Asalnya raja kayangan dan jadi demikian karena disumpahi oleh Batara Indera. Terlantar di negeri Antah Berantah dan keduanya sangat dibenci orang.
Setiap kali mereka mengemis di pasar dan kampung mereka dipukuli dan diusir hingga ke hutan.
Oleh yang demikian, tinggallah dua suami-istri itu di hutan memakan batang kayu dan buah-buahan.
Hatta beberapa lamanya maka istri si Miskin itu pun hamillah tiga bulan lamanya. Maka istrinya menangis hendak makan buah mempelam yang ada di dalam taman raja itu.
Maka suaminya itu pun terketukkan hatinya tatkala ia di Keinderaan menjadi raja tiada ia mau beranak.
Maka sekarang telah mudhorot. Maka baharulah hendak beranak seraya berkata kepada istrinya, “Ayo, hai Adinda.
Tuan hendak membunuh kakandalah rupanya ini. Tiadakah tuan tahu akan hal kita yang sudah lalu itu? Jangankan hendak meminta barang suatu, hampir kepada kampung orang tiada boleh.”
Setelah didengar oleh istrinya kata suaminya demikian itu maka makinlah sangat ia menangis.
Maka kata suaminya, “Diamlah tuan, jangan menangis! Berilah kakanda pergi mencaharikan tuan buah mempelam itu, jikalau dapat oleh kakanda akan buah
mempelam itu kakanda berikan pada tuan.”
Maka istrinya itu pun diamlah. Maka suaminya itu pun pergilah ke pasar mencahari buah mempelam itu.
Setelah sampai di orang berjualan buah mempelam maka si Miskin itu pun berhentilah di sana. Hendak pun dimintanya takut ia akan dipalu orang.
Maka kata orang yang berjualan buah mempelam, “Hai miskin. Apa kehendakmu?”
Maka sahut si Miskin, “Jikalau ada belas dan kasihan serta rahim tuan akan hamba orang miskin hamba ini minta diberikan yang sudah terbuang itu. Hamba hendak memohonkan buah mempelam tuan yang sudah busuk itu barang sebiji sahaja tuan.”
Maka terlalu belas hati sekalian orang pasar itu yang mendengar kata si Miskin. Seperti hancurlah rasa hatinya. Maka ada yang memberi buah mempelam, ada yang memberikan nasi, ada yang memberikan kain baju, ada yang memberikan buahbuahan.
Maka si Miskin itu pun heranlah akan dirinya oleh sebab diberi orang pasar itu berbagai-bagai jenis pemberian.
Adapun akan dahulunya jangankan diberinya barang suatu hampir pun tiada boleh. Habislah dilemparnya dengan kayu dan batu.
Setelah sudah ia berpikir dalam hatinya demikian itu maka ia pun kembalilah ke dalam hutan mendapatkan istrinya.
Maka katanya, “Inilah Tuan, buah mempelam dan segala buah-buahan dan makan-makanan dan kain baju. Itupun diinjakkannyalah istrinya seraya menceriterakan hal ihwalnya tatkala ia di pasar itu. Maka istrinya pun menangis tiada mau makan jikalau bukan buah mempelam yang di dalam taman raja itu. “Biarlah aku mati sekali.”
Maka terlalulah sebal hati suaminya itu melihatkan akan kelaku an istrinya itu seperti orang yang hendak mati.
Rupanya tiada lah ber daya lagi. Maka suaminya itu pun pergilah menghadap Maharaja
Indera Dewa itu.
Maka baginda itu pun sedang ramai di hadap oleh segala raja-raja. Maka si Miskin datanglah. Lalu masuk ke dalam sekali.
Maka titah baginda, “Hai Miskin, apa kehendakmu?”
Maka sahut si Miskin, “Ada juga tuanku.” Lalu sujud kepalanya lalu diletakkannya ke tanah, “Ampun Tuanku, beribu-ribu ampun tuanku. Jikalau ada karenanya Syah Alam akan patuhlah hamba orang yang hina ini hendaklah memohonkan buah mempelam
Syah Alam yang sudah gugur ke bumi itu barangkali Tuanku.”
Maka titah baginda, “Hendak engkau buatkan apa buah mempelam itu?”
Maka sembah si Miskin, “Hendak dimakan, Tuanku.”
Maka titah baginda, “Ambilkanlah barang setangkai berikan kepada si Miskin ini”.
Maka diambilkan oranglah diberikan kepada si Miskin itu. Maka diambillah oleh si Miskin itu seraya menyembah kepada baginda itu.
Lalu keluar ia berjalan kembali. Setelah itu maka baginda pun berangkatlah masuk ke dalam istananya.
Maka segala raja-raja dan menteri hulubalang rakyat sekalian itu pun masing-masing pulang ke rumahnya.
Maka si Miskin pun sampailah kepada tempatnya. Setelah dilihat oleh istrinya akan suaminya datang itu membawa buah mempelam setangkai. Maka ia tertawa-tawa. Seraya disambutnya lalu dimakannya.
Maka adalah antaranya tiga bulan lamanya. Maka ia pun menangis pula hendak makan nangka yang di dalam taman raja itu juga. Demikian juga si Miskin mendapat nangka di kebun raja itu untuk istrinya yang mengidam itu.
Adapun selama istrinya si Miskin hamil maka banyaklah makan-makanan dan kain baju dan beras padi dan segala perkakas perkakas itu diberi orang kepadanya.
Dan pada ketika yang baik dan saat yang sempurna, pada malam empat belas hari bulan maka bulan itu pun sedang terangtumerang maka pada ketika itu istri si Miskin itu pun beranaklah seorang anak lelaki terlalu amat baik parasnya dan elok rupanya. Anak itu dinamakan Marakarmah, artinya anak di dalam kesukaran.
Hatta maka dengan takdir Allah Swt. menganugerahi kepada hambanya. Maka si Miskin pun menggalilah tanah hendak berbuat tempatnya tiga beranak itu. Maka digalinyalah tanah itu hendak mendirikan tiang teratak itu.
Maka tergalilah kepada sebuah telaju yang besar berisi emas terlalu banyak. Maka istrinya pun datanglah melihat akan emas itu. Seraya berkata kepada suaminya, “Adapun akan emas ini sampai kepada anak cucu kita sekalipun tiada habis dibuat belanja.”
Ia menjadi kaya dan menempah barang-barang keperluannyakendi, lampit, utar-utar, pelana kuda, keris, dan sebagainya.
Sekembalinya dari menempah barang-barang itu dia mandi berlimau, menimang anaknya dan berseru, “Jikalau sungguhsungguh anak dewa-dewa hendak menerangkan muka ayahanda ini, jadiIah negeri di dalam hutan ini sebuah negeri yang lengkap dengan kota, parit dan istananya serta dengan menteri, hulubalang, rakyat sekalian dan segala raja-raja di bawah baginda, betapa adat segala raja-raja yang besar!”
Kabul permintaan itu dan si Miskin menjadi raja bertukar nama Maharaja Indera Angkasa dan istrinya bertukar nama Ratna Dewi dan negeri itu dinamakan Puspa Sari.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 10 Halaman 39 Kurikulum Merdeka