Dalam kongres tersebut, para tokoh perwakilan dari organisasi-organisasi pemuda berpidato, guna mengemukakan pendapat dan keresahannya.
Pada hari pertama, Mohammad Yamin mengutarakan pendapatnya tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.
Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia, yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Melansir Kompas Nasional, pada Kongres Pemuda I (1926), telah aktif mengemukakan gagasan tentang persatuan Indonesia. Sebagai seorang sastrawan dan penyair, salah satu cara yang diyakini Yamin dapat menjadi "alat" persatuan adalah bahasa.
Pada rapat ketiga di Gedung Indonesische Clubgebouw di hari kedua Kongres Pemuda II, Yamin tidak ingin kongres berakhir tanpa hasil atau keputusan.
Baca Juga: 30 Slogan Sumpah Pemuda 2023, Inspiratif dan Penuh Semangat!
Ketika Soenario menjelaskan pentingnya gerakan kepanduan, nasionalisme dan demokrasi, Mohammad Yamin mulai menulis rumusan sumpah pemuda pada selembar kertas.
Kertas itu kemudian disodorkan kepada ketua kongres, Soegondo Djojopoespito.
Sembari menyodorkan kertasnya, Mohammad Yamin berkata, "Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya punya rumusan resolusi yang elegan)."
Rumusan naskah sumpah pemuda ditulis oleh Mohammad Yamin dan disetujui oleh Soegondo Djojopoespito.
Dari situlah tercipta ikrar pemuda yang ditulis oleh Muhammad Yamin sebagai sekretaris kongres, yang kini dikenal sebagai Sumpah Pemuda.
Sebelum kongres ditutup, diperdengarkan lagu "Indonesia Raya" oleh Wage Rudolf Supratman melalui lantunan biola, tanpa lirik.
Setelah itu, kongres ditutup oleh Sugondo Djojopuspito yang membacakan sebuah keputusan hasil rumusan Mohammad Yamin, termasuk di dalamnya ikrar Sumpah Pemuda.
Bunyi Sumpah Pemuda
Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sumpah Pemuda dimaknai sebagai momentum bersatunya para pemuda, yang kemudian bergerak bersama dan berjuang menuju Indonesia merdeka.