Baca Juga: Perpusnas Gelar Gerakan Literasi Ciptakan Generasi Emas
Dalam arahannya, Wapres menyampaikan beberapa langkah penting. Pertama, menjalin koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak serta melibatkan para pegiat literasi.
"Rumuskan kebijakan yang pro-literasi serta sediakan sarana membaca yang nyaman dan memadai peningkatan minat baca," ajak Wapres.
Kedua, tambahnya, manfaatkan teknologi digital dalam meningkatkan literasi informasi sehingga informasi yang didapat tetap relevan dan menghasilkan layanan berkualitas bagi masyarakat desa.
"Ketiga, hargai budaya dan tradisi desa serta nilai-nilai kearifan lokal yang selama ini mampu membina masyarakatnya untuk terus belajar dan berpengetahuan," pintanya.
Keempat, Wapres mendorong agar memperluas cakupan Gerakan Literasi Desa sebagai pelengkap program pembangunan dan peningkatan kualitas perpustakaan di daerah.
"Masyarakat desa yang terdidik dan literasi akan menjadi tiang penyangga yang kokoh dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Mari kita tingkatkan budaya membaca dan literasi di seluruh lapisan masyarakat sehingga berdampak dan bermanfaat di seluruh pelosok negeri, termasuk bagi masyarakat desa terpencil," ungkap Wapres.
Sementara itu, pelaksana tugas (Plt) Kepala Perpusnas E. Aminudin Aziz menyatakan salah satu misi Perpusnas adalah menyelenggarakan program peningkatan budaya membaca dan kemampuan literasi masyarakat.
Sejak 2015, program ini telah menjadi gerakan nasional untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. Namun, hasil pembangunan literasi masih sering dipertanyakan mengingat masih ditemukan fakta yang menunjukkan rendahnya tingkat kegemaran membaca para siswa dan masyarakat umum.
"Kami meyakini bahwa rendahnya tingkat kegemaran membaca dan kemampuan literasi disebabkan kurang tersedianya buku bacaan yang sesuai dengan minat pembaca. Padahal, data menunjukkan bahwa minat baca masyarakat sebenarnya cukup tinggi," katanya.
Dia menuturkan Perpusnas berikhtiar dengan menjalin koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan dalam penyediaan buku-buku bermutu.
"Penyelarasan kebijakan dan program yang kami jalin dilakukan dengan Bappenas, Kemendagri, Kemendikbudristek, dan Kemendes PDTT dengan koordinasi dari Kemenko PMK," tuturnya.
Kesepahaman untuk menyelaraskan kebijakan dan program pembangunan literasi, lanjutnya, menghasilkan beberapa inisiatif yakni Perpusnas akan membangun ruang baca di 10 ribu desa dan taman bacaan masyarakat dengan dukungan seribu judul buku bacaan untuk masing-masing ruang baca, Kemendikbudristek mendistribusikan sekitar 27 juta buku bacaan ke sekitar 45 ribu sekolah dasar, Kemendagri mengoptimalkan peran perpustakaan di provinsi, kabupaten, dan kota untuk memfasilitasi program-program literasi, Kemendes PDTT menyediakan dukungan anggaran desa untuk operasional ruang-ruang baca dan TBM di desa-desa.
Lebih lanjut, dia menjelaskan sebagai bentuk dukungan pencanangan Gerakan Literasi Desa, telah ditandatangani Surat Edaran Bersama Menteri Desa PDTT dan Kepala Perpusnas sebagai tindak lanjut ditetapkannya Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2024 tentang Panduan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat Desa.
“Ada dua kata kunci yang menjadi pedoman kami sehingga kami bisa bergerak bersama yaitu yang pertama adanya pemahaman bersama tentang pentingnya literasi, dan yang kedua adanya kesiapan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama, sehingga tidak ada lagi pandangan bahwa membangun literasi adalah pekerjaan bersama tapi tidak dilakukan secara bersama-sama,” jelasnya.
Dalam acara puncak dilakukan penyerahan secara simbolis 10 juta bantuan buku untuk 10.000 desa, penyerahan secara simbolis bantuan 27 juta buku untuk 45.000 Sekolah Dasar, penyerahan secara simbolis bantuan pengembangan perpustakaan berupa mobil perpustakaan keliling dan motor layanan perpustakaan keliling.
Acara peringatan HUT Ke-44 Perpusnas 2024 juga disemarakkan dengan beragam pameran, seperti pameran perpustakaan dari masa ke masa, pameran buku bermutu, pameran naskah kuno dan manuskrip, pameran pustaka bergerak dan TBM, pameran transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial (TPBIS), hingga pameran kreativitas pegiat literasi.