15 Puisi Hari Kartini 2024: Singkat, Pendek, Suarakan Hak Perempuan

20 April 2024 14:50 WIB
Kumpulan puisi Hari Kartini 2024 yang bisa mengingatkan kita dengan perjuangan RA Kartini dalam memperjuangkan hak-hak kaum wanita.
Kumpulan puisi Hari Kartini 2024 yang bisa mengingatkan kita dengan perjuangan RA Kartini dalam memperjuangkan hak-hak kaum wanita. ( Freepik)

Sonora.ID - Tanggal 21 April esok masyarakat Indonesia akan memperingati peringatan nasional Hari Kartini.

Peringatan Hari Kartini berawal dari Keputusan Presiden Republik Indonesia (RI) No 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964.

Dalam Keppres tersebut, Presiden Soekarno menetapkan RA Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional serta menetapkan Hari Kartini sebagai hari besar Nasional yang jatuh pada tanggal 21 April setiap tahunnya.

Tanggal tersebut diketahui dipilih berdasarkan hari lahir Raden Ajeng (RA) Kartini yang lahir pada 21 April 1879.

Dalam rangka memperingati peringatan nasional ini berikut kami sajikan kumpulan puisi Hari Kartini tahun 2024 yang dapat Anda bacakan di sejumlah acara, dikutip dari berbagai sumber.

Kumpulan puisi yang singkat dan pendek di bawah ini pun bisa mengingatkan kita dengan perjuangan RA Kartini dalam memperjuangkan hak-hak kaum wanita.

Baca Juga: 2 Teks Doa Upacara Bendera Hari Kartini 2024: Singkat dan Menyentuh

Puisi Hari Kartini 2024: Singkat, Pendek, Suarakan Hak Perempuan

Puisi 1

Kartini Masa Depan

Oleh: Fiddinillah

Aku perempuan Indonesia

Menelan gelap menjadi pagi

Menantang kebodohan diri sebagai jati diri seorang aku

Mungkin lelah menggoda berkata sudah

Tapi sadar, diri kecil menyandang cita-cita tinggi

Bila satu buku saja sudah menjadi penerang jalan,

Membias ke segala penjuru,

Menerobos celah tirai jendela dunia

Mengapa tak kucoba satu buku lagi saja?

Aku perempuan Indonesia

Tak akan buta menjadi identitasku

Bila payahnya literasi menjadikanku bungkam, aku tak mau seperti itu.

Biarlah hitam mataku, kapal tanganku, rontok rambutku

Jauh lebih baik bagiku daripada gelap dunia ku

Aku mampu berdaya

Kelak, bila mana aku dapat melihat dunia

Akan ku seberangi pelita kepada perempuan Indonesia ku

Aku perempuan Indonesia

Aku potensi Indonesiaku

Puisi 2

Elok

Oleh: Nanda Alifya

Mereka hidup bersama banyak kata

Diiringi tekad untuk memahami seluruhnya ada

Soal banyak titik hitam yang berisik di kepala

Siapa sangka tersulam penuh makna

Apa kau tahu, kawan

Niatnya lebih jernih dari air pegunungan

Mereka perempuan

Lahir dari bunga bunga termahsyur di tanah paling subur

Hari ini dan seterusnya, kawan

Mereka yang pikirannya seluas lautan

Mimpinya melesat tajam bagai peluru

Suaranya akan melahirkan keajaiban baru

Jangan abaikan hari ini, kawan

Banyak kartini yang bermekaran

Merangkai mustahil menjadi mungkin

Martabat dan pengetahuan menjelma bagai angin

Dengan jemarinya, kawan

Lahir banyak tulisan mengiring peradaban

Kemudian persilahkan tanya keluar dari benakmu

"Oh mengapa bisa seelok itu?"

Puisi 3

Mencari Kartini

Oleh: Rialita Fithra Asmara

Rupa huruf

Rupa wajah

Rupa cita-cita

Sayap bertumbuh pada tubuh mereka

Mengepak lalu bersemayam pada tubuh buku yang beku

Di perpustakaan yang menguar aroma doa

Dari bibir penuh kata memancar cahaya

Menyapa kami dengan debar gembira

"Kau mencari Kartini?" tanyanya.

