Artinya: "Kekasihku (Rasulullah Saw) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak pernah meninggalkannya hingga aku mati, yaitu berpuasa tiga hari setiap bulan, mengerjakan shalat dhuha, dan mengerjakan shalat witir sebelum tidur."
Ketiga, memperbanyak membaca doa. Bulan Safar adalah bulan yang dianjurkan untuk memperbanyak amalan dan ibadah, salah satunya adalah memperbanyak doa.
Ada beberapa alasan mengapa doa di bulan Safar lebih mustajab. Pasalnya, bulan Safar adalah bulan yang dimuliakan oleh Allah.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya “Sesungguhnya Allah memiliki bulan yang mulia, yaitu bulan Safar. Dia lebih memuliakan bulan ini daripada bulan-bulan lainnya.” (HR. Ibnu Hibban).
Adapun doa yang bisa di baca di bulan Safar, agar terhindar dari marabahaya adalah:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنِيْ مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا أَنْتَ اِرْحَمْنِيْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اللهم بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ وَأُمِّهِ وَبَنِيْهِ اِكْفِنِيْ شَرَّ هَذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَصَلىَّ اللهُ تَعَالىَ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ الِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Artinya: "Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Semoga shalawat dan salam Allah senantiasa tercurah pada junjungan kami, Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya.
Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memiliki Kekuatan dan Keupayaan. Ya Tuhan Yang Maha Mulia dan karena kemuliaan-Mu itu, menjadi hinalah semua makhluk ciptaan-Mu, peliharalah aku dari kejahatan makhluk-Mu.
Ya Tuhan Yang Maha Baik. Yang Memberi Keindahan, Keutamaan, Kenikmatan dan Kemuliaan.
Ya Allah, Tiada Tuhan kecuali hanya Engkau. Kasihanilah aku dengan Rahmat-Mu, wahai Zat yang Maha Penyayang.
Ya Allah, dengan rahasia kemuliaan Sayyidina Hasan dan saudaranya, serta kakeknya dan ayahnya, ibunya dan keturunannya, jauhkan aku dari kejahatan hari ini dan kejahatan yang akan turun padanya.
Wahai Zat Yang Maha Mencukupi harapan dan Menolak bala’, cukuplah Allah Yang Maha Memelihara lagi Maha Mengetahui untuk memelihara segalanya.
Cukuplah Allah tempat kami bersandar, tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Dan semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada Nabi Muhammad saw. beserta keluarganya dan para sahabatnya.”
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
2. Khutbah Jumat Bulan Safar
Mitos di Bulan Safar & Momentum Menghargai Waktu
Jemaah yang dirahmati Allah,
Bulan Safar merupakan bulan kedua tahun Hijriah setelah bulan Muharram. Sebagian orang beranggapan bahwa bulan Safar adalah bulan sial, sehingga banyak acara pernikahan dan acara bepergian serta aktivitas lainnya digagalkan atau dibatalkan.
Rupanya tasya'un (anggapan sial) pada bulan Safar masih ada hingga zaman sekarang, padahal itu adalah sisa-sisa keyakinan bangsa Arab zaman Jahiliah (masa kebodohan dan kegelapan). Astaghfirullahal adzim.
Muslimin yang dimuliakan Allah,
Islam tidak mengenal hari, bulan, atau tahun sial. Sebagaimana seluruh keberadaan di alam raya ini, waktu adalah makhluk Allah.
Waktu tidak bisa berdiri sendiri. Waktu (zaman) tidak ada sangkut pautnya dengan pengaruh dan takdir Allah.
Ia sama dengan waktu-waktu yang lain, ada takdir baik dan takdir buruk. la berada dalam kekuasaan dan kendali penuh Rabb-nya.
Bukankah semua yang terjadi adalah atas izin Allah dan kehendak-Nya? sedikit kita berpijak ke Surat At-Taghabun ayat 11:
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِۗ وَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ١١
Mâ ashâba mim mushîbatin illâ bi'idznillâh, wa may yu'mim billâhi yahdi qalbah, wallâhu bikulli syai'in 'alîm.
