بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
2. Khutbah Jumat Hari Santri Nasional
Jihad Santri untuk Negeri
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْٓا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah, Mengawali khutbah ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Rasulullah bersabda:
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Artinya: ”Bertakwalah kepada Allah swt di manapun engkau berada. Iringilah kejelekan itu dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapusnya (kejelekan). Dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik.” (HR. at Tirmidzi)
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Santri merupakan bagian penting dari masyarakat Indonesia. Dalam perjalanannya, santri telah lama berperan dalam memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan bangsa.
Sejatinya Jihad santri dalam perspektif historis dapat dimaknai sebagai perjuangan santri dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Pada masa penjajahan, banyak santri yang ikut serta dalam perjuangan melawan penjajah.
Mereka berjuang dengan berbagai cara, mulai dari perang gerilya, perang terbuka, hingga perang diplomasi.
Salah satu contoh perjuangan santri dalam melawan penjajah adalah peristiwa Perang Diponegoro.
Dalam perang ini, banyak santri yang ikut serta dalam pasukan Diponegoro untuk melawan Belanda.
Perjuangan santri juga terekam oleh sejarah saat sekutu ingin kembali menjajah Indonesia yang baru mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Untuk mempertahankan ini, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari mencetuskan Fatwa Resolusi Jihad yang diilhami keyakinan hubbul wathan minal iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman).
Dalam resolusi Jihad tersebut ditegaskan bahwa berjuang mengusir penjajah hukumnya fardlu ’ain (wajib pribadi) bagi setiap umat Islam dalam radius 94 kilometer dari ”tempat masoek dan kedoedoekan moesoeh” dan di luar radius itu sebagai fardlu kifayah (boleh diwakili sebagian warga saja).
Mendapatkan fatwa ini, sebagai seorang santri yang patuh pada kiai, serentak bersama warga NU di Surabaya dan sekitarnya turun bersama warga lainnya.
Para santri melawan tentara Sekutu mulai 25 Oktober 1945, berujung ribuan pejuang syahid mengorbankan nyawa mempertahankan Surabaya, yang memuncak pada perang 10 November 1945.
Sejatinya, para santri sejak awal menyadari bahwa nyawa mereka diserahkan sepenuhnya kepada Allah swtuntuk cita-cita mulia menyelamatkan negara.
Selain itu, para santri juga berperan penting dalam perumusan dasar negara Indonesia.
Banyak tokoh santri yang terlibat dalam perumusan Pancasila, UUD 1945, dan pembentukan konstitusi Indonesia.
Dengan demikian, kiprah santri di masa lalu begitu besar dalam membentuk Indonesia merdeka dan berdaulat.
Kemudian pertanyaannya, bagaimana jihad santri dalam perspektif kontekstual dalam membangun kejayaan negeri?
Sejatinya, jihad santri hari sampai hari ini tidak pernah mati ataupun tertutup.
Pada masa kini, santri memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa. Santri dapat menjadi agen perubahan yang membawa kemajuan bagi negeri.
Santri dapat berperan aktif melalui jihad dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, dan industri.
Jihad adalah upaya untuk mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: 3 Khutbah Jumat Bulan Rabiul Akhir Berbagai Tema, Menyentuh Hati
Jihad tidak hanya terbatas pada perjuangan fisik, tetapi juga mencakup perjuangan non-fisik, seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Sejatinya, jihad di masa kini menghadapi tantangan yang lebih besar, seperti kemiskinan, kebodohan, dan penindasan.
Jihad di bidang-bidang ini adalah cara untuk memperbaiki kondisi umat Islam dan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Allah dalam Q.S Al-Ankabut, ayat 8-9 menyebutkan bahwa makna jihad tidak hanya sebatas berperang dan angkat senjata, lebih dari itu jihad adalah berbuat baik dan berperang melawan diri sendiri.
Allah berfirman:
وَمَنْ جَاهَدَ فَاِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهٖ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَحْسَنَ الَّذِيْ كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ.
Artinya: “Dan barangsiapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sungguh, Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, pasti akan Kami hapus kesalahan-kesalahannya dan mereka pasti akan Kami beri balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.”
Menurut Profesor M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (2017), menjelaskan makna jihad yang dimaksud dalam ayat ini bukan dengan mengangkat senjata.
Pasalnya ayat ini turun pada periode Makkah—sebelum Nabi Muhammad hijrah—, dan izin atau perintah untuk berperang dan mengangkat senjata baru diizinkan setelah nabi hijrah (periode Madinah).
