Saat ini kita sudah berada di bulan Rabiul Awal yang merupakan bulan ketiga dalam sistem penanggalan Hijriah setelah bulan Muharram dan Safar.
Rabiul Awal merupakan bulan yang spesial bagi Nabi Muhammad dan juga umatnya.
Pasalnya, pada bulan ini lahir sosok mulia Nabi Muhammad pada hari Senin, 12 bulan Rabiul Awal tahun 571 Masehi. Momentum penting inilah yang kemudian menjadikan bulan Rabiul Awal disebut sebagai bulan Maulid.
Imam As-Suyuthi dalam Husnul Maqshid fi Amalil Mawlid halaman 67-68 menjelaskan hikmah dilahirkannya Nabi Muhammad pada hari senin adalah di antaranya karena Senin merupakan hari di mana Allah menciptakan pohon.
Hari Senin mengingatkan kita pada penciptaan makanan pokok, rezeki, aneka buah, dan ragam kebaikan yang menjadi logistik dan asupan manusia serta menyenangkan hati mereka.
Namun perlu kita ketahui bahwa dengan dilahirkannya Nabi Muhammad di bulan Rabiul Awal maka bulan ini ikut menjadi mulia.
Seandainya Nabi Muhammad saw dilahirkan pada waktu mulia yang sudah ada, niscaya banyak yang mengira bahwa Nabi Muhammad saw menjadi mulia karena dilahirkan pada waktu mulia.
Jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah ta'ala Sebagai wujud syukur atas datangnya bulan Maulid dan kelahiran Nabi ini, maka kita dianjurkan untuk memperingati dan merayakannya.
Baca Juga: 3 Khutbah Jumat Bulan Rabiul Awal, Singkat Tapi Menggetarkan Hati
Kita harus mencontoh Nabi yang juga senantiasa memperingati kelahirannya sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Muslim.
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ قَالَ: ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيْهِ
Artinya: “Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa di hari Senin. Lantas beliau menjawab: Itu adalah hari di mana aku dilahirkan, hari di mana aku diutus atau diturunkannya wahyu kepadaku.”
Memperingati kelahiran Nabi juga merupakan wujud syukur atas diutusnya Rasulullah ke muka bumi ini sebagai Rahmatan lil Alamin (Rahmat bagi seluruh alam semesta).
Beliau adalah rahmat yang agung yang telah membawa umat manusia dari kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Ketika mendapat anugerah ini tentu kita harus bersyukur seperti yang telah diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya itu, hendaklah mereka bergembira.” (Q.S. Yunus: 58)
Wujud kegembiraan ini adalah dilaksanakannya peringatan Maulid yang di dalamnya dilakukan berbagai macam bentuk ibadah seperti membaca Al-Qur’an, dzikir, dan juga yang paling khas adalah membaca sejarah perjalanan kehidupan inspiratif dari Nabi Muhammad saw dan juga pembacaan shalawat Nabi.
Jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah ta'ala Bershalawat kepada Nabi Muhammad merupakan ibadah yang spesial.
Mengapa? Karena semua amal ibadah yang dilakukan oleh kita memiliki dua kemungkinan yakni diterima atau ditolak oleh Allah.