3 Khutbah Jumat tentang Kemerdekaan, Singkat dan Menyentuh Hati

15 Agustus 2024 10:18 WIB
Ilustrasi 3 Khutbah Jumat tentang Kemerdekaan, Singkat dan Menyentuh Hati
Ilustrasi 3 Khutbah Jumat tentang Kemerdekaan, Singkat dan Menyentuh Hati ( )

Sonora.ID – Berikut beberapa contoh teks khutbah Jumat tentang kemerdekaan singkat dan menyentuh hati yang bisa dijadikan referensi.

Beberapa hari lagi, masyarakat Indonesia akan memperingati Hari Kemerdekaan yang ke-79.

Nah, menjelang peringatan bersejarah itu, khatib dapat mengusung tema khutbah Jumat tentang Kemerdekaan yang dapat dibawakan saat sholat Jumat.

Ada banyak materi khutbah Jumat tentang Kemerdekaan yang dapat dijadikan topik yang menarik untuk dibahas, misalnya Khutbah Jumat Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan dan lain sebagainya.

Tak perlu berlama-lama, berikut 3 khutbah Jumat tentang Kemerdekaan yang singkat dan menyentuh hati.

Baca Juga: 3 Khutbah Jumat Bulan Safar, Singkat Namun Penuh Makna Menyentuh Hati

1. Khutbah Jumat Menyambut HUT RI ke-78

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Tidak henti-hentinya, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Bulan ini pada 79 tahun yang lalu, KH Hasyim Asy'ari dan ulama- ulama terdahulu berkumpul dalam satu meja.

Sebelumnya, tak pernah para ulama merasa resah seperti ini. Mereka memiliki suatu tanggung jawab besar yang mereka panggul, yakni merawat dan menjaga kehidupan beragama masyarakat masing-masing.

Tapi hari itu, mereka harus meninggalkan masyarakat sementara waktu. Mereka pergi dari rumah menuju satu titik untuk bertemu dengan ulama lainnya.

Apa gerangan yang memaksa mereka meninggalkan tanggung jawab besar itu? Tiada lain adalah mereka telah mendapat tanggung jawab yang lebih besar: menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Negara ketika itu sedang mendapat ancaman serius dari tentara penjajah. Keadaan telah demikian genting.

Maka demi kepentingan negara, para ulama rela meninggalkan kewajiban mereka sejenak kepada masyarakat sekitar. Karena menjaga negara sesungguhnya kewajiban paling besar yang ditanggung oleh ulama.

Mencintai Tanah Air, memperjuangkan kedamaian tanah kelahiran adalah bagian dari iman. Tanpa ghirah dan semangat membela negara, mustahil seseorang dianggap sempurna keimanannya.

Sudah barang tentu, para ulama, yang memiliki kadar keimanan yang telah tinggi, akan menyerahkan seluruh jiwa raganya untuk memperjuang- kan kedamaian tanah kelahirannya itu.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Dari pertemuan itu, dihasilkan sebuah keputusan besar: Fatwa Resolusi Jihad. Fatwa ini menghendaki bahwa setiap muslim berkewajiban untuk melindungi negaranya dari serangan penjajah.

Hanya dengan kondisi negara yang aman dan tenteramlah ajaran agama dapat dilestarikan dengan sempurna. Dalam surah Al-Baqarah ayat 190 disebutkan:

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang melampaui batas."

Ayat di atas menegaskan bahwa kita memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan agama Allah. Kita harus memperjuangkan kelestarian agama kita dengan sepenuh jiwa dan raga.

Kita bisa menyaksikan bagaimana perjuangan para ulama di zaman dahulu. Mereka rela turun ke medan, menghadapi langsung para musuh.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Perjuangan melawan penjajah dalam rangka menjaga kemerdekaan pada saat itu amatlah berat. Para pejuang Indonesia berhadapan dengan musuh yang bersenjatakan lengkap.

Bahkan mereka telah mengepung kota dari selu- ruh daratan, laut, dan udara. Meski begitu, para pejuang Indonesia tidak sedikit pun gentar menghadapi musuh. Mengapa? Karena cinta tanah air telah merasuk dalam jiwa mereka, sehingga menjadi kekuatan yang menggebu-gebu.

Karenanya, jangan pernah sekali-kali kita melupakan jasa para ulama. Perjuangan yang mereka lakukan bukan hanya berdiam di masjid, duduk berdzikir, memutar tasbih.

Justru mereka adalah para pejuang yang paling gigih, yang tak sedikit pun melirik hal lain dalam memperjuangkan negara, selain bahwa negara harus dibela mati-matian.

Negara adalah harta yang paling berharga bagi mereka. Berkat jasa merekalah, kita bisa hidup di dalam negara yang damai, dan menjalani hidup dengan santun dan tenteram.

Demikian khutbah Jumat perihal menyambut hari kemerdekaan. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua dan digolongkan sebagai hamba Allah SWT yang istiqamah dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Aamiin ya rabbal alamin.

2. Khutbah Jumat Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan

اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ: وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala, kapan pun dan di mana pun kita berada serta dalam keadaan sesulit apa pun dan dalam kondisi yang bagaimana pun, dengan cara melaksanakan segenap kewajiban-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Khalifah kedua, Sayyidina Umar bin Khattab RA pernah melontarkan kalimat:

مَتَى اسْتَعْبَدْتُم النَّـــــــــاسَ وَقَدْ وَلَدَتْهُمْ أُمَّهَاتُهُمْ أَحْرَارًا؟

Artinya: Sejak kapan kalian memperbudak manusia, sedangkan ibu-ibu mereka melahirkan mereka sebagai orang-orang merdeka (Kitab al-Wilâyah 'alal Buldân fî 'Ashril Khulafâ' ar-Râsyidîn).

Sayyidina Umar memang menyampaikannya dengan nada tanya, namun sesungguhnya ia sedang mengorek kesadaran kita tentang hakikat manusia.

Menurutnya, manusia secara fitrah adalah merdeka. Bayi yang lahir ke dunia tak hanya dalam keadaan suci tapi juga bebas dari segala bentuk ketertindasan.

Sebagai konsekuensinya, penjajahan sesungguhnya adalah proses pengingkaran akan sifat hakiki manusia. Karena itu Islam mengizinkan membela diri ketika kezaliman menimpa diri.

Bahkan, pada level penjajahan yang mengancam jiwa, umat Islam secara syar'i diperbolehkan mengobarkan perang.

Perang dalam konteks ini adalah untuk kepentingan mempertahankan diri (defensif), bukan perang dengan motif asal menyerang (ofensif).

Hal ini pula yang dilakukan para ulama, santri, dan umat Islam bangsa ini ketika menghadapi penjajahan Belanda dan Jepang pada masa lalu.

Perjuangan yang mereka lakukan bersama berbagai elemen bangsa lain yang tidak hanya beda suku dan daerah tapi juga agama dan kepercayaan.

Sebab, kemerdekaan memang menjadi persoalan manusia secara keseluruhan, bukan cuma golongan tertentu. Islam mengakuinya sebagai nilai yang universal.

Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,

Tanah air menjadi elemen penting dalam perjuangan tersebut. Tanah air tidak ubahnya rumah yang dihuni jutaan bahkan ratusan juta manusia.

Islam mengakui hak atas keamanan tempat tinggal dan memperbolehkan melakukan pembelaan bila terjadi ancaman yang membahayakannya.

Al-Qur'an bahkan secara tersirat menyejajarkan posisi agama dan tanah air dalam Surat al-Mumtahanah ayat 8:

لَا يَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil (QS Al-Mumtahanah [60]: 8).

Baca Juga: 70 Twibbon HUT RI ke-79 17 Agustus 2024, Desain Keren dan Terbaru!

Prof Quraish Shihab menjelaskan ayat tersebut memberi pesan bahwa Islam mensejajarkan antara agama dan tanah air. Oleh Al-Qur'an keduanya dijadikan alasan untuk tetap berbuat baik dan berlaku adil.

Al-Qur'an memberi jaminan kebebasan beragama sekaligus jaminan bertempat tinggal secara merdeka. Tidak heran bila sejumlah ulama memunculkan jargon hubbul wathan minal iman (cinta tanah air sebagian dari iman).

Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,

Dengan demikian, cara pertama yang bisa dilakukan untuk menyambut hari kemerdekaan ini adalah mensyukuri secara sungguh-sungguh dan sepenuh hati atas anugerah kemanan atas agama dan negara kita dari belenggu penjajahan yang menyengsarakan.

Sebab, nikmat agung setelah iman adalah aman (a'dzamun ni'ami ba'dal îmân billâh ni'matul aman).

Lalu, bagaimana cara kita mensyukuri kemerdekaan ini?

Pertama, mengisi kemerdekaan selama ini dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Menjalankan syariat secara tenang adalah anugerah yang besar di tengah sebagian saudara-saudara kita di belahan dunia lain berjuang mencari kedamaian.

Umat Islam Indonesia harus mensyukurinya dengan senantiasa mendekatkan diri kepada sang khaliq dan berbuat baik kepada sesama.

Perlombaan yang paling bagus adalah perlombaan menuju paling menjadi pribadi paling takwa karena di situlah kemuliaan dapat diraih.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS al-Hujurat [49]: 13).