Kami mengangguk

Kami pun diajak dengan langkah tergesa

Ke tubuh buku yang beku

"Kartini ada di sini?" tanya kami dengan suara parau.

Kartini adalah pengetahuan yang menempel

Pada buku-buku yang didekap sunyi

Dan sepi nan sekarat

Di perpustakaan yang tubuhnya disiram gerimis air mata sendat

"Selain itu di mana lagi?"

Kami terus bertanya seolah kami tercipta

Dari seribu bibir. Di huruf-huruf yang kau lahirkan

Dari rahim cita-cita telusur informasi

Lalu, kau jelmakan ia pada perpustakaan

Yang ramai huruf gembira bernilai daya juang tak terkira

Serupa surat-surat Kartini kepada Nyonya Abendanon

Lalu, tetiba wajah kami kembar menjadi Kartini Masa Kini

Dengan tubuh huruf menempel di sana-sini

Puisi 4

Kau Wariskan Aksara

Oleh: Diana Lestari

Tanganmu wariskan aksara

Kisah rintihan hati wanita

Mengikis beban peradaban

Ikat erat tali persahabatan

Habis gelap terbitlah terang

Walau memakan durasi panjang

Nyali mendobrak pasungan

Memutus rantai perbudakan

Ah.., Wanita itu

Tak lelah kobarkan api

Yang jauh dari kepergiannya

Masih terasa hangat peluknya

Bagaimana ia bisa begitu gigih

Bukankah kebaya dan kain

Begitu ketat kau bawa berlari

Semua tertulis di benak saat ini

Aku yang sama sepertimu

Tapi tak dengan kerja kerasmu

Dengan suasana awan kelabu

Wanita yang kukenal di gambar

Membongkar dapur sumur kasur

Kan kukirimkan salam hangat

Dalam tidur abadimu yang lelap

Puisi 5

Surat Kartini

Oleh: Wanda Listiani

Berulang kali kubaca suratmu

Tidak ada pilihan, selain maju

Kubuang sejenak ragu

Tak ada lagi masa lalu

Bergemuruh rindu

Bertalu-talu

Namun kau tak membiarkanku

Membisu

Pada waktu

Surat-suratmu

Bagai taksu

Mencerabutku

Bergerak ku

Dari bayang semu

Gelap pun berlalu

Sejak itu

Tumbuh semangat baru

Selalu

Puisi 6

Guruku, Kartiniku

Oleh: Efa Madani

Wahai guruku, Ibu Kartiniku..

Pengeja langkah yang buta akan setiap ilmu

Membuka luas wawasan jendela pengetahuanku

Panutan negeri dalam bertindak dan bertutur baku

Penuh kasih, santun, dan cerdas layaknya ibundaku

Wahai guruku, Ibu Kartiniku..

Aku terlahir dengan banyak kebutaan aksara

Ditempa dengan beragam cara untuk menghadapi dunia

Ibu kartini, keinginan di masa lalu mu kini menjadi nyata

Meski ragamu tiada, tetapi kami rasakan jiwamu tetap ada

Wahai Ibu Raden Ajeng Kartini,

Banggakah kau akan guru penerusmu di masa kini?

Tak ada lagi yang membelenggu hati nurani

Bebas berekspresi dan mendidik diri, mencari diri

Dan ibu guruku, penuntun menuju setiap mimpi

Keabadian jiwa dalam tiap-tiap literasi

Membangkitkan kami dari gelapnya sisi

Kini pemuda bangsa bangkit turut mengabdi

Demi membangkitkan pendidikan negeri

Menghapus kebodohan di zaman teknologi

Kulihat banyak buku dari berbagai nusantara

Atau bahkan negara untuk mencerdaskan bangsa

Kini semua akses terbuka untuk kita membuka mata

Bukan hanya bangsawan yang bisa belajar dan membaca

Di kota dan semoga pelosok desa

Puisi 7

Kartini Milenial

Oleh: Azwar Aswin

Kau kini tak lagi harus berada di belakang.

