Sonora.ID - Berikut ini simak khutbah Jumat edisi 24 Mei 2024.
Salat Jumat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, terutama laki-laki, untuk menunaikannya.
Sedikit berbeda dengan salat lima waktu, salat Jumat diawali dengan dua khotbah dari khatib.
Pada edisi tersebut akan membahas mengenai ‘Belajar dari Ketulusan Nabi Ibrahim".
Khutbah ini bertujuan untuk mengingatkan umat muslim untuk berusaha dalam keteguhan, keimanan dan pengorbanan yang didasari dengan keikhlasan dan kesabaran seperti Nabi Ibrahim.
Berikut ini khutbah Jumat 23 Mei tentang ‘Belajar dari Ketulusan Nabi Ibrahim".
Khutbah I
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَاتَ وَ أَحْيَى. اَلْحَمْدُ للهِ الًّذِيْ أَمَرَنَا بِالتَّقْوَى وَ نَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ الْهَوَى. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ لَنَا عِيْدَ الْفِطْرِ وَ اْلأَضْحَى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ نِعْمَ الْوَكِيل وَنِعْمَ الْمَوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَ مَنْ يُنْكِرْهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا. وَ صَلَّ اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَ حَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى، مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الْهُدَى، الَّذِيْ لاَ يَنْطِقُ عَنْ الْهَوَى، إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوْحَى، وَ عَلَى اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدقِ وَ الْوَفَا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَنْ اِتَّبَعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْجَزَا.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ. وقَالَ أَيْضاً إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Hari Raya Idul Adha tentunya menjadi momentum yang membahagiakan. Ya, 10 Dzulhijjah 1445 H merupakan Idul Adha, Lebaran Kurban, Lebaran Haji. Saudara-saidara kita yang saat ini berhaji, tengah melaksanakan fase dari rangkaian ibadah haji. Semoga diberikan kelancaran dan nantinya mendapatkan haji mabrur.
Hari Raya Idul Adha memberi semangat berkurban dan dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah. Banyak masyarakat muslim yang antusias dan peduli dengan sesama dengan berpartisipasi menyembelih hewan kurban dan membagikan di lingkungan sekitarnya. Sehingga keadaan yang sulit serta kondisi yang pahit dapat dihilangkan untuk sementara waktu. Hampir semua masyarakat pada hari kurban dapat merasakan kegembiraan, kenikmatan, kebersamaan, kerukunan, serta ukhuwah di antara kita.
Jamaah rahimakumullah
Istilah adha diambil dari Bahasa Arab yang berarti menyembelih. Adapun menyembelih di sini memiliki arti menyembelih hewan ternak yang wajib dizakati seperti unta, sapi, kerbau, dan kambing pada 10 hingga 13 Dzulhijjah dengan diikuti niat berkurban yang tulus dan ikhlas.
Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Jelang Idul Adha 17 Mei 2024: Tiga Pelajaran Utama Hari Raya Kurban
Namun yang perlu diperhatikan dengan seksama bahwa yang menjadi skala prioritas dalam pelaksanaan berkurban bukan terletak kepada hewan kurbannya, bukan tetesan darah atau tumpukan daging semata, tetapi nilai keteguhan, keimanan dan pengorbanan yang didasari dengan keikhlasan dan kesabaran. Sebagaimana firman Allah:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ ..
’’Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.’’
Momentum Idul Adha mengajarkan kepada kita tentang betapa urgensi atau pentingnya menata niat di dalam setiap ibadah. Niat menjadi penentu arah ibadah yang kita lakukan. Niat menjadi pembeda antaribadah antara yang wajib dan sunnah. Ketika niat ibadah itu benar dan terjaga di dalam hati dengan tidak terkontaminasi dengan berbagai macam kepentingan duniawi dan virus nafsu syahwat, maka ibadah kita akan mudah diterima oleh Allah, segala kesalahan dan kekhilafan akan diampuni, keberkahan akan digelontorkan, rahmat akan disebarkan, kebahagiaan akan disematkan di hati kita, keluarga kita, tetangga kita dan seterusnya.
Di sisi yang lain, beribadah itu pasti membutuhkan tujuan. Dan tujuan kita beribadah hendaknya dipresentasikan dan didedikasikan kepada Dzat Yang Maha Kuasa yaitu Allahu Rabbil ‘Alamin karena segala yang kita miliki hanya milik Allah dan kembali kepada Allah.