Sonora.ID - Kata "jumawa" mungkin terdengar tidak asing bagi sebagian orang, tetapi maknanya yang mendalam sering kali luput dari perhatian.
Secara umum, arti jumawa ini merujuk pada sikap sombong, angkuh, atau merasa diri lebih unggul daripada orang lain.
Sebagian besar orang menyebut jemawa adalah jumawa. Sebenarnya jumawa adalah kata tidak baku. kata bakunya adalah jemawa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jemawa diartikan sebagai angkuh, congkak, dan suka mencampuri urusan orang lain.
Dalam bahasa Indonesia, kata ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang terlalu percaya diri hingga melampaui batas, cenderung meremehkan orang lain, dan memandang rendah kemampuan atau pencapaian mereka.
Baca Juga: Arti 'Sold Out' Simak Pengertian dan Relevansinya di Dunia Bisnis
Ciri-ciri jumawa
Seseorang yang bersikap jumawa biasanya menunjukkan perilaku yang tidak ramah, tidak menghargai pendapat orang lain, dan sering kali merasa bahwa dirinya tidak pernah salah, selalu ingin dipuji, egois, dan tidak bersimpati.
Ini bisa menjadi bentuk pertahanan diri, tetapi dalam konteks sosial, sikap ini dianggap negatif karena menunjukkan kurangnya kerendahan hati.
Contoh sikap jumawa
Ada beberapa contoh yang bisa menggambarkan sikap jumawa. Misalnya, seorang atasan yang selalu meremehkan kontribusi karyawan di bawahnya, atau seorang selebriti yang merasa dirinya paling berbakat dibandingkan orang lain.
Dalam dunia olahraga, kita mungkin pernah melihat atlet yang terlalu percaya diri dengan kemampuannya dan meremehkan lawan, namun justru kalah dalam pertandingan.
Sikap ini, pada akhirnya, tidak hanya merugikan hubungan sosial seseorang, tetapi juga dapat berdampak buruk pada pencapaian pribadinya.
Dampak jumawa
Selalu Merasa Tidak Cukup dalam Hidup
Seseorang yang memiliki sikap jumawa akan terus merasa kurang dalam hidupnya. Mereka akan terus mencari pencapaian atau berusaha untuk melampaui orang lain. Segala cara mungkin akan ditempuh demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa tidak ada yang dapat menyaingi keunggulannya.
Hidup Tidak Pernah Tenang
Orang yang memiliki sikap jumawa mungkin akan mengalami ketidaktenangan dalam menjalani hidup. Mereka selalu mencari sesuatu yang dapat memuaskan dirinya. Karena itu, setiap hari mereka akan merasa tidak tenang dan terus mencari apa yang dianggap bisa memenuhi keinginan mereka.
Hal ini juga muncul akibat rasa iri dan keinginan untuk tidak kalah dari orang lain yang sudah tertanam dalam diri mereka. Jika merasa kalah, mereka akan terus berusaha mencari pencapaian lain untuk menyaingi orang tersebut. Mereka menjalani hidup dengan membandingkan diri sendiri dengan orang lain setiap saat.
Sulit Mendapatkan Teman
Seseorang yang jumawa biasanya kesulitan mencari teman yang memiliki frekuensi yang sama dengannya. Orang-orang di sekitarnya cenderung merasa tidak nyaman dan enggan untuk berinteraksi. Berbicara dengan orang yang bersikap jumawa sering kali membosankan dan melelahkan karena hanya mendengar kesombongan yang diutarakannya.
Baca Juga: Arti 90+6=99, Ternyata karena Laga Timnas Indonesia vs Bahrain!
Sikap jumawa sering kali berlawanan dengan sikap rendah hati. Orang yang rendah hati tetap percaya diri namun tidak merendahkan orang lain.
Mereka mengakui kelebihan diri sendiri, tetapi tetap menghargai kekuatan dan kemampuan orang lain.
Dalam budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan, sikap jumawa sering kali dipandang sebagai hal yang kurang baik karena dapat memicu perpecahan dan konflik.
Sebagai manusia, kita tentu ingin dihargai atas pencapaian dan kemampuan kita. Namun, penting untuk menjaga agar rasa percaya diri tidak berkembang menjadi kesombongan.
Dengan menghindari sikap jumawa, kita dapat membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain dan terus belajar dari pengalaman serta perspektif orang di sekitar kita.