Artinya: "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah. Siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
Rasulullah sendiri menampik anggapan negatif masyarakat Jahiliah tentang bulan Safar dengan sejumlah praktik positif. Habib Abu Bakar al-'Adni dalam Mandhumah Syarh al-Atsar fi Ma Warada 'an Syahri Safar memaparkan bahwa beberapa peristiwa penting yang dialami oleh Rasulullah terjadi pada bulan Safar, di antaranya pernikahan beliau dengan Khadijah binti Khuwailid, menikahkah putrinya Fatimah dengan 'Ali bin Abi Thalib, hingga mulai berhijrah dari Makkah ke Madinah.
Dari keterangan itu, sesungguhnya Rasulullah telah membantah keyakinan masyarakat Jahiliah bukan hanya dengan argumentasi belaka, tapi juga pembuktian nyata bagi diri beliau sendiri, yaitu dengan melaksanakan hal-hal sakral dan penting pada bulan Safar, Nabi seolah-olah menyiratkan pesan bahwa bulan Safar tidak berbeda dari bulan-bulan lainnya.
Hadirin hafidhakumullah,
Manusia diperintahkan untuk senantiasa melakukan proses-proses dan tahapan-tahapan yang wajar.
Islam adalah agama yang sangat menghargai fungsi akal sehat. Oleh karena itu, tiap pekerjaan amat dianjurkan melalui satu perencanaan yang matang dan ikhtiar yang maksimal.
Selebihnya adalah doa dan kepasrahan (tawakal) total kepada Allah Yang Mahakuasa. Dan, tanamkan dalam diri kita bahwa terjadinya segala sesuatu tersebut melalui takdir dan atas kehendak-Nya.
Sial (buruk) atau beruntung (baik) merupakan kelanjutan dari proses dan tahap tersebut, bukan pada mitos-mitos khayal yang tak masuk akal.
Untuk terbebas dari penyakit, manusia diperintahkan untuk hidup bersih dan menghindari pengidap penyakit menular.
Agar selamat dari rugi, bangkrut atau jatuh pailit, pedagang disarankan untuk membuat perhitungan yang teliti dan hati-hati selain tidak boleh mengesampingkan faktor 'marketing' dalam taktik berjualan.
Agar lulus ujian, pelajar mesti melewati belajar secara serius dan tidak mengandalkan faktor 'keberuntungan' semata. Dan, seterusnya.
Teks Khutbah Jumat Bulan Safar #2: Safar, Berkah bagi yang Taat, Sial bagi yang Maksiat
Ma'asyiral muslimin jemaah Jumat yang dirahmati Allah,
Saat ini kita semua ada di dalam bulan Safar, bulan kedua dalam kalender Islam setelah bulan Muharram.
Pada bulan ini, banyak orang-orang yang beranggapan dan berkeyakinan bahwa bulan ini merupakan bulan kesialan. Semua perbuatan yang dilakukan akan sial dan tidak akan pernah menuai kesuksesan.
Baca Juga: 3 Khutbah Jumat Pertengahan Bulan Muharram, Singkat Menyentuh Hati
Anggapan dan keyakinan tersebut tentu tidak benar dan tidak sesuai dengan ajaran Islam yang kita anut bersama.
Dalam Islam tidak ada suatu bulan yang bisa mendatangkan suatu bahaya, kesialan, dan kegagalan dengan sendirinya.
Semuanya sudah ditentukan oleh Allah SWT, dan tidak ada seorang pun yang bisa menghalanginya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran, yaitu:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Artinya: "Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah" (QS. Al-Hadid [57]: 22).
Ayat ini menegaskan bagi kita semua, bahwa suatu musibah, ujian dan kesialan yang menimpa seorang hamba bukan disebabkan oleh suatu bulan tertentu, bukan disebabkan bulan Safar dan bulan-bulan lainnya, melainkan sudah tercatat di Lauh Mahfuzh yang sudah ada sejak zaman dahulu.