Ucapkanlah terima kasih pada seorang pengarang:

Yang menulis surat-surat ke kawannya di negeri orang.

Suarakan keinginan kaummu untuk bebas bertualang di padang ilalang.

Kebayamu dijahit dengan benang-benang literasi.

Batikmu ditulis dengan kebebasan berekspresi.

Rambutmu kau sanggul dengan pena.

Sandal kebaya kau ganti dengan sepatu kets.

Kadang ada terlalu banyak buku,

Dan terlalu sedikit waktu.

Kadang ada terlalu banyak waktu,

Dan terlalu sedikit buku.

Karena itulah kawanku Kartini Milenial

Rela membawa buku ke pelosok-pelosok sepi,

Mengajak siapapun yang dia temui

Untuk jatuh cinta pada kata-kata.

Karena itulah kawanku Kartini Milenial

Rela membawa buku ke tengah-tengah ramai,

Mengajak siapapun yang dia temui

Untuk jatuh bangun pada cita-cita.

Puisi 8

Perempuan di Antara Buku

Oleh: Rustian Al'Ansori

Pagi masih pandemi

Perempuan berseragam rapi

Menyelusuri pagi

Menuju perpustakaan Matahari

Perempuan di antara buku

Penjaga ilmu

Menguatkan peradaban

Telah membuka pintu perpustakaan

Ia yang tahu Murasaki Shikibu perempuan Jepang penulis pertama di dunia

Ia juga tahu Kartini setelah membaca Habis Gelap Terbitlah Terang

Ia sedang bermimpi ingin menulis buku tentang dunia

Ia sedang membuat perpustakaan lebih terang

Adalah perempuan penjaga perpustakaan desa

Datang ketika pagi pulang ketika senja

Tidak menyerah karena sedikit gaji

Ia sedang menghidupkan kampungku yang masih sepi literasi

Puisi 9

Sang Inspirasi

Habis gelap terbitlah terang

Itulah semboyanmu

Tanpa ada sekat antara kita dan mereka

Kau menghapus semua sekat itu

Kau tunjukkan pada dunia

Tak ada beda antara wanita dan pria

Kau korbankan jiwa dan raga

Hidup dan mati demi keadilan kaummu

Dengan penuh semangat yang membara

Kau tunjukkan bahwa kami ini bisa

Usaha da semangatmu yang tak pernah padam

Meskipun cacian yang terus menerjang

Dengan semangat kau terus bertahan

Untuk menghancurkan sekat pembatas

Untuk selamanya

Kini hasilmu berbuah manis

Kini kaummu lebih dihargai

Kaummu memperoleh keadilan yang kau inginkan

Karena hal itulah kau menjadi inspirasi setiap perempuan

Kau adalah inspirasi bagi wanita di seluruh negeri

Kau adalah ibu kita

Terima kasih atas jasamu

Yang menjadikan kami wanita yang lebih kuat

Menjadikan kami wanita yang lebih hebat

Terima kasih Ibu Kartini

Doa kami selalu menyertai

Puisi 10

Di Kala Mentari Tampakkan Sinarnya

Di kala mentari tampakkan sinarnya

Menandakan hari ini sudah berubah

Kami bukan wanita dulu yang bisa ditindas

Kini kami adalah wanita yang baru

Wanita yang penuh dengan keberanian

Wanita yang ingin terus belajar dan menggapai masa depan

Kami adalah kartini muda

Yang siap berjuang untuk bangsa

Tanpa rasa takut

Tanpa nyali yang ciut

Karena kami setara di mata dunia

Jika kalian berani menindas kami

Kami siap melawan di garis paling depan

Karena kami bukan wanita yang dulu

Berkat perjuangan ibu Kartiniku

Puisi 11

Putri Bangsa

Jiwa yang diadiluhungkan Tuhan

Seorang putri yang muncul dari suatu pandangan

Menantang adat demi kemajuan

Engkaulah putri bangsa

Ibu kita Kartini

Ibu yang menumbuhkan kesetaraan

Ibu yang berjuang tentang kesamaan

Tak mau dilihat lemah

Ibu kita bercita kemandirian

Ibu Kita Kartini

Ibu yang berbudi menata kehidupan

Menjalani masa dengan impian dan cita

Supaya putri bangsa tidak cuma penghias

Tak cuma pemandangan

Namun juga,

Pejuang perubahan bangsa

Puisi 12

Kartiniku Kini

Oleh: Mochamad Riduwan

Saat pena kau tempelkan secarik kertas

Tersusunlah kata-kata sukma meretas

Membawa perubahan awal sepintas

Hingga kaummu menyambut penuh antusias

Kini wahai Kartiniku

Kaummu seakan melupakanmu

Tersibuk dengan lautan ambigu

Terlupa akan sebuah perilaku

Wahai Kartiniku kini

Tidaklah mentari lupa menanti pagi

Saatnya dirimu membekali literasi

Saatnya dirimu penuh berinovasi

Wahai Kartiniku kini

Sudahkah dirimu menyelami diri

Mencari di mana peradaban nanti

Mengikuti aliran tsunami teknologi

Sepatah tulisan membawa pesan

Sebarisan kalimat membuyarkan angan

Sebait paragraf merubah peradaban

Majulah Kartiniku kini tuk kemajuan zaman

Puisi 13

Tanduk Perempuan

Oleh: Naurah Risadamayanti

Baswara rupa kami, buntara jiwa kami

Ibu Kartini titip pesan kepada kami

Jaga elok-elok seberkas harga diri

Angkat tinggi-tinggi kehormatan ini

Di saat ini tak lagi perempuan dikekang

Tak ada lagi kami dianggap membangkang

Hak-hak untuk kami kembali secara utuh

Tidak dipentingkan hanya saat butuh

Derajat, kini telah setara adanya

Pendidikan diemban secara merata

Mampu berdiri sejajar dengan putra

Ini masanya kami bebas beroleh

Siapa yang segan suruh kami untuk menunduk?

Jangan pikir kami tidak punya tanduk

Kami dapat saja buas nan liar menyeruduk

Pengetahuan membuat kami tak lagi terpuruk

Puisi 14

Perempuan Berdaya

Oleh: Septi Mardiana

Waktu terus berjalan

Zaman kian berkembang dengan kemajuan

Generasi emas kian merebak

Literasi jadi santapan anak zaman

Perempuan berdaya

Memperkuat literasi bangsa

Memberi sejuta semangat

Untuk membawa kemajuan bangsa

Peran kartini masa kini

Cinta kasih memberi naluri

Bahwa literasi itu penting

Mendorong negeri ini lebih baik lagi

Puisi 15

Literasi Ubah Negeri

Oleh: Khanipan

Dulu kau diam diri di rumah

Namun kini menduduki berbagai ranah

Kau perjuangkan emansipasi

Majukan bangsa dengan budaya literasi

Kau tuntun mereka yang buta aksara

Ajari mereka bagaimana membaca

Bukan untuk kesombongan

Namun demi kemajuan peradaban

Berawal dari

Ini Bapak Budi

Ini Ibu Budi

Suaramu terdengar lirih

Namun mampu mengubah negeri

Dengan literasi kau paparkan tujuan diri

Berbakti pada negeri

Mengharumkan nama pertiwi

Untuk kejayaan kini dan nanti

Bekali negeri dengan literasi

Untuk bersaing di globalisasi

Semua berkat emansipasi

Yang kau perjuangkan dari dulu hingga kini.

Demikianlah paparan mengenai kumpulan puisi Hari Kartini yang singkat, menyentuh hati, dan suarakan hak-hak perempuan.

Baca Juga: 3 Susunan Upacara Bendera Hari Kartini yang Terstruktur dan Rapi

Baca artikel dan berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm