Sonora.ID - Contoh jurnal refleksi dwi mingguan 1.1 menjadi tugas calon guru penggerak (CP) selama mengikuti kegiatan pendidikan.
Contoh jurnal refleksi dwi mingguan 1 ditulis sebagai refleksi diri setiap dua minggu sekali selama mempelajari modul 1.1, filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan.
Dalam penulisan jurnal refleksi dwi mingguan 1.1, guru menggunakan model reflkesi 4F.
Adapun 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway.
Model refleksi 4F atau 4P terdiri atas facts, feelings, findings, dan future dengan pertanyaan sebagai berikut (sesuai kondisi yang terjadi pada saat penulisan jurnal):
Facts (Peristiwa): Ceritakan pengalaman Anda mengikuti pembelajaran pada minggu ini atau pada saat menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? Ceritakan juga hambatan atau kesulitan Anda selama proses pembelajaran pada minggu ini? Apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut?
Feelings (Perasaan): Bagaimana perasaan Anda selama pembelajaran berlangsung? Apa yang saya rasakan ketika menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Ceritakan hal yang membuat Anda memiliki perasaan tersebut.
Findings (Pembelajaran): Pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini? Apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini?
Future (Penerapan): Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal serupa di masa depan? Apa aksi/tindakan yang akan saya lakukan setelah belajar dari peristiwa ini?
Berikut ini 3 contoh Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.1 dikutip dari berbagai sumber.
1. Facts (Peristiwa)
Mengikut pembelajaran pada minggu ini merupakan pengalaman yang menyenangkan. Saya mendapatkan banyak sekali ilmu tentang filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara secara lebih mendalam.
Selama ini, pengetahuan saya terhadap konsep filosofis pembelajaran, sangatlah dangkal. Dengan mengikuti kegiatan CGP angkatan 10 ini, saya dapat mengetahui konsep dan pelaksanaan/implementasi pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan sebaik-baiknya dalam proses pembelajaran di kelas.
Saya juga termotivasi karena beberapa rekan satu kelompok, sangat kompak. Mereka mengingatkan tugas-tugas yang akan diselesaikan di LMS cukup banyak.
Hambatan/kesulitan saya dalam proses pembelajaran di minggu ini. Mungkin karena saya yang masih kurang dapat memanfaatkan waktu di dalam membagi antara tugas di sekolah dengan tugas yang harus dikerjakan di LMS.
2. Feeling (Perasaan)
Perasaan saya dalam melaksanakan kegiatan aksi nyata awalnya masih sangat kaku dalam menerapkan konsep pembiasaan positif di sekolah. Sebab ini adalah pengalaman pertama saya. Saya juga merasa bahwa kemampuan saya dalam mengajar harus segera diperbaiki. Sebab selama ini, saya mengajar hampir tidak sesuai dengan dasar filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara.
3. Finding (Pembelajaran)
Hal baru yang saya ketahui dari diri saya setelah mengikuti kegiatan ini adalah saya masih memiliki kekurangan, kelemahan, dan kealpaan untuk menjadi seorang guru. Saya menemukan sesuatu yang baru dalam mengikuti program guru penggerak ini. Saya mendapatkan banyak konsep, ilmu, dan yang lainnya. Sehingga sangat bermanfaat bagi saya untuk mengubah konsep pembelajaran di kelas. Semula dari menuntut menjadi menuntun, dari yang berbasis guru menjadi berbasis peserta didik.
4. Future (Penerapan)
Yang bisa saya lakukan ke depan adalah sebelum proses pembelajaran berlangsung, saya sebagai guru harus terlebih dahulu mempersiapkan, menyusun perangkat, serta kelengkapan dalam proses pembelajaran. Mulai dari perangkat, media, model, serta instrumen penilaian. Tujuannya, ketika saat pembelajaran dimulai, saya lebih fokus dalam memberikan materi esensi dan menghemat waktu. Selain itu, memberikan kebebasan kepada peserta didik sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Contoh 2
1. Facts (Peristiwa)
Minggu ini, saya mengikuti pembelajaran tentang "Inovasi dalam Pembelajaran" yang diadakan secara daring. Dalam sesi ini, saya belajar tentang metode "Belajar Berbasis Proyek" dan langsung menerapkannya di kelas Sains. Siswa saya diajak untuk mengerjakan proyek kelompok yang berkaitan dengan topik pilihan mereka dan saya memfasilitasi mereka untuk merancang dan melaksanakan proyek tersebut. Hasilnya, siswa menunjukkan antusiasme yang tinggi dan terlibat aktif dalam pembelajaran.
2. Feelings (Perasaan)
Selama proses pembelajaran dan penerapan metode baru ini, saya merasa sangat bersemangat dan puas. Antusiasme siswa dalam mengikuti proyek membuat saya merasa bangga dan senang sebagai seorang guru. Saya melihat kebahagiaan di wajah mereka saat mereka berhasil menyelesaikan tugas secara mandiri dan ini membuat saya merasa bahwa usaha saya dalam mengembangkan metode pembelajaran ini sangat berarti.
3. Findings (Pembelajaran)
Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa inovasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterlibatan dan motivasi siswa secara signifikan. Saya menemukan bahwa memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara mandiri melalui proyek dapat mengembangkan kreativitas dan keterampilan berpikir kritis mereka. Saya juga menyadari bahwa saya perlu lebih peka terhadap kebutuhan individu setiap siswa untuk memastikan semua bisa berpartisipasi dengan optimal.
4. Future (Penerapan)
Ke depan, saya akan lebih memperhatikan perbedaan kemampuan di antara siswa dan menyesuaikan pendekatan pembelajaran agar lebih inklusif. Saya juga akan memperbanyak penggunaan metode pembelajaran berbasis proyek dan terus mencari cara untuk meningkatkan keterlibatan siswa. Saya akan mengupayakan untuk selalu mengintegrasikan pembelajaran yang kreatif dan relevan dalam kelas saya.
Contoh 3
1. Facts (Peristiwa)
Minggu ini adalah jadwal penilaian tengah semester di sekolah saya. Sebagai penilaian mata pelajaran Bahasa Indonesia, saya meminta murid saya untuk membacakan naskah pidato yang telah mereka buat. Selama ini, sekolah saya memang menerapkan kebijakan konferensi video (dengan Zoom) seminggu 3
kali saja. Karena jadwalnya seperti itu, saya tidak dapat melakukan penilaian secara live mengingat saya mengajar di 4 kelas parallel. Saya pun menyuruh murid saya untuk merekam video mereka ketika membacakan naskahnya lalu mengirimkan videonya ke saya. Pada saat deadline kelas 8C, saya mengecek hanya ada 5 murid yang mengumpulkan. Bayangkan, cuma 5 dari 25 murid! Saya marah sekali, saat jadwal untuk Zoom dengan kelas 8C, saya pun meluapkan semua amarah saya. Saya bentak-bentak mereka selama hampir 15 menit. Saya juga mengancam tidak akan memberi mereka nilai untuk semua murid, termasuk 5 orang yang sudah mengumpulkan. Alasan saya waktu itu, 5 orang itu hanya mementingkan dirinya sendiri.
2. Feelings (Perasaan)
Jujur, saya kaget dengan diri saya sendiri. Selama ini, murid-murid dan guru lain mengenal saya sebagai pribadi yang ramah dan guru tersabar di sekolah. Saya jarang sekali marah, terlebih membentak anak didik saya. Ini adalah pertama kalinya saya kebakaran jenggot selama 6 tahun saya berkarir sebagai guru. Tidak hanya kaget, saya juga malu. Malu kepada diri sendiri, terutama, karena setelah Zoom berakhir, 2 murid yang belum mengumpulkan tugas mengirim pesan kepada saya. Kata mereka, mereka minta maaf karena membuat saya jadi meluap-luap. Mereka juga minta maaf karena belum bisa mengumpulkan tugas tepat waktu. Mereka sedang menyelesaikan tugas untuk penilaian Seni Musik karena mereka merasa guru Musik lebih galak; sementara saya lebih sabar sehingga tidak terlalu masalah jika tugasnya terlambat.
3. Findings (Pembelajaran)
Saya tersadar, beban belajar murid-murid saat pandemi seperti ini lebih berat daripada biasanya. Belajar dengan moda daring sudah merupakan perjuangan tersendiri, terlebih jika tugas dari guru-guru juga tetap banyak. Sementara itu, beban guru juga sama banyaknya. Saya mulai kehabisan ide untuk mengajar dengan kreatif tapi tanpa menambah berat mereka. Fyuh, saya pun beristigfar berkali-kali setelah itu. Barulah saya menyadari, kemarahan saya merupakan akumulasi dari semua kejadian selama pandemic ini. Sudah di pucuk ubun-ubun, istilahnya. Selama ini saya tidak pernah membentak murid bukan berarti
saya tidak pernah merasakan marah. Justru saya sering kesal dengan murid-murid yang jarang ikut Zoom, apalagi terlambat terus dalam mengumpulkan tugas. Tapi semua selalu saya simpan. Mungkin kemarin adalah puncaknya, ditambah dengan permasalahan dalam rumah tangga yang sedang saya alami. Kesalahan saya, saya mencampuradukkan isu domestik dengan pekerjaan. Seharusnya saya tidak melakukannya, kasihan murid-murid saya yang menjadi korban.
4. Future (Penerapan)
Saya lihat, jadwal modul minggu depan adalah modul tentang pembelajaran sosial dan emosional. Saya menaruh harapan besar pada modul tersebut. Saya harap saya bisa belajar banyak dari modul tersebut agar bisa mengatur emosi saya dengan lebih baik. Saya juga akan mencari tahu bagaimana saya bisa menjaga semangat/motivasi murid saya selama pembelajaran jarak jauh ini. Saya yakin, mereka pun perlu penguatan dari segi batinnya.
Demikian 3 contoh Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.1 sebagai referensi.