5 Khutbah Jumat Tentang Kemerdekaan Indonesia

9 Agustus 2024 10:25 WIB
Khutbah Jumat Tentang Kemerdekaan Indonesia
Khutbah Jumat Tentang Kemerdekaan Indonesia ( banjarmasin post)

Tanah air menjadi elemen penting dalam perjuangan tersebut. Tanah air tidak ubahnya rumah yang dihuni jutaan bahkan ratusan juta manusia. Islam mengakui hak atas keamanan tempat tinggal dan memperbolehkan melakukan pembelaan bila terjadi ancaman yang membahayakannya.

Selengkapnya dapat disimak di sini

Khutbah Jumat Tentang Kemerdekaan Indonesia

  • 2. Merawat Kemerdekaan dengan Semangat Nilai Keislaman

amaah shalat Jumat rahimakumullah. Puji dan syukur kita persembahkan kehadapan Allah subhanahu wata'ala yang telah memberi kenikmatan berupa kesehatan dan kesempatan serta izinNya kepada kita, sehingga kita dapat menunaikan kewajiban Shalat Jumat di Masjid Istiqlal.Shalawat serta Salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan para Sahabatnya. Sebagai khatib Jum’at hari ini, saya mengajak kepada jamaah sekalian, marilah kita memelihara dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah subhanahu wata'ala, semoga dengan ketaqwaan yang kita jalani setiap hari, akan mendatangkan keberkahan Allah subhanahu wata'ala kepada kita. Aamiin.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah. Judul Khutbah Jum’at hari ini adalah “Merawat Kemerdekaan dengan Nilai Keislaman” tentu kita maklumi bersama bahwa judul ini berkaitan dengan baru satu hari kemaren, kita memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-78 yang mengambil tema secara Nasional adalah “Terus Melaju untuk Indonesia Maju”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2018) makna kemerdekaan adalah keadaan (hal) berdiri sendiri, bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dan kebebasan. Contohnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa, artinya suatu bangsa yang merdeka adalah bangsa yang bebas dari penjajahan.

Bangsa Indonesia pernah mengalami penjajahan selama 350 tahun oleh Belanda dan 3½ tahun oleh Jepang (kini negara Belanda dan Jepang sudah menjadi negara sahabat yang bersama-sama Indonesia membangun peradaban dunia yang damai dan sejahtera), melalui perjuangan yang gigih dan pengorbanan rakyat Indonesia yang luar biasa berupa jiwa raga dan harta benda yang dimilikinya pada saat itu, akhirnya tanggal 17 Agustus 1945 atau 78 tahun yang lalu, Bung Karno dan Bung Hatta atas nama Bangsa Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menetapkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945 Asli, sebelum di Amandemen) sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia.

Dalam UUD Tahun 1945 pada Pembukaan UUD 1945 Alinia ketiga yang berbunyi “Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Dengan demikian mereka akan dapat membina kehidupan yang baik, serta menghindarkan malapetaka yang biasa menimpa umat yang ingkar kepada Allah subhanahu wata'ala dan tidak mensyukuri nikmat dan karunia-Nya.

Penduduk suatu negara yang tidak beriman, mendustakan Allah dan Rasul-Nya, menolak agama yang dibawa Rasul-Nya,melakukan kemusyrikan dan kemaksiatan, maka Allah subhanahu wata'ala menimpakan siksa kepada mereka, walaupun siksa itu tidak sama dengan siksa yang telah ditimpakan kepada umat yang dahulu yang bersifat memusnahkan. Kepastian azab tersebut adalah sesuai dengan sunatullah yang telah ditetapkan dan tidak dapat diubah oleh siapapun selain oleh Allah subhanahu wata'ala.

Selengkapnya dapat disimak di sini

  • 3. Cara Bersyukur Atas Anugerah Kemerdekaan

Khutbah I اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حُمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانِ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ

أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Alhamdulillah, pada hari ini, kita masih bisa terus merasakan nikmat yang dianugerahkan Allah swt kepada kita semua. Di antaranya adalah nikmat iman, kesehatan, dan kemerdekaan sehingga kita bisa dengan tenang melangkahkan kaki menuju majelis ini untuk menjalankan tugas utama kita hidup di dunia yakni beribadah kepada Allah. Hal ini akan sulit untuk dilakukan jika kita berada dalam kondisi peperangan alias tidak merdeka serta masih berada dalam kungkungan penjajah.

Semua nikmat ini tidak boleh sedikitpun kita kufuri. Jika kita kufur nikmat, maka kita termasuk golongan orang-orang yang tak tahu bersyukur dan akan mendapatkan siksa yang pedih atas keangkuhan ini. Sungguh, tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang pantas sombong dan membanggakan diri sehingga lupa bersyukur dan mendustakan nikmat-nikmat yang dikaruniakan Allah swt.

Kita telah diingatkan oleh Allah melalui firman-Nya yang tertuang dalam Al-Qur’an surat Ar-rahman, dengan kalimat yang diulang-ulang sebanyak 31 kali. 

Selengkapnya dapat disimak di sini

Khutbah Jumat Tentang Kemerdekaan Indonesia

  • 4. Memaknai Kemerdekaan dalam Bingkai Ketauhidan

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah. Puji dan syukur kita persembahkan kehadapan Allah subhanahu wata'ala yang telah memberi kenikmatan berupa kesehatan dan kesempatan serta izin-Nya kepada kita, sehingga kita dapat menunaikan kewajiban shalat Jumat di Masjid Istiqlal.

Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan para Sahabatnya. Sebagai khatib Jum’at hari ini, saya mengajak kepada Jamaah sekalian, marilah kita memelihara dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah subhanahu wata'ala, semoga dengan ketakwaan yang kita jalani setiap hari, akan mendatangkan keberkahan Allah subhanahu wata'ala kepada kita. Aamiin.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Judul khutbah Jum’at hari ini adalah "Memaknai Kemerdekaan dalam Bingkai Ketauhidan" tentu kita maklumi bersama bahwa judul ini berkaitan dengan baru dua hari yang lalu, kita memperingati Hari Ulang Tahun ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia yang mengambil tema secara Nasional adalah "Pulih lebih cepat, Bangkit lebih Kuat".

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2018) makna kemerdekaan adalah keadaan (hal) berdiri sendiri, bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dan kebebasan, contohnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa, artinya suatu bangsa yang merdeka adalah bangsa yang bebas dari penjajahan.

Bangsa Indonesia pernah mengalami penjajahan selama 350 tahun oleh Belanda dan 3 ½ tahun oleh Jepang, melalui perjuangan yang gigih dan pengorbanan rakyat Indonesia yang luar biasa berupa jiwa raga dan harta benda yang dimilikinya pada saat itu, akhirnya tanggal 17 Agustus 1945 atau 77 tahun yang lalu, Bung Karno dan Bung Hatta atas nama Bangsa Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menetapkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945 Asli, sebelum di Amandemen) sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia.

Bingkai Ketauhidan dalam UUD Tahun 1945 terdapat pada Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga yang berbunyi “Atas berkat rahmat Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya” kalimat atas berkat rahmat Allah subhanahu wata'ala tersebut mengandung makna bahwa kalau bukan rahmat Allah subhanahu wata'ala kepada bangsa Indonesia sulit Indonesia meraih kemerdekaan.

Selengkapnya dapat disimak di sini

  • 5. Esensi Kemerdekaan Manusia

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حُمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانِ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ A

 أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Puji syukur kepada Allah swt dengan ungkapan alhamdulillah alladzi bi ni’matihi tattimmus shalihât, atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua, khususnya nikmat kemerdekaan Republik Indonesia dan kemerdekaan jiwa manusia dari semua belenggu kealpaan, sehingga kita semua bisa menunaikan segala tanggung jawab dan kewajiban dengan nyaman, tenang dan riang gembira. Semoga ibadah dan kebaikan yang kita lakukan, bisa menjadi amal yang diterima oleh-Nya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, allahumma shalli ‘alâ Muhammad wa ‘alâ alih wa sahbih, yang telah mengajarkan kita semua arti dari sebuah kemanusiaan yang merdeka, sehingga bisa terlepas dari belenggu-belenggu nafsu yang buruk. Semoga Allah melimpahkan keselamatan dan kesejahteraan kepada keluarganya, para sahabatnya, dan semua umatnya.

Selanjutnya, sebagai awal dalam memulai khotbah Jumat di atas mimbar yang mulia pada siang hari ini, kami selaku khatib mengajak kepada diri sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus berusaha dan berupaya dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Karena dengan modal iman dan takwa, kita semua bisa menjadi hamba yang selamat di dunia dan akhirat.

Dengan takwa pula, maka kita semua akan tergolong orang-orang yang mulia di sisi Allah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya, “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS Al-Hujurat [49]: 13).

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Saat ini kita semua berada pada momentum kemerdekaan Republik Indonensia ke 79, puncaknya yaitu pada tanggal 17 Agustus 2024. Namun tidak kalah penting dari perayaan itu adalah merenungi kembali perihal kemerdekaan manusia itu sendiri. Sudahkah kita menjadi manusia merdeka? Atau sebaliknya, kita justru masih ditawan oleh hawa nafsu yang hina? Syekh Zakaria al-Anshari dalam salah satu karyanya al-Ghararul Bahiyyah fi Syarhil Bahjah al-Wardiyyah, mengutip salah satu syi’ir yang layak untuk kita jadikan renungan bersama perihal kemerdekaan seorang hamba. Menurutnya, barometer seorang hamba bisa dikatakan merdeka jika ia sudah bisa menerima semua yang ada pada diri kita (qana’ah), dan tidak tamak pada hal-hal yang tidak ada pada dirinya.

الْعَبْدُ حُرٌّ إنْ قَنِعْ وَالْحُرُّ عَبْدٌ إنْ طَمِعْ فَاقْنَعْ وَلَا تَطْمَعْ فَمَا شَيْءٌ يَشِينُ سِوَى الطَّمَعْ

Artinya, “Seorang hamba sahaya layaknya orang merdeka jika ia merasa cukup dengan apa yang ada, dan orang merdeka layaknya seorang hamba sahaya jika ia rakus. Maka terimalah apa yang ada, dan jangan rakus, karena sesungguhnya tidak ada perangai yang lebih jelek selain daripada rakus.”

Menerima apa yang telah ditakdirkan oleh Allah swt merupakan puncak tertinggi dari kemerdekaan setiap orang. Orang-orang yang sudah bisa merasa cukup dengan apa yang dimilikinya tidak lagi dikekang dan dibelenggu oleh keinginan-keinginan nafsunya. Bahkan mereka sendiri yang akan mengontrol nafsu tersebut untuk selalu menerima apa yang telah menjadi ketetapanNya. Inilah kemerdekaan sesungguhnya bagi diri setiap manusia.

Selengkapnya dapat disimak di sini

Demikian ulasan tentang beberapa contoh teks khutbah Jumat tentang kemerdekaan Indonesia yang bisa dijadikan referensi. Wallahu a'lam.

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm