Sonora.ID - Petuah merupakan sebuah nasihat yang biasanya berisikan norma sosial dan agama yang bisa di jadikan sebagai pedoman untuk melaksanakan hal-hal baik selama kehiduan bermasyarakat.
Petuah bisa jadi disampaikana dalam bentuk Amanah atau beberapa pribahasa. Umumnya memiliki makna yang menyentuh.
Peribahasa sendiri merupakan sebuah sarat yang kental akan makna. Peribahasa sendiri bisa disajikan menjadi beberapa Bahasa tergantung dari mana berasal.
Salah satu kawasan yang banyak memiliki petuah atau peribahasa adalah suku Jawa.
Peribahasa Jawa umumnya dimuat dalam sebuah buku pepak. Peribasa jawa kerap disebuah sebagai paribasan Bebasan Saloka.
Yang mana hal ini kerap kali ditanamkan pada anak-anak suku jawa sedari kecil bahkan dipelajari pada bangku sekolah.
Baca Juga: 10 Contoh Peribahasa Bahasa Indonesia Berawalan 'H' dan Maknanya
1. Becik Ketitik Ala Ketara
Salah satu nasehat, petuah atau peribahsa yang terkenal di tanah Jawa adalah Becik Ketitik ala Ketara.
Artinya "Becik Utawa ala bakal ketara dhewe ing tembe burine". Perbuatan baik ataupun perbuatan jahat lama kelamaan juga akan terlihat.
Jadi, senantiasa berbuatlah baik, karena kebaikan akan kembali pada diri kita sendiri.
Desa Mawa Cara, Negara Mawa Tata
Yang mana memiliki kepanjangan Saben Panggonan duwe cara dhewe-dhewe.
Jika diartikan didalam Bahasa Indonesia memiliki makna tiap tempat memiliki caranya masing-masing.
Jadi alangkah baiknya bersikap sebagaimana tempat yang tengah Anda duduki saat ini.
Baca Juga: 20 Contoh Peribahasa Bahasa Indonesia Berawalan 'T' dengan Maknanya
Jer Basuki Mawa Beya
Yang mana juga dikenal sebagai Kabeh gegayuhan mbutuhke wragad. Dimana sebuah keinginan membutuhkan biaya. Dimana Anda hidup memerlukan biaya untuk mewujudkan segala keinginan diri.
Namun yang perlu digaris bawahi adalah uang memang bukan segalanya namun segalanya membutuhkan uang.
Rawe-Rawe Rantas, Malang-Malang Putung
Pepatah ini didalam Bahasa Jawa dijabarkan sebagai Kabeh Kang ngalang-alangi disingkirke.
Dimana segala hal yang menghalangi akan disingkirkan. Peribahasa ini diwakili dalam hal kebaikan maupun keburukan.
Tekek Mati Ing Ulone
Yang mana dijabarkan sebagai Nemahi cilaka amarga saka guneme dhewe. Diartikan sebagai celaka yang disebabkan lantaran ucapannya sendiri.
Kemudian berhati-hati dalam berucap, bisa saja apa yang dikatakan akan menjadi boomerang untuk diri sendiri.
Baca Juga: 25 Contoh Peribahasa Bahasa Indonesia Berawalan 'U' dan Maknanya