Banjarbaru, Sonora.ID – Pada musim kemarau tahun 2024, Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Kalimantan Selatan (Kalsel) dinilai dapat tertangani dengan baik.
Hal itu dibuktikan dengan tidak adanya gangguan aktivitas masyarakat akibat kabut asap, terutama di sekitar ring 1 Bandara Syamsudin Noor.
Penilaian itu disampaikan Danlanud Sjamsudin Noor, Kolonel Pnb Sri Raharjo, usai Rapat Koordinasi Terbatas Satgas Udara Karhutla, di Lanud Sjamsudin Noor, pada Kamis (17/10) sore.
Menurut Danlanud, meski relatif tertangani dengan baik, upaya pemadaman titik api yang masih bermunculan terkendala oleh minimnya armada Helikopter Water Boombing.
Sehingga, tidak semua titik api menjadi prioritas untuk dipadamkan, dan penanganannya diserahkan kepada tim Satgas darat.
Baca Juga: Terkait OTT, Tiga Proyek Pembangunan di Kalsel Dihentikan Sementara
“Kita hanya ada dua armada water boombing, sehari bisa terbang 4 jam dan itu pun hanya mampu menangani 3 sampai 4 titik api,” ujar Sri Raharjo.
Selain keterbatasan armada, titik api yang tersebar di hampir seluruh wilayah Kalsel, juga menjadi kendala Satgas Udara dalam melakukan pemadaman.
“Titik api ini kan tidak hanya di satu lokasi, jadi harus ada yang diprioritaskan,” sambungnya.
Di sisi lain, Danlanud meminta keterlibatan semua pihak dalam mengedukasi kepada masyarakat, agar tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara dibakar.
“Menurut analisis saya ada faktor kesengajaan, karena menjelang musim hujan pembakaran lahan dianggap baik untuk pertanian,” bebernya.
Senada dengan Danlanud, Kepala Dinas Operasi (Kadisops) Lanud Sjamsudin Noor, Letkol Lek Dody menyebut bahwa upaya penanganan Karhutla di Kalsel masih harus berlanjut, dan armada water boombing harus ditambah.
Menurut Dody, Satgas Udara harus harus terus disiagakan, karena titik api terus bermunculan setiap hari.
Seperti pada 17 Oktober 2024, setidaknya ada 5 titik api muncuk di kalsel yang memerlukan keterlibatan Satgas Udara dalam pemadaman.
Dalam mengatasi keterbatasan armada water boombing, lanjut Dody, upaya pemadaman titik api diprioritaskan di sekitar ring 1 Bandara Syamsudin Noor.
Apabila sudah teratasi, baru lah armada water boombing diarahkan ke titik jauh yang tidak mampu diatasi satgas darat.
Penetapan skala prioritas itu harus dilakukan, untuk mengantisipasi adanya gangguan penerbangan di bandara Syamsudin Noor, seperti yang terjadi pada tahun lalu.
“Kami harap Satgas Udara terus disiagakan dan armada water boobing ditambah. Sesuai arahan pimpinan yang utama ring 1 bandara,” terang Dody.
Baca Juga: Gubernur Tak Ada, Pengesahan APBD Perubahan 2024 Kalsel Harus Ditunda
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kalsel, Bambang Dedi Mulyadi menyebut adanya opsi penambahan armada water boombing untuk mengatasi titik api di Kalsel.
“Sangat dimungkinkan adanya usulan penambahan heli water boombing, kita koordinasikan terus bersama pihak terkait,” sebut Bambang.
Bambang menjelaskan, karena titi api yang masih bermunculan, pihaknya juga mempertimbangkan perpanjangan status siaga darurat Karhutla dan kekeringan di Kalsel.
“Apakah perlu diperpanjang atau cukup sampai 31 Oktober aja,” jelas Bambang.
Ia menilai, sangat riskan jika status siaga darurat Karhutla dan kekeringan diturunkan, karena masih adanya potensi titik api bermunculan.
“Sesuai prediksi BMKG kan di bulan Oktober ini sudah musim hujan, tapi agak riskan juga karena titik api masih bermunculan,” pungkasnya.