Sonora.ID - Berikut ini simak khutbah Jumat edisi 21 Juni 2024 setelah Idul Adha.
Salat Jumat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, terutama laki-laki, untuk menunaikannya.
Sedikit berbeda dengan salat lima waktu, salat Jumat diawali dengan dua khotbah dari khatib.
Pada edisi tersebut akan membahas mengenai ‘8 Hikmah Perintah Berkurban'.
Khutbah ini bertujuan untuk mengingatkan umat muslim tentang pelajaran penting yang bisa diambil dari Hari Raya Kurban.
Berikut ini khutbah Jumat edisi 21 Juni 2024 setelah Idul Adha dilansir dari NU Banten:
Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah
10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, merupakan waktu melakukan ibadah menyembelih hewan kurban. Berkurban bisa bermakna menyembelih hewan khusus dengan niat untuk bertaqarrub kepada Allah pada waktu khusus atau menyembelih dari hewan ternak berupa kambing, sapi, kerbau, unta dan sebangsanya untuk mendekatkan diri kepada Allah pada hari nahr.
Ibadah kurban merupakan ritual tradisi umat Islam. Disyariatkan pada tahun kedua hijriah, kini ibadah kurban telah melembaga dan membudaya serta memiliki corak tersendiri bagi komunitas umat Islam di berbagai belahan dunia. Karenanya kurban memiliki hakekat yang sangat kuat dan dalam serta harus diketahui oleh seorang kaum muslimin
Berkurban juga bisa dimaknai bentuk sedekah seorang muslim kepada sesama dan jalan mendekatkan diri kepada Allah. Bersedekah berupa memotong hewan kurban dengan membagikan daging hewan kurban kepada masyarakat di sekitar seseorang yang berkurban.
Di antara hikmah ibadah kurban adalah
Pertama, menunjukkan sikap syukur
Manusia setiap detik, saat, selalu mendapat nikmat dari Allah yang tidak dapat terhitung. Ketika kita selalu mendapat nikmat Allah, maka sangat wajar dan seharusnya harus bersyukur atas nikmat yang Allah telah berikan kepada kita sekalian.
Berkurban atau menyembelih hewan kurban adalah merupakan aktualisasi dari sikap syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diterima sehingga kita mampu membeli hewan kurban untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar. Allah swt berfirman:
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu adalah dia yang terputus." (QS Al-Kautsar: 1-3)
Kedua, sarana belajar ikhlas
Ibadah kurban dalam pengamalannya memerlukan keimanan dan keikhlasan dari orang yang berkurban. Tanpa keimanan dan keikhlasan niscaya terasa sangat berat untuk dilaknasakan. Mengingat harus mengeluarkan sebagian hartanya untuk membeli hewan kurban dan dibagikan kepada masyarakat sekitar.
Keikhlasan ditunjukkan dengan harapan mendapat ridha dari Allah. Sehingga ada kelegaan atau keikhlasan dari orang yang berkurban. Harapan mendapat ridhalah yang juga menjadi penyemangat untuk berkurban. Allah berfirman:
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS Al Hajj: 37)
Ketiga, memupuk kepedulian sesama
Dengan berkurban berarti peduli kepada orang lain dan saudara-saudara. Dengan kurban berarti memperhatikan saudara dan tetangga. Kurban ini juga merupakan kesempatan untuk memupuk kepedulian kepada sesama manuisa. Kesempatan ini hanya setahun sekali. Mari kita berusaha untuk bisa melakukan ibadah kurban setiap tahun, semoga Allah memberi kemudahan kepada kita. Allah berfirman:
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS Al Hujurat [49]: 10)
Keempat, menyiarkan Islam
Ibadah kurban merupakan ibadah sosial yang berarti mengandung nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Mengapa? karena setelah menyembelih hewan kurban daging hewan kurban dibagikan kepada lingkungan sekitar. Hal ini boleh jadi akan memberikan daging kepada orang yang hanya makan daging setahun sekali, boleh jadi sampai kepada orang yang sedang kepengin makan daging kurban dan lain sebagainya. Intinya dapat memberikan kebahagiaan dan menyambung persaudaraan dengan yang mendapatkan daging hewan kurban.
Ketika kurban disembelih inilah terbentuk suasana kerumunan karena kehadiran masyarakat yang ingin melihat hewan kurbannya dipotong dan lain sebagainya. Lantunan basmalah dan takbir dikumandangkan ketika sembelihan hewan kurban dilaksanakan. Hal ini menjadi syiar agama Islam yang boleh jadi akan menjadi jalan buat masyarakat Muslim untuk lebih kuat lagi imannya dan boleh jadi memberikan hidayah kepada orang yang belum Islam. Allah SWT berfirman:
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).” (QS al- Hajj : 34)
Kelima, meningkatkan iman dan takwa
Iman memiliki sifat yazidu wayangkus/kadang naik, kadang turun. Karenanya kita harus berusaha untuk meningkatkan sekaligus memperkuat keimanan dan ketakwaan kita. Bagaimana cara meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita agar selalu tertanam dalam hati sanubari. Tanpa usaha untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang banyak sudah pasti iman dan takwa kita akan menurun dan boleh jadi hilang.
Baca Juga: 3 Khutbah Jumat Menyambut Hari Raya Idul Adha, SIngkat Menyentuh Hati
Kemaksiatan dan mudlarat akan menjadikan kehancuran atau kelunturan iman dan takwa. Boleh jadi hal itu merupakan ujian yang diberikan Allah agar kita naik derajatnya. Jika lulus akan naik derajatnya, naik maqomnya ke maqom atau derajat yang lebih tinggi. Selanjutnya jika kita sampai waktunya berkurban, boleh jadi itu ujian sekaligus harapan agar kita mendapat kebaikan dengan memperoleh keimanan dan ketakwaan yang kuat. Ujian ini juga dialami oleh Nabi Ibrahim. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menguji Ibrahim dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu dia menunaikannya. (Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya: Sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau imam bagi seluruh umat manusia. Ibrahim berkata: (Jadikanlah) juga dari keturunanku (imam-imam). Tuhan berfirman: (Perjanjian-Ku) tidak akan sampai kepada orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Baqarah: 124)
Keenam, terpelihara dari sifat kikir dan menjadi beruntung
Berkurban merupakan sifat dan bukti ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Berkurban dengan harta untuk orang tertentu dan kebanyakan orang terasa berat, karena ada hubbud dunya (mencintai dunia), sehingga justru mengumpulkan dunia atau harta bukan membelanjakannya.
Berkurban merupakan pembelajaan harta di jalan Allah. Hanya ridha Allah yang diharapkan, bukan yang lain. Jika seseorang sudah ikhlas memberikan Sebagian hartanya untuk orang lain melalui ibadah kurban, maka Allah berjanji kepadanya dengan menjadikan orang yang berkurban akan dijauhkan dari sifat kikir dan selalu beruntung. Allah berfirman:
Artinya:"Maka bertakwaaalah kamu kepada Allah menurut kesangupanmu, dengar, dan taatlah, nafkahkanlah yang baik untuk dirimu, dan siapa yang dipelihara dirinya dari sifat kikir, merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. At-Taghabun: 16)
Ketujuh, ibadah yang dicintai Allah
Ibadah beberapa macam. Ada ibadah mahdloh (yang sudah ada ketentuannya) dan ibadah ghoiru mahdloh. Ibadah kurban termasuk ibadah yang ada ketentuannya dan juga merupakan ibadah yang lebih dicintai Allah. Dengan ibadah kurban boleh kita berharap juga cinta yang besar dari Allah. Rasulullah bersabda:
“Tidak ada amalan anak cucu Adam pada Hari Raya Idul Kurban yang lebih dicintai Allah melebihi dari mengucurkan darah (berkurban). Sesungguhnya pada Hari Kiamat nanti hewan-hewan itu akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu-bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah -sebagai kurban- di mana pun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Demikian khutbah yang singkat ini, semoga bisa dipahami hikmah-hikmah berkurban.
Sehingga Allah Ridha, memudahkan dan merestui kita untuk mau dan bisa berkurban. Amin.
Baca Juga: 3 Khutbah Jumat Menyambut Hari Raya Idul Adha, SIngkat Menyentuh Hati
Khutbah II
Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Tentang Idul Adha 14 Juni 2024, Paling Sedih dan Penuh Renungan