Cakar runcing tersebut berfungsi untuk mencengkeram mangsa, menggali sarang, dan pada komodo anakan, berfungsi untuk memanjat pohon.
Baca Juga: 7 Fauna Indonesia Bagian Tengah, Ada Komodo dan Monyet Hitam
Cara berkembang biak
Komodo berkembangbiak sekitar bulan Mei hingga Agustus.
Selama musim itu, komodo jantan akan saling berduel dengan cara berdiri di atas kaki belakangnya.
Komodo yang kalah akan terjatuh dalam kondisi terluka akibat gigitan atau cakarannya.
Uniknya, sebelum berkelahi, komodo-komodo jantan ini akan memuntahkan isi perutnya atau mengeluarkan kotoran dari anusnya.
Komodo jantan yang menang dalam duel akan menjulurkan lidah kepada komodo betinanya.
Selama proses pendekatan itu, komodo betina akan menunjukkan sikap agresif pada komodo jantan dengan menggunakan gigi dan cakarnya
Jadi, bisa dibilang komodo jantan harus bisa menguasai keadaan dan memastikan komodo betina jinak supaya bisa melanjutkan proses perkembangbiakannya.
Uniknya komodo betina tidak hanya bisa bertelur dari proses perkawinan dengan komodo jantan, tapi juga lewat proses partenogenesis.
Kondisi ini diketahui dari temuan telur dari komodo betina diketahui tidak bisa memiliki kromosom komodo jantan di dalamnya.
Baca Juga: Nasib Miris di Balik Indahnya Pulau Komodo, Tidak Ada Sekolah?
Telur-telur hasil dari proses partenogenesis ini hanya menghasilkan komodo jantan.
Komodo betina akan menggali lubang sedalam satu meter untuk menyimpan telurnya.
Tiap lubang berisikan sekitar 20 telur, tapi tidak tiap lubang ini berisikan telur.
Hanya lubang berisi telur yang dilindungi oleh komodo untuk mengelabui predator.
Setelah menetas, anak-anak komodo akan hidup mandiri tanpa didampingi induknya sampai mereka dewasa.
Hal ini disebabkan karena ketika induk komodo tak berhasil memeroleh makanan, maka induk akan memangsa anak-anaknya sendiri.
Inilah mengapa anak-anak komodo akan hidup di atas pohon selama 2-3 tahun sampai cukup mandiri untuk bertahan hidup di atas tanah.