Sonora.ID - Simak beberapa contoh khutbah Jumat Jumadil Awal yang bisa dijadikan referensi.
Umat Islam telah memasuki bulan Jumadil Awal 1446 Hijriyah.
Di hari Jumat, umat Islam khususnya yang laki-laki akan menjalankan ibadah sholat Jumat.
Salah satu hal yang selalu ada saat sholat Jumat adalah khutbah.
Karena bertepatan dengan bulan Jumadil Awal, berikut adalah beberapa referensi khutbah yang bisa dipilih.
Baca Juga: 5 Rukun Khutbah Jumat dalam Islam
Khutbah I
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Jamaah Jumát Rahimakumullah
Siang ini kita menikmati kurnia yang demikian agung sehingga dapat menjalankan salah satu kewajiban yakni melaksanakan shalat Jumat berjamaah. Dengan demikian, tidak ada pilihan kecuali bagaimana besarnya nikmat Allah SWT tersebut kita syukuri dengan cara meningkatkan takwallah. Yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang.
Hadirin yang Mulia
Pada suatu kesempatan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya kepada para sahabat apakah mereka tahu yang disebut orang bangkrut. Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘Anh sebagai berikut:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟
Artinya: Sesungguhnya Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya: Tahukah kalian siapakah yang dinamakan orang bangkrut?
قَالُوْا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ
Artinya: Mereka (para sahabat) menjawab: Orang bangkrut menurut pendapat kami ialah mereka yang tidak mempunyai uang dan tidak pula mempunyai harta benda.
Jawaban seperti itu ternyata bukan sebagaimana yang dimaksudkan Rasulullah. Nabi Muhammad tidak bertanya tentang ekonomi, melainkan ingin mengajak para sahabat mengetahui bahwa kebangkrutan bisa terjadi dalam bidang agama. Jadi di dalam agama juga ada perhitungan matematis terkait pahala dan dosa, seperti penambahan dan pengurangan di antara sesama manusia. Hal ini terjadi pada saat semua manusia berada di Padang Makhsyar untuk menjalani hisab yang akan menentukan apakah seseorang akan masuk surga atau neraka.
Jamaah Jumát Hafidhakumullâh
Dengan perhitungan seperti itu, dapat diketahui apakah seseorang akan termasuk orang beruntung atau justru orang bangkrut di akherat kelak. Adapaun yang dimaksud bangkrut dalam agama adalah sebagaimana penjelasan Rasulullah dalam lanjutan hadits berikut:
Selengkapnya dapat dilihat di sini
اَلْحَمْدُ للهِ بِذِكْرِهِ تَطْمَئِنُّ القُلُوْبُ وَبِفَضْلِهِ تُغْفَرُ الذُّنُوْبُ, اَشْهَدُ اَنْ لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ الْخَالِقُ الْمَعْبُوْدُ, وَ أشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ الصَارِفُ الْمَوْعُوْدُ, فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ, وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أهْلِ التَّقْوَى وَالْمَعْرِفَةِ. وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْساَنٍ إلىَ يَوْمِ الْمَبْعُوْثِ. أمَّا بَعدُ. فَيَا أيُّهاَ النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إلاَّ وَ أنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Hadirin - jamaah Jum'at Rahimakumullah
Pada khutbah kali ini, kami mengajak para jamaah Jum'at sekalian, untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, Taqwa dengan sebenar-benar taqwa. Yakni marilah kita senantiasa menjalankan segala perintah-perintah Allah, dan menjauhi segala apa yang menjadi larangan-Nya.
Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Pada dasarnya tak satu pun agama di dunia ini yang memberikan toleransi terhadap kekerasan, baik terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Bukan semata-mata ajaran agama itu yang melarang, melainkan karena kekerasan bertentangan dengan fitrah manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Kekerasan akan menghancurkan manusia dan peradabannya yang telah dibangun sejak permulaan manusia itu ada. Manusia dan peradabannya selalu mendambakan terbangunnya perdamaian dan kedamaian sejati, bukan perdamaian yang dibuat-buat (semu) karena berbagai motif yang terselubung dan tidak bertanggung jawab. Perdamaian yang diharapkan adalah perdamaian yang didasarkan cinta kasih sesama sebagai makhluk Tuhan, yang mempunyai beban dan tanggung jawab sama di muka bumi, yaitu mewujudkan perdamaian itu sendiri.
Karena peradaban manusia selalu diwarnai pertentangan dan kepentingan, maka Tuhan memberi petunjuk berupa agama untuk membimbing manusia kepada jalan yang benar atau jalan perdamaian. Peradaban dan budaya yang tidak dibimbing oleh agama akan membawa sengsara dan pertentangan. Ini terbukti dengan semakin hilangnya nilai-nilai kemanusiaan dan kebersamaan akibat modernisasi yang tidak dibarengi dengan peneguhan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Sikap kebersamaan dan gotong-royong telah diganti dengan sikap individualistis, sikap saling tolong-menolong dan membantu berubah menjadi saling bermusuhan (antagonistik), serta spiritualitas murni digantikan dengan spiritualitas semu yang serba formalis. Inilah yang membawa manusia kepada kekacauan dan ketidakstabilan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hadirin - jamaah Jum'at Rahimakumullah
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk mewujudkan perdamaian di dunia ini. Bahkan, perdamaian itu merupakan sebagian dari pokok keberagamaan umat.
Iman sebagai inti dari agama mengandung tiga pengertian, yakni :
Selengkapnya dapat disimak di sini
Khutbah Pertama :
الحمد لله القائل في محكم تنزيله : وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا (البقرة 275 : أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلىَ اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ)
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ﴾﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً﴾
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً﴾؛ أَمَّا بَعْدُ فإن أصدق الحديث كتاب الله و أحسن الهدى هدى محمد و شر الأمور محدثاتها و كل محدثة بدعة و كل بدعة ضلالة و كل ضلالة في النار
Kaum muslimin, rahimakumullah.
Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepadaNya, takwa adalah sebaik-baik bekal bagi kita dalam mengarungi kehidupan dunia dan akhirat kita. Allah ta’ala memerintahkan kita agar kita berbekal diri dengannya,
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah : 197)
Kaum muslimin, rahimakumullah.
Di antara wujud nyata ketakwaan kita kepada Allah ta’ala adalah kita menjauhkan diri dari perkara-perkara yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala di dalam kitabNya dengan suka rela, baik kita mengetahui hikmah dibalik larangan tersebut maupun tidak.
Kaum muslimin, rahimakumullah.
Ketahuilah, bahwa “riba” adalah salah satu di antara sekian banyak perkara yang diharamkan oleh Allah azza wajalla di dalam kitabNya. Dia subhanahu wata’ala berfirman,
وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah : 275)
Kaum muslimin, rahimakumullah.
Di antara alasan kuat lagi tegas akan keharaman riba, yaitu :
Pertama, pemakan riba akan dihinakan dihadapan seluruh makhluk, yaitu ketika ia dibangkitkan dari kuburnya, ia dibangkitkan dalam keadaaan yang amat hina, ia dibangkitkan bagaikan orang kesurupan lagi gila.
Selengkapnya dapat disimak di sini
Demikian ulasan tentang khutbah Jumat Jumadil Awal 1446 H selengkapnya. Semoga bermanfaat.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News