Ayat ini lebih menekankan perintah atau mendorong untuk beramal saleh. Maka, Allah menegaskan, barang siapa berjihad, yakni mencurahkan kemampuannya untuk melaksanakan amal saleh hingga ia bagaikan berlomba dalam kebajikan, maka sesungguhnya manfaat dan kebaikan jihadnya untuk diri sendiri.
Dengan demikian, jihad era modern ini, tidak sebatas peperangan. Untuk itu, santri dapat berjihad untuk negeri dengan berbagai cara, seperti meningkatkan kualitas pendidikan.
Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai menjadi guru atau dosen guna mencetak generasi muda yang berilmu dan berakhlak mulia.
Selanjutnya, jihad santri era modern juga bisa dilakukan dengan memberdayakan ekonomi umat.
Sejatinya, memberdayakan ekonomi umat merupakan bentuk jihad santri untuk meningkatkan kesejahteraan umat Islam.
Santri dapat mengembangkan usaha ekonomi produktif, baik secara individu maupun kelompok.
Usaha ini dapat berupa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), koperasi, atau usaha lainnya seperti menyediakan pelatihan dan pendampingan usaha kepada masyarakat, terutama masyarakat yang kurang beruntung.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan masyarakat dalam berwirausaha.
Lebih dari itu, bentuk jihad santri era modern adalah kampanye lingkungan hijau.
Sejatinya, kampanye lingkungan hijau merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan.
Kampanye ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti sosialisasi, edukasi, dan aksi nyata. Sejatinya, santri memiliki peran penting dalam kampanye lingkungan hijau.
Mereka dapat menjadi agen perubahan yang menyebarkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan terakhir, perjuangan ini tidak hanya dilakukan di masa lalu, tetapi juga di masa kini.
Santri memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa dan dapat berkontribusi dalam berbagai bidang.
Selamat Hari Santri. Jihad Santri, Jayakan Negeri.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.!
3. Khutbah Jumat Hari Santri Nasional
Syukur, Cinta Tanah Air, dan Hari Santri
اَلْحَمْدُ للهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاه. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَانَبِيّ بعدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,
Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita bersama memperkuat dan meningkatkan komitmen ketakwaan kita pada Allah swt dengan terus menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh-Nya.
Kita harus menyadari bahwa kita adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah di muka bumi ini dengan misi utama untuk beribadah dan menyembah Allah SWT. Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Ad-Dzariyath ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
Kepatuhan untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan yang sudah ditentukan oleh Allah SWT ini menjadi barometer suksesnya kita mengemban misi utama dari Allah.
Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Allah, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya, menerima apa yang telah ditakdirkannya, menerima atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Allah tentukan untuknya.
Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena ke semuanya adalah dengan kehendak Allah SWT.
Selain komitmen ketakwaan, marilah kita juga senantiasa memanjatkan rasa syukur pada Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat yang tak bisa dihitung satu-persatu dalam kehidupan kita ini.
Mudah-mudahan nikmat yang senantiasa kita syukuri ini akan terus ditambah oleh Allah SWT yang Maha Pemurah dan Penyayang.
Jangan sampai kita menjadi insan yang kufur atas nikmat Allah sehingga kita akan mendapatkan azab yang besar sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran Surat Ibrahim ayat 7:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,
Beribadah dan bersyukur menjadi keniscayaan untuk terus dipertahankan dan diperkuat dalam kehidupan kita di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bagaimana tidak? Saat ini bisa kita rasakan sendiri bahwa kita dan seluruh umat beragama di Indonesia bisa beribadah dengan tenang dan nyaman tanpa gangguan dan larangan.
Tidak seperti di negara yang penuh dengan konflik dan peperangan. Mereka harus beribadah dalam kecemasan dan rasa was-was karena desingan peluru dan bom yang terus mengancam keselamatan hidup mereka.
Kita sudah menikmati karunia Allah yang luar biasa ini berupa kemerdekaan melalui washilah para pejuang yang telah berkorban jiwa dan raga.
Sehingga, sudah menjadi kewajiban kita untuk senantiasa bersyukur kepada Allah dalam wujud menjaga kedamaian dan ketenangan dalam suasana kemerdekaan ini.
Terlebih beberapa waktu lalu, tanggal 22 Oktober 2023 kita memperingati Hari Santri, kita harus mengingat perjuangan para ulama, kiai, dan santri yang memiliki kontribusi besar dalam kemerdekaan Indonesia.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,
Penetapan Hari Santri yang kita peringati hari ini adalah merupakan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015 pada 15 Oktober 2015.
Hari Santri merupakan supremasi perjuangan para santri dan ulama pesantren dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Saat itu, NICA (Netherlands Indies Civil Administration) membonceng tentara Sekutu (Inggris) hendak kembali menduduki Indonesia dalam Agresi Militer Belanda II pasca kekalahan Jepang oleh Sekutu setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.
Hal ini menunjukkan bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 bukanlah akhir perjuangan.
Justru perjuangan makin tidak mudah ketika bangsa Indonesia harus menegakkan kemerdekaan karena upaya kolonialisme masih tetap ada.
Ulama pesantren sudah melakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi perang senjata saat Jepang menyerah kepada Sekutu.
Benar saja, setelah Proklamasi Kemerdekaan, terjadi Agresi Militer Belanda kedua yang puncaknya adalah berupa pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945 yang kita peringati sebagai Hari Pahlawan.
Peperangan melawan agresi militer ini tidak terlepas dari pencetusan Fatwa Resolusi Jihad NU oleh KH Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945.
Resolusi Jihad ini menggerakkan seluruh elemen bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan dari Agresi Militer Belanda ini.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,
Dari sejarah ini, kita juga bisa mengambil hikmah bahwa agama dan nasionalisme bisa saling memperkuat dalam membangun bangsa dan negara. Dua unsur ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Agama Islam memerlukan tanah air sebagai lahan dakwah dan menyebarkan agama, sedangkan tanah air memerlukan siraman-siraman nilai-nilai agama agar tidak tandus dan kering.
Agama tanpa nasionalisme akan menjadi ekstrem. Sedangkan nasionalisme tanpa agama akan kering. Ulama menegaskan:
حُبُّ الْوَطَن مِنَ اْلِايْمَان
Artinya: "Nasionalisme adalah sebagian dari iman."
Kemudian di era kemerdekaan saat ini, perjuangan yang harus kita lakukan tentu berbeda dengan saat merebut kemerdekaan.
Saat ini, cinta tanah air dapat diwujudkan melalui belajar tekun, menjaga lingkungan, saling menghormati dan menghargai sesama meskipun berbeda keyakinan.
Kita juga bisa mengisi kemerdekaan dengan belajar agama kepada kiai atau ulama secara mendalam, dan berusaha agar keberadaanya mendatangkan manfaat untuk masyarakat, bangsa, dan negara.
Terkait cinta tanah air, Allah SWT berfirman Al-Qur'an Surat an-Nisa' ayat 66:
وَلَوْ اَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ اَنِ اقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ اَوِ اخْرُجُوْا مِنْ دِيَارِكُمْ مَّا فَعَلُوْهُ اِلَّا قَلِيْلٌ مِّنْهُمْ ۗوَلَوْ اَنَّهُمْ فَعَلُوْا مَا يُوْعَظُوْنَ بِهٖ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَشَدَّ تَثْبِيْتًاۙ
Artinya:"Dan sekalipun telah Kami perintahkan kepada mereka, "Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampung halamanmu," ternyata mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sekiranya mereka benar-benar melaksanakan perintah yang diberikan, niscaya itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)."
Dalam Tafsir al-Kabir, al-Imam Fakhruddin ar-Razi menyebutkan bahwa Allah menjadikan meninggalkan kampung halaman setara dengan bunuh diri.
Hal ini menegaskan bahwa meninggalkan tanah air bagi orang-orang yang berakal adalah perkara yang sangat sulit dan berat, sama sebagaimana sakitnya bunuh diri.
Jadi, cinta tanah air merupakan fitrah yang terhunjam sangat dalam pada jiwa manusia.
Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas tentang kisah yang menunjukkan kecintaan Rasulullah pada kota Madinah dan menjadi dasar disyariatkannya cinta pada tanah air.
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا
Artinya: "Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi SAW ketika kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding Madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkanya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah". (HR. Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi)
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,
Demikianlah beberapa hal yang patut menjadi renungan kita bersama untuk senantiasa meningkatkan rasa syukur dan memperkuat kecintaan kita pada tanah air di momen Hari Santri 2023.
Semoga NKRI selalu dalam ridho dan lindungan Allah SWT sehingga kita bisa menjalankan misi utama ibadah kita kepada Allah dengan khusyuk dan penuh ketenangan dalam suasana kemerdekaan. Mari jaga kedamaian ini.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: 3 Khutbah Jumat Terbaru Singkat Padat dan Bermakna! Menyentuh Hati