Palembang, Sonora.ID - Inisiatif Desa Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI) yang didirikan OJK di Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam di Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung, merupakan langkah yang sangat positif untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan keuangan formal.
Dengan memperluas jangkauan layanan seperti perbankan dan asuransi ke daerah-daerah yang sebelumnya terpinggirkan, harapannya adalah meningkatkan inklusi keuangan dan mendukung pembangunan ekonomi masyarakat lokal.
Inisiatif ini juga akan membantu menciptakan ekosistem keuangan yang lebih inklusif dengan memberikan lebih banyak orang akses terhadap layanan keuangan yang mereka butuhkan untuk mengelola keuangan pribadi dan usaha mikro, kecil, dan menengah.
Hal ini tentunya merupakan langkah progresif untuk mendukung pengembangan ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Baca Juga: Ekonomi Global Bergejolak, OJK Pastikan Sektor Jasa Keuangan Stabil
“Jadi hakikat ekosistem keuangan inklusif adalah banyak penelitian yang mengatakan bahwa jika masyarakat, jumlah penduduk, memiliki peluang keuangan, literasi dan partisipasi yang baik, maka perekonomian pasti akan tumbuh dengan baik,” kata Arifin Susanto selaku Kepala OJK pada saat diwawancarai reporter Sonora Palembang pada kegiatan Media Gathering OJK Sumsel Babel 2024, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta, Rabu 10 Juli 2024.
Berdasarkan aspek tersebut, OJK Sumsel Babel mendorong berbagai pihak untuk memperluas akses keuangan kepada nasabahnya, baik kita mensosialisasikan kepada penyelenggara jasa keuangan, perbankan termasuk juga penyelenggara asuransi dan sebagainya.
“Yang terpenting saat ini masyarakat sudah banyak menggunakan utilisasi seperti ATM, kepemilikan rekening , penggunaan Qris di handphone akan tetapi berbeda terkait literasi dan inklusi itu masih
perlu peningkatan yang lebih bagus lagi,” jelas Arifin.
Arifin menambahkan jika masyarakat tidak memahami, “nggak melek” mengenai literasi keuangan maka mereka akan mudah terjebak oleh pinjaman online yang ilegal, serta investasi yang ilegal.
"Kenapa? Karena mereka tidak mengerti apa itu kebahagiaannya, apa haknya, apa tanggung jawabnya dan sebagainya," kata Arifin.