Kedua, mencintai negeri ini dengan memperhatikan berbagai kemaslahatan dan kemudharatan bagi eksistensinya. Segala upaya yang memberikan manfaat bagi rakyat luas kita dukung, sementara yang merugikan masyarakat banyak kita tolak.

Dukungan terhadap kemaslahatan publik bisa dimulai dari diri sendiri yang berpartisipasi terhadap proses kemajuan di masyarakat, andil bergotong royong, atau patuh terhadap peraturan yang berlaku.

Sebaliknya, mencegah mudharat berarti menjauhkan bangsa ini dari berbagai marabahaya, seperti bencana, korupsi, kriminalitas, dan lain sebagainya.

Inilah pengejawantahan dari sikap amar ma'ruf nahi munkar dalam pengertian yang luas. Ajakan kebaikan dan pengingkaran terhadap kemungkaran dipraktikkan dalam konteks pembangunan masyarakat. Tujuannya, menciptakan kehidupan yang lebih harmonis, adil, dan sejahtera.

Termasuk dalam praktik ini adalah mengapresiasi pemerintah bila kebijakan yang dijalankan berguna dan mengkritiknya tanpa segan ketika kebijakan pemerintah melenceng dari kemaslahatan bersama.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Al-Imam Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali dalam Ihyâ' 'Ulûmiddîn mengatakan:

المُلْكُ وَالدِّيْنُ تَوْأَمَانِ فَالدِّيْنُ أَصْلٌ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ وَمَا لَا أَصْلَ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَمَا لَا حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ

Artinya: Kekuasaan (negara) dan agama merupakan dua saudara kembar. Agama adalah landasan, sedangkan kekuasaan adalah pemelihara. Sesuatu tanpa landasan akan roboh. Sedangkan sesuatu tanpa pemelihara akan lenyap.

Al-Ghazali dalam pernyataan itu seolah ingin menegaskan bahwa ada hubungan simbiosis yang tak terpisahkan antara agama dan negara.

Alih-alih bertentangan, keduanya justru hadir dalam keadaan saling menopang. Negara membutuhkan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam agama, sementara agama memerlukan "rumah" yang mampu merawat keberlangsungannya secara aman dan damai.

Indonesia adalah sebuah nikmat yang sangat penting. Kita bersyukur dasar negara kita senafas dengan substansi ajaran Islam.

Kemerdekaan memang belum diraih secara tuntas dalam segala bidang. Namun, itulah tugas kita sebagai warga negara yang baik untuk tak hanya mengeluhkan keadaan tapi juga harus turut serta memperbaikinya sebagai bagian dari ekspresi hubbul wathan.

Semoga Allah SWT senantiasa menjaga negara dan agama kita dari malapetaka hingga bisa kita wariskan ke generasi-generasi berikutnya.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

3. Khutbah Jumat 17 Agustus

Makna Kemerdekaan 17 Agustus 1945

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْداً يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَالْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِك. سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِك. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَه. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيرْاً وَنَذِيْراً. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَاماً دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن

أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: ي وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوها، إِنَّ اللهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT melalui langkah menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.

Pentingnya hal ini, maka berwasiat takwa menjadi salah satu rukun dan kewajiban yang harus dilakukan oleh khatib dalam setiap khutbahnya. Jika tidak berwasiat takwa maka tidak sah lah khutbah Jumat yang disampaikannya.

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Sekarang kita memasuki bulan Agustus yaitu bulan kemerdekaan negara kita Indonesia yaitu tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 yang silam dan kemerdekaan negara kita tidak lepas dari perjuangan para pahlawan kemerdekaan.

Perjuangan para pahlawan kemerdekaan pada masa itu telah memberikan kontribusi besar bagi Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Kita sebagai generasi penerus harus mengenang dan meneladani semangat perjuangan mereka.

Oleh karena itu harusnya kita perbanyak bersyukur atas nikmat kemerdekaan dan keamanan tanah air yang kita rasakan sekarang ini Syukur ini menjadi pemantik terus ditambahkannya nikmat-nikmat Allah SWT yang padahal jika kita menghitungnya, maka tiada sanggup kita melakukannya. Allah berfirman:

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوها، إِنَّ اللهَ لَغَفُورٌ رَحِيم

Artinya: Jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Surat an-Nahl ayat 18).

Seperti yang kita ketahui, bahwa generasi penerus kemerdekaan seperti kita saat ini harus meneladani nilai-nilai dan semangat dari pahlawan seperti keteguhan dalam memegang prinsip, keberanian, dan kesabaran dalam meraih tujuan.

Nilai-nilai ini harus diaplikasikan oleh elemen bangsa untuk mengisi kemerdekaan sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Berikut ini yang perlu ditanamkan pada generasi penerus:

Pertama adalah nilai keteguhan dalam memegang prinsip.

