Jakarta, Sonora.ID - Sektor jasa keuangan terjaga stabil dan kontributif terhadap pertumbuhan nasional. Itu didukung oleh tingkat solvabilitas yang tinggi dan profil risiko yang manageable di tengah masih tingginya ketidakpastian global.
Hal tersebut terungkap dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang digelar pada 3 Juli 2024. Kendati terjaga stabil, OJK tetap mencermati downside risk ke depan yang dapat berdampak pada sektor jasa keuangan nasional.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar mengatakan, secara umum perbankan dinilai masih bertahan atau resilient didukung dengan permodalan yang terjaga dan tingkat pencadangan yang memadai.
Selain itu, secara umum rasio kredit yang berisiko (loan at risk) untuk UMKM saat ini dalam rentang level yang terjaga dan dalam tren yang menurun, jauh di bawah level puncaknya di masa pandemi.
Baca Juga: Sektor Jasa Keuangan di Sulsel Tumbuh Positif, Aset Perbankan Capai Rp193,55 Triliun
"Sektor Perbankan per Mei 2024 secara umum menunjukkan kinerja yang stabil dan berkelanjutan, dengan CAR 26,22 persen. Selain itu, tingkat profitabilitas perbankan terjaga dengan ROA sebesar 2,56 persen dan NIM sebesar 4,56 persen," ujar Mahendra dalam keterangannya secara virtual, baru-baru ini.
Tak hanya itu, Mahendra menyebut, kredit masih tumbuh 12,15 persen (yoy) menjadi Rp7.376 triliun, dengan kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross perbankan sebesar 2,34 persen dan NPL net sebesar 0,79 persen.
Terkait pemberantasan judi online, atas permintaan OJK, perbankan telah melakukan pemblokiran terhadap 6.056 rekening dari data yang disampaikan oleh Kementerian Kominfo. "OJK juga meminta perbankan untuk menutup rekening yang berada dalam Customer Identification File (CIF) yang sama," ucap Mahendra.
Sementara itu, kata Mahendra, di pasar saham, IHSG terkoreksi 2,88 persen ytd ke level 7.063,58 (menguat 1,33 persen mtd), dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp12,092 triliun atau naik 3,58 persen ytd, serta membukukan net sell sebesar Rp7,73 triliun ytd. Ia menyebut, penghimpunan dana di pasar modal masih dalam tren yang positif. Tercatat nilai Penawaran Umum sebesar Rp120 triliun dengan 26 emiten baru.
"Di sisi penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UKM, sejak pemberlakuan ketentuan SCF hingga Juni 2024 telah terdapat 17 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 548 Penerbit, 156.679 pemodal, dan total dana SCF yang dihimpun yang teradministrasi di KSEI sebesar Rp1,11 triliun," jelasnya.
Selanjutnya, aset industri asuransi di Mei 2024 mencapai Rp1.120,57 triliun atau naik 1,30 persen yoy. Dari sisi asuransi komersil, akumulasi pendapatan premi naik 8,59 persen yoy, terdiri dari premi asuransi jiwa yang tumbuh sebesar 2,23 persen yoy dan premi asuransi umum dan reasuransi tumbuh 16,94 persen yoy. "Permodalan tercatat solid, dengan RBC industri asuransi jiwa dan asuransi umum sebesar 441,93 persen dan 326,66 persen, jauh di atas threshold sebesar 120 persen," sebutnya.
Baca Juga: OJK Luncurkan Peta Jalan Pengembangan dan Penguatan Dana Pensiun Indonesia 2024-2028
Lalu, di sisi industri dana pensiun, Mahendra menuturkan, total aset dana pensiun per Mei 2024 tumbuh sebesar 8,36 persen yoy dengan nilai sebesar Rp1.439,71 triliun. Untuk program pensiun sukarela, total aset mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,90 persen yoy. Untuk program pensiun wajib, total aset mencapai Rp1.067,19 triliun atau tumbuh sebesar 9,62 persen yoy. Sedangkan perusahaan penjaminan, nilai aset tumbuh 8,95 persen yoy dengan nilai mencapai Rp47,07 triliun pada Mei 2024.
Kemudian, Piutang pembiayaan menguat menjadi 11,21 persen yoy pada Mei 2024 menjadi sebesar Rp490,69 triliun, dengan rasio Non Performing Financing (NPF) gross Perusahaan Pembiayaan sebesar 2,77 persen dan NPF net sebesar 0,84 persen. "Gearing ratio PP naik menjadi sebesar 2,37 kali, jauh di bawah batas maksimum 10 kali," ujar Mahendra.
Pertumbuhan pembiayaan modal ventura di Mei 2024 terkontraksi sebesar 11,96 persen yoy, dengan nilai pembiayaan tercatat sebesar Rp16,21 triliun (April 2024: Rp16,32 triliun). Mahendra juga menuturkan, pada industri fintech peer to peer (P2P) lending, pertumbuhan outstanding pembiayaan di Mei 2024 terus melanjutkan peningkatan menjadi 25,44 persen yoy, dengan nominal sebesar Rp64,56 triliun.
"Tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) dalam kondisi terjaga di posisi 2,91 persen (April 2024: 2,79 persen)," pungkasnya.