Insinyur Teknik Lingkungan Perlu Terlibat Pembangunan Berkelanjutan

28 April 2024 19:20 WIB
Seminar Nasional dan Konvensi Badan Kejuruan Teknik Lingkungan (BKTL), Persatuan Insinyur Indonesia (PII) di Rimbawan I Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Sabtu (27/4).
Seminar Nasional dan Konvensi Badan Kejuruan Teknik Lingkungan (BKTL), Persatuan Insinyur Indonesia (PII) di Rimbawan I Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Sabtu (27/4). ( )

Selain itu juga terjadi kenaikan gas rumah kaca di atmosfer. Permukaan laut juga mengalami kenaikan antara 0,7-0,9 cm per tahun.

“Kita berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca 29 persen dengan usaha sendiri. Dengan dukungan internasional 41 persen. Komitmen menurunkan 29 persen emisi itu membutuhkan Rp4.000 triliun untuk mencapainya,” tuturnya.

Belum lagi persoalan sampah yang masih menjadi pekerjaan rumah yang besar. Untuk mengatasi persoalan sampah tidak hanya membutuhkan teknologi tetapi juga perubahan perilaku di masyarakat.

Alue juga menyoroti soal sumber daya air. Air yang dulunya barang gratis dan bebas sekarang menjadi barang ekonomi.

Padahal sumber air tawar di Indonesia luar biasa besar. Namun karena polusi, pencemaran sumber daya air terancam dan tak lagi murah.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Hari Ini di Jabodetabek, 28 April 2024

Dari sederet persoalan itu, insinyur teknik lingkungan harus fokus mencari solusi. Mengimplementasikan keilmuwannya untuk menjamin pembangunan masyarakat yang berlanjutan. Meminimalkan pencemaran dan degradasi lingkungan.

“Para insinyur teknik lingkungan menjadi potensi besar bangsa. Harapannya menjadi problem solver di bidang lingkungan hidup,” ucap Alue.

Di samping itu harus menjadi garda terdepan menyumbangkan solusi inovatif terhadap tantangan lingkungan hidup yang semakin besar.

Dalam kesempatan itu, Ketua Umum Badan Kejuruan Teknik Lingkungan PII Novrizal Tahar mengungkapkan, profesi teknik lingkungan menjadi bagian penting di dalam isu-isu dunia ke depan.

Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini juga mengungkap, persoalan sampah berkaitan dengan tiga krisis yang terjadi di planet Bumi.

Perubahan iklim, sampah organik yang menghasilkan gas metan dan persoalan sampah plastik menjadi bagian dari persoalan tersebut.

“BKTL PII mendorong pengelolaan sampah dilakukan profesional dan modern. Tidak bisa dilakukan sambil lalu oleh Dinas Lingkungan di kabupaten/kota,” katanya.

Novrizal mendukung para lulusan teknik lingkungan untuk mengambil sertifikasi insinyur profesional agar kompetensinya bisa semakin dirasakan oleh masyarakat.

Baca Juga: Lari Pagi Bareng Komunitas di Makassar, Menteri AHY : CPI Luar Biasa

Saat ini terdapat 88 program studi teknik lingkungan di Indonesia. Ini merupakan keilmuan keteknikan yang kompatibel dengan isu-isu yang dihadapi dunia termasuk mengenai perubahan iklim dan pencemaran.

“Seluruh negara memerlukan keilmuan dan profesi ini karena isu terkait lingkungan menjadi visi pembangunan setiap negara,” ungkapnya.

Senada Ketua Umum PII Danis Hidayat Sumadilaga juga menyoroti, peran insinyur lingkungan menuju Indonesia Emas. Peran insinyur teknik lingkungan harus di garda terdepan. Memastikan keberlanjutan lingkungan agar terus dijaga melalui program lingkungan sosial dan pemerintahan.

“Insiyur lingkungan bisa bahu membahu dengan keinsiyuran lainnya agar pengelolaan teknologi terealisasi maksimal di Indonesia,” tandasnya.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm