Jakarta,Sonora.Id - Pelaksana tugas (Plt) Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) E. Aminudin Aziz menyatakan pustakawan ahli utama memiliki peran penting sebagai inspirator, motivator, inovator, dan pemimpin dalam dunia perpustakaan.
“Mereka harus menjadi inspirator yang selalu memberikan inspirasi kepada masyarakat, khususnya di dunia perpustakaan. Jangan berhenti untuk selalu memberikan inspirasi kepada masyarakat,” ujarnya dalam acara Sidang Terbuka Orasi Ilmiah Pustakawan Ahli Utama yang diadakan di Auditorium Perpusnas Salemba, Jakarta, pada Rabu (28/8/2024).
Dia menyoroti pentingnya peran pustakawan sebagai motivator untuk orang lain agar bisa lebih maju dari kondisi saat ini. “Saudara harus memberikan motivasi kepada mereka supaya mereka bisa bergerak lebih cepat di dalam dunia yang sedang berkembang pesat ini,” tuturnya.
Pustakawan ahli utama merupakan jenjang jabatan tertinggi bagi profesi pustakawan yang memiliki peran strategis dalam pengembangan dan kemajuan perpustakaan.
Dia menekankan pentingnya inovasi dalam menjalankan tugas sebagai pustakawan ahli utama. Menurutnya, inovasi adalah tanggung jawab dan menjadi ciri utama dari sebuah masyarakat yang maju. “Oleh karena itu, saudara-saudara tidak boleh berhenti untuk berpikir dan mencarikan inovasi-inovasi baru yang akan selalu menantang di hadapan saudara-saudara,” ungkapnya.
Para pustakawan juga didorong untuk memanfaatkan perkembangan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) sebagai alat yang untuk mendukung tugas perpustakaan.
“Fenomena kecerdasan buatan menuntut kita untuk berpikir secara inovatif. Jika dimanfaatkan dengan baik, AI akan membantu kita dalam mencapai tujuan,” jelasnya.
Lebih lanjut, dia mengucapkan selamat kepada para pustakawan yang telah menyampaikan orasi ilmiah. Dia mengingatkan bahwa tanggung jawab sebagai pustakawan ahli utama bukan hanya sekadar gelar, tetapi juga amanah yang harus dijalankan dengan penuh dedikasi.
“Orasi ilmiah ini bukan hanya sekadar naskah yang disampaikan di forum ini, tetapi juga menjadi landasan berpikir para orator yang harus dipahami sebagai pemberian tanggung jawab yang melekat pada jabatan tersebut,” tuturnya.
Dia berharap agar para pustakawan dapat mengaplikasikan pentingnya orientasi pelayanan kepada masyarakat. “Saya titip kepada semuanya, khususnya para pustakawan ahli utama, supaya mereka benar-benar berorientasi terhadap pemberdayaan masyarakat,” pesannya.
Sementara itu, para penyampai orasi ilmiah adalah Ahmad Hadadi, pustakawan ahli utama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Barat; Muhammad Tawwaf, pustakawan ahli utama UIN Sultan Syarif Kasim Riau; dan Nimal Lahamang, pustakawan ahli utama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.
Pustakawan ahli utama Ahmad Hadadi memaparkan orasi berjudul “Lemari Pustaka untuk Bangsa (LPB): Strategi Peningkatan Minat Baca Masyarakat Berbasis Komunitas”. Dia mengemukakan keprihatinannya terhadap rendahnya akses masyarakat terhadap bahan bacaan, terutama di wilayah pedesaan. Menurutnya, meskipun minat baca masyarakat cukup tinggi, pemanfaatan perpustakaan desa masih belum optimal.
“Pemilihan judul ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan saya tentang kurangnya akses masyarakat terhadap bahan bacaan, terutama di pedesaan maupun kompleks pemukiman,” katanya.
Menurutnya, LPB merupakan solusi untuk meningkatkan akses bahan bacaan tanpa batasan jumlah dan waktu peminjaman. “LPB didirikan untuk memenuhi kebutuhan bahan bacaan masyarakat tanpa dibatasi jumlah dan lama bahan pustaka yang dipinjam, tanpa harus menjadi anggota perpustakaan,” urainya.
Gagasan ini diharapkan mampu meningkatkan minat baca masyarakat, terutama di daerah yang akses terhadap perpustakaan masih terbatas.
Sementara pustakawan ahli utama Muhammad Tawwaf menggarisbawahi pentingnya peran pustakawan dalam penelitian kolaboratif di perguruan tinggi. Dalam orasi ilmiahnya berjudul “Peran dan Kontribusi Pustakawan sebagai Mitra Riset Kolaboratif”, dia menekankan pustakawan tidak hanya berperan sebagai pendukung, tetapi juga harus memiliki posisi yang sejajar dengan peneliti lain, seperti dosen dan akademisi.
"Penelitian kolaboratif tidak hanya sebatas mendampingi, tetapi pustakawan memiliki peran yang sejajar bersama peneliti lain dalam melakukan perencanaan, pengkajian, dan penyebaran hasil penelitian," ucapnya.
Melalui penelitian kolaboratif, pustakawan dapat meningkatkan kompetensi analisis mereka serta memperkuat budaya riset dan publikasi ilmiah di lingkungan perguruan tinggi.
Pustakawan ahli utama Nimal Lahamang dalam orasi ilmiahnya berjudul “Advokasi dan Penguatan Kemitraan dalam Mendukung Perluasan Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) di Indonesia” menyoroti pentingnya advokasi dan kemitraan dalam mengembangkan perpustakaan yang inklusif dan berdaya guna bagi masyarakat.
Nimal menjelaskan bahwa program TPBIS bertujuan untuk menjadikan perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan dan ruang terbuka bagi masyarakat dalam mengembangkan keterampilan serta meningkatkan kualitas hidup.
“Advokasi memainkan peranan penting dalam memastikan keberhasilan implementasi Program TPBIS, sehingga perpustakaan dapat menjadi ruang yang ramah dan terbuka bagi semua individu,” sebutnya.
Dia mengungkapkan pentingnya kemitraan antara perpustakaan dan berbagai pemangku kepentingan untuk memperluas dampak program ini. “Penguatan kemitraan dilakukan melalui kolaborasi dengan pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk meningkatkan program-program literasi di daerah secara berkelanjutan,” pungkasnya.