Lantas bagaimana caranya bagi kita semua untuk menjadikan bulan ini dengan bulan yang penuh manfaat dan berkah? Maka jawabannya adalah dengan cara terus sibuk dan berusaha untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT karena setiap zaman, bulan dan waktu yang kita jalani dengan ketaatan maka akan menjadi bulan yang berkah, termasuk juga dengan bulan Safar.
Dalam kitab Lathaiful Ma'arif Fima li Mawasimil 'Am minal Wazhaif, Imam Ibnu Rajab mengatakan:
فَكُلُّ زَمَانٍ شَغَلَهُ المُؤْمِنَ بِطَاعَةِ الله فَهُوَ زَمَانٌ مُبَارَكٌ عَلَيْهِ وَكُلُّ زَمَانٍ شَغَلَهُ العَبْدَ بِمَعْصِيَةِ الله فَهُوَ مَشْؤُمٌ عَلَيْهِ
Artinya: "Maka, setiap zaman yang menyibukkan orang mukmin dari melakukan ketaatan kepada Allah, maka zaman itu merupakan zaman yang diberkahi, dan setiap zaman yang menyibukkan manusia dengan bermaksiat kepada Allah, maka zaman itu merupakan zaman kesialan (tidak diberkahi)."
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyebab suatu bulan menjadi sial dan tidak diberkahi oleh Allah karena banyaknya kemaksiatan di dalamnya.
Andaikan setiap bulan yang ada kita jalani dengan semangat peningkatan keimanan dan ketakwaan, maka tentu tidak akan ada bulan kesialan di dalamnya.
Oleh karena itu, mari pada momentum shalat Jumat ini, kita mulai upaya dan usaha kita untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dengan cara mengerjakan semua yang diwajibkan, mengganti semua kewajiban yang pernah kita tinggalkan, dan menjauhi semua larangan-Nya, serta bertobat dari semua kesalahan dan kemaksiatan yang pernah kita perbuat.
Ma'asyiral muslimin jemaah Jumat yang dirahmati Allah,
Demikian khutbah Jumat perihal penjelasan tentang keberkahan bulan Safar bagi orang-orang yang taat, dan kesialan bagi mereka yang bermaksiat.
Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.
3. Khutbah Jumat Bulan Safar
Selalu Sabar dan Optimis Menjalani Hidup
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَناَ أَنْ نُصْلِحَ مَعِيْشَتَنَا لِنَيْلِ الرِّضَا وَالسَّعَادَةِ، وَنَقُوْمَ بِالْوَاجِبَاتِ فِيْ عِبَادَتِهِ وَتَقْوَاهْ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ مَنْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ الله، اُوْصِيْنِي نَفْسِي بِتَقْوَى الله، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَا أَيُّهَا الّذين آمنوا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jamaah Jumat hafidhakumullah,
Kami berwasiat kepada pribadi kami sendiri, juga kepada para hadirin sekalian, mari meningkatkan tingkatkan takwa kepada Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ dengan selalu menjalankan perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hadirin yang mulia,
Di tengah krisis multidimensi yang menimpa bangsa kita ini, mulai dari krisis moral, krisis ideologi, krisis ekonomi, dan lain sebagainya, marilah renungkan firman Allah berikut ini:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ، الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Artinya: Dan sungguh Kami uji kalian dengan sedikit rasa ketakutan, lapar, kekurangan harta benda, jiwa, buah-buahan.
Dan berilah kabar gembira orang orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang ditimpa musibah, mereka mengatakan: Sesungguhnya kami milik Allah, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya.
Mereka itulah orang yang akan mendapatkan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang mendapatkan hidayah. (QS Al-Baqarah: 155-157)
Hadirin Jamaah Rahimakumullah
Dari ayat tadi bisa kita telaah bahwa kehidupan manusia selalu berubah. Roda kehidupan selalu berputar, terkadang kita jumpai kemudahan dalam segala bidang, dan pada lain waktu, kita temukan kesulitan hidup.
Di satu saat kita bisa bersedih, di saat lain kita bisa tiba-tiba menjadi gembira.
Semua dinamika ini dinamakan sebagai ujian dari Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ agar iman bisa menjadi tebal, kedekatan kita kepada Allah akan selalu bertambah.
Dalam kitab matan Al-Kharidah al-Bahiyyah, Syekh Ahmad Dardir mendendangkan sebuah syair:
وَكُنْ عَلَى آلَائِهِ شَكُوْرًا، وَكُنْ عَلَى بَلاَئِهِ صَبُوْرًا
Artinya: Dan bersyukurlah atas nikmat-nikmat Allah, dan bersabarlah atas cobaan-cobaan-Nya.
Qasidah ini menjelaskan tentang tugas kita, agar pandai-pandai bersyukur atas karunia Allah.
Anugerah yang diberikan tidak membuat kita lena tentang bagaimana cara menggunakan nikmat tersebut secara baik dan benar. Begitu pula sebaliknya.
Pada waktu kita dikasih cobaan oleh Allah, tugas kita adalah bersabar. Kita harus selalu ber-husnudhan kepada Allah.
Kita perlu yakin, Allah akan memberikan kemudahan, mungkin saja nanti atau di kemudian hari.
Allah berfirman:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ، إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Artinya: Sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan. (QS As-Syarh: 5-6)
Di ayat ini, Allah mengulangi tentang kebersamaan antara kesulitan pasti akan ada kemudahan, itu pasti.
Bahkan Allah mengulangi sampai dua kali. Kita tidak boleh meragukan firman Allah ini.
Dan dalam sebuah hadits qudsi, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Radliyallâhu Anh, Allah berfirman:
خَلَقْتُ عُسْرًا وَاحِدًا وَخَلَقْتُ سَيْرَيْنِ
Artinya: Allah berfirman: Aku ciptakan kesulitan satu, tetapi di situ pula aku ciptakan dua kemudahan.
Hadirin yang Berbahagia
Sekarang, di antara kita mungkin sedang bertani, namun gagal panen. Atau panen sukses tapi harganya tidak sesuai harapan. Yang menjadi pelajar, nilai yang diperoleh kurang sesuai harapan.
Yang kerja kantor, ada masalah di tempat kerja. Yang berdagang ditipu orang. Hal tersebut bisa saja menimpa kita.
Di saat-saat demikian, kita tetap harus menata hati untuk memosisikan Allah pada dugaan yang selalu baik. Dalam hadits qudsi, Allah menyebutkan:
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ
Artinya: "Aku itu berada pada posisi dugaan hamba kepada-Ku."
Maksudnya, jika meyakini Allah tidak akan bisa menyelesaikan masalah kita, masalah pun tidak akan kelar.
Apabila yakin bahwa Allah bisa menyelesaikan urusan kita yang menurut ukuran itu sangat rumit, Allah pun akan menyelesaikan problem tersebut dengan skenarionya yang indah.
Maka yang patut dipanjatkan kepada Allah bukan kalimat: "Ya Allah, masalahku sungguh besar." Bukan. Namun, dengan kalimat: "Masalah! Allah-ku maha paling besar." Seberapa besar masalah, Allah lebih agung daripada masalah kita.
Hadirin yang Mulia
Perihal kesulitan, dari Ibnu Mas'ud menyebutkan:
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ كَانَ الْعُسْرُ فِيْ حُجْرٍ لَطَلَبَهُ الْيُسْرُ حَتَى يَدْخُلَ عَلَيْهِ وَلَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرًا
Artinya: Demi Allah, seandainya kesulitan, keterpurukan, kegagalan itu berada dalam suatu lubang, pasti kemudahan akan mencarinya hingga bisa merangsek masuk. Dan kesulitan tidak akan bisa mengalahkan kemudahan. Dalam arti, kemudahan pasti akan menang.