Para pahlawan kita oleh Allah dikaruniai keteguhan dan kekuatan hati untuk senantiasa istiqamah berjuang dan tidak mudah terpengaruh oleh propaganda dan iming-iming dari para penjajah Mereka berjuang dengan pengorbanan jiwa raga dan berhasil mengusir penjajah dari bumi pertiwi.

Sebagai orang yang pandai bersyukur, jangan sampai kita lupakan jasa dan spirit para pahlawan dalam perjuangan ini.

Semestinya kita harus meneladani semangat perjuangan mereka untuk diaplikasikan di era saat ini yaitu dengan tidak mudah terprovokasi dan selalu mengisi kemerdekaan dengan membangun bangsa, serta selalu mengedepankan kepentingan bangsa daripada diri sendiri.

Kita sangat prihatin, karena sekarang ini masih banyak saudara-saudara kita yang mempergunakan kebebasan itu untuk kepentingan pribadinya sendiri, tanpa mengindahkan orang lain.

Mereka lupa atau melupakan diri, bahwa perbuatan yang mereka lakukan itu adalah bertentangan dengan tuntunan agama, dan kelak akan disiksa oleh Allah SWT.

Bahkan untuk itu mereka menggerogoti uang negara, seperti kebanyakan pejabat yang korupsi. Hal seperti ini berarti, mereka belum secara nyata melaksanakan syukur sesuai dengan kehendak Allah.

Mereka mengkhianati dan mengambil keuntungan dari hasil pengorbanan para pahlawan-pahlawan kemerdekaan.

Sebagai sebuah ikhtiar batin, marilah kita banyak membaca doa yang sangat masyhur dan termaktub dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 8:

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ

Artinya: Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).

Kedua adalah keberanian.

Jika pahlawan dulu dengan berani berjuang dengan mengangkat senjata untuk mengusir para penjajah, maka tugas kita saat ini sebagai penerus adalah berani berjuang untuk mengusir kebodohan dan ketertinggalan sebagai modal menjaga kemerdekaan ini serta optimis dan berani menghadapi masa depan dengan menjadi jiwa yang kuat yang didukung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ketiga adalah nilai kesabaran dalam meraih tujuan.

Kita perlu menyadari bahwa para pahlawan menghabiskan waktu mereka berjuang meraih kemerdekaan bukan hanya dalam hitungan satu atau dua tahun saja.

Mereka membutuhkan ratusan tahun, dari satu generasi ke generasi berikutnya, dengan tidak ada rasa putus asa dan lelah untuk meraih kemerdekaan ini.

Nilai-nilai kesabaran ini bisa kita aplikasikan dalam perjuangan kita mengisi kemerdekaan melalui kesabaran belajar bagi para generasi muda, kesabaran dalam bekerja bagi para orang tua, dan kesabaran dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan zaman oleh seluruh elemen masyarakat. Kesabaran bisa diibaratkan seperti obat atau jamu. Pahit rasanya saat baru mencicipi, namun, lama kelamaan akan berbuah manis.

Jamaah Jumat yang Berbahagia

Generasi penerus kemerdekaan seperti kita saat ini harus meneladani nilai-nilai dan semangat dari pahlawan seperti keteguhan dalam memegang prinsip, keberanian, dan kesabaran dalam meraih tujuan.

Nilai-nilai ini harus diaplikasikan oleh elemen bangsa untuk mengisi kemerdekaan sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Kita harus teguh memegang prinsip untuk mempertahankan kemerdekaan sekaligus berani menghalau pihak-pihak yang ingin mengganggu kedamaian bangsa.

Dengan kesabaran, kita harus terus membangun bangsa kita ini untuk meraih tujuan melalui persatuan.

Para pahlawan telah berjuang untuk memperoleh kemerdekaan yang kita nikmati saat ini. Oleh karena itu, kita harus meneladani semangat juang mereka dan menghargai kemerdekaan yang telah kita peroleh dengan bersyukur kepada Allah, dan kita harus tetap bersabar menghadapi tantangan dan musibah dalam mengisi kemerdekaan ini demi cita-cita bangsa Indonesia.

Karena hanya bersyukur dan bersabar maka kita akan mendapatkan kebaikan dari Allah SWT. Sebagaimana sabda Nabi:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ؛ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Artinya: Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mukmin sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya, (HR Muslim).

Oleh karenanya, pada momentum kali ini, mari kita kuatkan lagi rasa syukur kita atas nikmat kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan kusuma bangsa. Semoga kita bisa meneladani mereka sebagai modal untuk mengisi kemerdekaan ini. Amin

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News

Baca Juga: 70 Ucapan Dirgahayu Republik Indonesia untuk Banner 17 Agustus 2024

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm