Bandung, Sonora.ID - Banyak para lulusan baru atau fresh graduate di Indonesia yang merasa bahwa bekerja harus sesuai dengan jurusan yang mereka ambil di bangku kuliah.
Hal ini sering kali disebabkan oleh pandangan bahwa pendidikan formal adalah jalan utama untuk mendapatkan pekerjaan di bidang yang spesifik.
Sebagai contoh, lulusan teknik diharapkan bekerja sebagai insinyur, atau lulusan ekonomi dianggap ideal untuk posisi di sektor keuangan.
Kerap kali pandangan seperti ini juga diperkuat oleh dorongan dari orang tua dan lingkungan sosial yang percaya bahwa kesuksesan di dunia kerja bergantung pada seberapa relevan latar belakang pendidikan dengan pekerjaan yang dijalani.
Baca Juga: Sinergi Apindo Jabar - Nagasaki Prefectural Assembly Siap Kembangkan Kawasan Rebana
Dan sebagai bentuk penguatan kolaborasi antara dunia usaha dengan dunia pendidikan, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Provinsi Jawa Barat (Jabar) dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), menjalin sebuah kesepakatan kemitraan untuk menghadapi tantangan ketenagakerjaan di Jawa Barat dan peningkatan kualitas SDM serta keterserapan lulusan, Rabu (18/9/2024).
"Visi kami adalah mewujudkan iklim usaha yang kondusif, kompetitif, dan berkelanjutan untuk penciptaan lapangan kerja, di mana SDM menjadi bagian penting dalam dunia usaha," kata Ketua APINDO Jabar Ning Wahyu Astutik dalam siaran persnya, Kamis (19/9/2024).
"Apalagi di Jawa Barat ini tengah menghadapi tantangan ketenagakerjaan dengan jumlah pengangguran tertinggi di Indonesia yang mencapai 1,79 juta orang atau 24,9% dari jumlah pengangguran nasional. Dari jumlah tersebut, lulusan SMK menyumbang 29,3%, sementara lulusan perguruan tinggi sebesar 13,6%, jadi kesenjangan antara supply dan demand tenaga kerja menjadi tantangan yang perlu diatasi bersama," bebernya.
"Ini menjadi tantangan, apalagi karakteristik Generasi Z, di mana data menunjukkan 65% pemberi kerja mempertimbangkan PHK untuk Gen Z, satu dari delapan Gen Z mengundurkan diri dalam seminggu pertama bekerja, dan 41% Gen Z serta milenial lebih memilih menganggur daripada bekerja di lingkungan yang tidak membuat mereka bahagia. Lalu, sebanyak 59% Gen Z juga merasa mengalami gangguan kesehatan mental. Hal ini lah yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan SDM berkualitas, yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha khususnya di Jawa Barat," bebernya lagi.
"Dan harus dipahami pula bahwa di dunia kerja sering kali lebih dinamis. Jadi ada link and match. Banyak perusahaan kini lebih menghargai keterampilan praktis dan soft skills, seperti kemampuan komunikasi, kerja sama tim, dan problem solving, yang tidak selalu terbatas pada satu bidang studi tertentu," ungkapnya.
Baca Juga: APINDO Jabar Sebut UU FSHPK Perlu Ditinjau Ulang
Meski demikian, lanjut Ning Wahyu, link and match masih menjadi tantangan besar, karena perkembangan teknologi lebih cepat dibandingkan kurikulum, fasilitas pendidikan, maupun dari sisi kemampuan pengajar.
"Meskipun menjadi tantangan, jangan lantas menjadi 'concern' terus-menerus yang justru menyebabkan para lulusan merasa khawatir berlebihan dan pesimis setiap kali ada lowongan karena merasa tidak sesuai dengan jurusan kuliahnya," tegas Ning Wahyu.
"Link and match akan terus menjadi tantangan, sehingga yang harus kita lakukan adalah terus menumbuhkan optimisme pada para lulusan dan pencari kerja, lalu kampusnya juga harus bisa mendorong mereka untuk meningkatkan kapasitas dengan menambah pengetahuan dan keterampilan kekinian yang relevan dengan perkembangan dan kebutuhan zaman," kata Ning Wahyu.
Menurutnya, meski bekerja sesuai jurusan bisa memberikan kenyamanan karena merasa memiliki dasar ilmu yang cukup, fleksibilitas dalam karier dan kemampuan untuk belajar hal baru menjadi semakin penting.
"Banyak lulusan yang pada akhirnya menemukan passion mereka di luar jalur yang awalnya mereka pelajari, dan itu bukan hal yang buruk. Fleksibilitas inilah yang menjadi kunci kesuksesan di era modern," kata Ning Wahyu.
Baca Juga: Pesan Ketua Apindo Jabar di Hari Buruh Internasional
"Kami dari APINDO akan turut serta dalam meningkatkan kualitas SDM, baik melalui kolaborasi dengan perguruan tinggi maupun dengan mengadakan pelatihan di perusahaan-perusahaan. Terlebih lagi, dengan adanya pengembangan kawasan REBANA, penting bagi Jawa Barat untuk menyiapkan SDM yang berkualitas guna mendukung pertumbuhan industri," imbuhnya.
"Kami dari APINDO Jabar berharap, bahwa penguatan kemitraan antara UPI dan APINDO Jabar ini akan menciptakan ekosistem ketenagakerjaan yang lebih baik dan menghasilkan SDM berkualitas sehingga mendorong peningkatan keterserapan lulusan di dunia kerja," pungkasnya.
Untuk diketahui, kesepakatan kemitraan antara APINDO Jabar dengan UPI berlangsung di Hotel EL Royale Bandung. Acara tersebut dihadiri oleh Rektor UPI beserta jajaran pimpinan UPI, dan Ikatan Alumni UPI.
Sedangkan dari APINDO Jawa Barat, hadir 8 perusahaan anggota yang turut pula menjalin kemitraan, yaitu Daya Group, PT. Mitsuba Automotive Parts Indonesia, PT. Sinar Daya Makmur, PT. Indonesia Chemi Con, PT. Nagasakti Kurnia Textile Mills, PT. Perkasa Internusa Mandiri, PT. Garudafood Putra Putri Jaya Tbk, dan PT. Stanli Trijaya Mandiri.