Di desa itu pula warga yang berbelanja diperkenankan untuk berhutang jika memang belum bisa membayarnya, asalkan menuliskan dicatatan barang apa saja yang diambil dan berapa nominalnya.
Dalam hal seperti ini para warga memang dilibatkan dengan rasa kejujuran yang ada didalam benak setiap individu pada saat berbelanja diwarung tersebut.
Warung tersebut juga melayani kebutuhan simpan-pinjam para warga, juga ada ternak yang dimana mereka lakukan dengan cara sistem gaduh.
Sistem gaduh sendiri merupakan sistem yang mereka terapkan untuk mengelola ternak dengan cara sang pemiliki ternak memercayakan hewan ternaknya untuk dirawat oleh orang lain.
Uniknya dalam sistem gaduh ini siapapun dapat menjadi yang merawat ternak.
Dikarenakan memang diundi pada saat pembagiannya. Merata untuk semua warga, susah senang semua merasakannya.
Semua hasil keuntungan yang didapat dari warung kejujuran itu nantinya akan dikembalikan kepada warga untuk kesejahteraan bersama.
Biasanya keuntungan yang didapat akan dibagikan selama 1 tahun sekali dalam bentuk seperti camilan pada saat lebaran, peralatan rumah tangga, hingga liburan bersama.
Untuk semua anggota yang terlibat di dalam warung kejujuran ini juga dibagi beberapa tim untuk berbelanja terkait stok barang untuk warung tersebut.
Biasanya ditugaskan untuk para anggota yang masih berusia produktif.
Kehadiran warung kejujuran tersebut sangat berdampak positif bagi warga sekitar.
Terlebih lagi dari semua hasil yang diraup warung tersebut nantinya juga akan dibagikan kembali kepada warga sekitar yang telah turut berkontribusi atas hadirnya warung tersebut.
Penulis : Rama Pujo
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: Kepesertaan JKN 99,47% Kota Surakarta Raih UHC Awards