesai Ramadhan. Ia menyampaikan dalam Ihya ‘Ulumiddin,
Artinya, “Setiap selesai berbuka puasa, seyogyanya kita merasa khawatir sekaligus menaruh harap kepada Allah. Khawatir jangan-jangan ibadah kita tidak diterima, juga berharap bahwa Allah menerimanya. Sebab, kita tidak tahu apakah puasa kita diterima sehingga termasuk hamba yang dekat di sisi Allah, atau sebaliknya ditolak sehingga kita termasuk hamba yang mendapat murka-Nya. Sikap seperti ini harus diterapkan setiap selesai melakukan ibadah apapun.” (Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumiddin, [2016], juz I, halaman 319).
Orang yang sudah beribadah maksimal saja tidak boleh berbangga diri dan terlalu percaya diri dengan amalnya, apalagi mereka yang ibadahnya biasa-biasa saja.
2. Penuh Syukur
Betapapun bisa berjumpa dengan bulan suci Ramadhan merupakan anugerah teragung dari Allah swt. Dalam sejumlah riwayat disebutkan bahwa para ulama akan mempersiapkan diri jauh-jauh hari bahkan berbulan-bulan sebelum kedatangan Ramadhan.
Syekh Mu’alla bin Fahdl atau dikenal dengan Abu Hasan al-Bashri bahkan dikatakan selalu memohon kepada Allah agar dipertemukan Ramadhan setiap jarak enam bulan sebelum kedatangannya. Umat Muslim pun dianjurkan untuk memanjatkan doa agar bisa berjumpa Ramadhan begitu masuk bulan Rajab atau dua bulan sebelum Ramadhan.
Motivasi kuat untuk berjumpa bulan mulia ini karena Ramadhan memiliki sejuta keutamaan yang tidak ada dalam bulan-bulan lainnya. Rasulullah saw selalu menyampaikan kepada sahabat ketika bulan penuh ampunan ini sudah tiba,