Solusi terbaik menghadapi hidup adalah optimis. Hal tersebut sebagaimana keterangan berikut ini:
اَلْيَقِيْنُ اَلْعِلْمُ كُلُّهْ
Artinya: Optimisme merupakan sumber keilmuan apa saja.
Mari kita bangun optimisme, sembari sambil membenahi kekurangan-kekurangan yang ada pada diri, kita evaluasi sikap dan kinerja dengan tetap mengutamakan doa, munajat kepada Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ yang rajin, shalat malam, supaya masalah diselesaikan oleh Allah dengan cara-Nya yang indah, insyaallah akan diberikan jalan keluar dari aneka krisis tersebut.
Rasulullah Shallalâhu Alaihi Wasallam bersabda:
أَفْضَلُ الْعِبَادَةِ إِنْتِظَارُ الْفَرَجِ
Artinya: Sebaik-baik ibadah adalah menanti kegembiraan.
Yang dimaksud Rasulullah kira-kira adalah optimisme menyambut datangnya kebahagiaan itu merupakan ibadah yang agung.
Bagaimana kalau tidak agung apabila semua umat muslim di muka bumi ini berputus asa, tidak ada yang mau berusaha.
Padahal putus asa merupakan suatu hal yang harus dihindari. Lawan kata putus asa adalah optimisme dan keyakinan yang tangguh.
Pesan Nabi Ya'qub kepada anak-anaknya yang disebutkan dalam al-Quran bisa dijadikan sebagai pegangan:
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
Artinya: Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafir. (QS Yusuf: 87)
Dengan demikian, ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari khutbah kali ini: Pertama, semua orang akan dipenuhi rasa jika tidak sedang bahagia, maka sedang berduka.
Jika bahagia, sikapnya harus bersyukur, jika berduka harus bersabar. Kedua, berdoa atau memohon kepada Allah dengan penuh optimisme karena hal tersebut sangat penting.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya: Jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku sangat dekat.
Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku.
Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran. (QS Al-Baqarah: 186)
Dalam cerita Nabi Yunus saat dia ditelan oleh ikan, berkat doa yang dipanjatkan, Allah kemudian mengabulkan.
Dzin Nun atau yang terkenal dengan nama Nabi Yunus pun akhirnya bisa keluar dari perut ikan.
Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan Said bin Abi Waqash sebagai berikut:
دَعْوَةُ ذِي النُّوْنِ إِذَا دَعَا رَبَّهُ وَهُوَ فِيْ بَطْنِ الْحُوْتِ: لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَك َإِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ. لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِيْ شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ اسْتُجِيْبَ لَهُ
Artinya: Doa Nabi Yunus ketika berada di perut ikan yang besar adalah 'Lâ ilâha illâ anta, subhânaka innî kuntu minadh dhâlimîn.' Tidak ada seorang muslim satu pun yang berdoa memakai kalimat itu kecuali dikabulkan doanya.
Ketiga, pentingnya berhusnudhan kepada Allah Ta'âlâ karena berprasangka baik merupakan kunci kebahagiaan.
Keempat, bagi orang yang sedang dirundung duka, penuh cobaan hidup, hendaknya memperbanyak doa:
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَك َإِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ العَظِيْمُ الحَلِيْمُ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ العَرْشِ العَظِيْمُ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ رَبُّ العَرْشِ العَظِيْمُ
Atau
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ
Atau boleh juga:
الله الله رَبِّي لَا أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
Semoga kita tergolong orang-orang yang diberikan anugerah bisa mensyukuri aneka macam nikmat Allah.
Andai saja kita diberi cobaan, semoga kita dianugerahi sabar dan optimisme serta pribadi yang selalu dekat kepada Allah baik dalam keadaan suka maupun duka.
بارك الله لى ولكم فى القرأن العظيم، وجعلني واياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم. إنه هو البر التواب الرؤوف الرحيم. أعوذ بالله من الشيطن الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3) ـ
وقل رب اغفر وارحم وأنت ارحم الراحمين
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: 3 Khutbah Jumat 10 Muharram Singkat, Penuh Makna dan Menyentuh Hati!