Beberapa tahun kemudian neneknya meninggal.
Kondisi kehilangan orang-orang tercinta membuat Lafran kehilangan arah hidup.
Apalagi sang ayah, Sutan Pangurabaan adalah tokoh pergerakan di Sumatera Utara.
Hal ini membuatnya sering berpergian.
Lafran kecil pun seringkali harus tinggal bersama kakaknya.
Di usia yang masih muda, Lafran jadi pemberontak terhadap kondisi ketidakadilan yang menuntut ia harus pindah ke berbagai sekolah.
Lafran bahkan sempat jadi petinju jalanan.
Kakaknya, Sanusi dan Armijn Pane, berusaha mendorong Lafran agar energi pemberontakkannya diubah dalam bentuk karya.
Lafran pun melakukan perjalanan dari Tapanuli Selatan ke Jakarta hingga Yogyakarta hingga membuat cara pandangnya berubah.
Idealismenya menguat, prinsip hidup harus ditegakkan menjadikan Lafran Pane punya visi besar dalam memperjuangkan keindonesiaan.