Sonora.ID – Berikut beberapa kumpulan teks khutbah Jumat tentang memilih pemimpin, singkat dan menyentuh hati yang dapat dijadikan referensi bagi yang membutuhkan.
Seperti diketahui, sebentar lagi masyarakat Indonesia akan kembali memilih pemimpin untuk kepala daerah di Pilkada 2024.
Jadwal pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2024 sendiri telah diatur dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 2 Tahun 2024 tentang Tahapan dan Jadwal Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2024.
Sesuai dengan peraturan tersebut, pemungutan suara Pilkada Serentak 2024 akan dilaksanakan pada Rabu, 27 November 2024.
Maka dari itu, tema khutbah Jumat memilih pemimpin akan sangat cocok dibawakan khatib saat sholat Jumat.
Baca Juga: 3 Khutbah Jumat Bulan Jumadil Awal, Singkat Namun Menyentuh Hati
Tujuannya agar umat Islam tidak sembarang memilih seorang pemimpin. Sebab ada beberapa beberapa kriteria pemimpin ideal dalam Islam yang penting untuk diketahui.
Di dalam Islam, contoh pemimpin yang baik adalah Rasulullah SAW. Beliau memiliki sifat yang ideal sebagai pemimpin, yaitu jujur (siddiq), dapat dipercaya (amanah), dan cerdas (fathanah).
1. Khutbah Jumat Memilih Pemimpin
Kepemimpinan dalam Islam dan Pemilihan Pemimpin
أَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَلِكِ الْحَقُّ الْمُبِيْنَ الَّذِى حَبَنَا بِاْلإِيْمَانِ وَاْليَقِيْنِ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَلَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ خَاتَمِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ الله أُوصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.وَقَالَ تَعَالَى:اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْٓ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ
Segala puji bagi Allah, yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap isinya.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada utusan-Nya, Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, seorang pemimpin yang agung dalam sejarah umat manusia, yang membawa cahaya petunjuk kepada seluruh alam.
Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah,
Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita bersama-sama menggali hikmah dan pelajaran dari kepemimpinan dalam Islam.
Kepemimpinan, sesungguhnya, adalah bagian integral dari kehidupan manusia. Namun, dalam Islam, kepemimpinan bukanlah semata-mata kekuasaan, tetapi sebuah amanah yang besar.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al-Quran:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
"Dan Kami menjadikan di antara mereka pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar dan yakin akan ayat-ayat Kami." (QS. As-Sajdah: 24)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah contoh teladan terbaik dalam kepemimpinan. Beliau tidak hanya menjadi pemimpin bagi umatnya, tetapi juga seorang panutan dalam segala aspek kehidupan.
Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah,
Pemilihan pemimpin merupakan salah satu tindakan penting dalam sebuah masyarakat. Dalam Islam, pemilihan pemimpin bukanlah perkara yang dianggap sepele. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menunjukkan kepada kita betapa pentingnya proses pemilihan pemimpin yang adil dan berkompeten.
Saat beliau wafat, umat Islam dihadapkan pada tugas penting untuk memilih pemimpin yang akan menjadi penggantinya, Amirul Mukminin. Proses pemilihan ini tidaklah sembarangan, tetapi melibatkan konsultasi, musyawarah, dan kehati-hatian.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri telah menegaskan bahwa pemimpin harus dipilih dari kalangan yang terbaik di antara umat. Ini menunjukkan betapa pentingnya kualitas kepemimpinan dalam menegakkan keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian dalam masyarakat.
Rasulullah saw menyebut bahwa seorang pemimpin adalah pelayan yang harus melayani kebutuhan masyarakat terekam dalam sebuah hadits berikut,
أَنَّ أَبَا مَرْيَمَ الأَزْدِىَّ أَخْبَرَهُ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى مُعَاوِيَةَ فَقَالَ مَا أَنْعَمَنَا بِكَ أَبَا فُلاَنٍ. وَهِىَ كَلِمَةٌ تَقُولُهَا الْعَرَبُ فَقُلْتُ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ أُخْبِرُكَ بِهِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ مَنْ وَلاَّهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَاحْتَجَبَ دُونَ حَاجَتِهِمْ وَخَلَّتِهِمْ وَفَقْرِهِمُ احْتَجَبَ اللَّهُ عَنْهُ دُونَ حَاجَتِهِ وَخَلَّتِهِ وَفَقْرِهِ .قَالَ فَجَعَلَ رَجُلاً عَلَى حَوَائِجِ النَّاسِ.
Artinya: “Bahwasanya Abu Maryam al-Azdi telah mengabarkan kepadanya, ia berkata: aku menemui Mu’awiyah, kemudian ia berkata: kenikmatan apakah yang diberikan kepada kami melaluimu wahai Abu Fulan? Hal itu merupakan perkataan yang biasa diucapkan orang-orang Arab, kemudian aku katakan sebuah hadits yang aku dengar, aku akan mengabarkan kepadamu, aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda: barangsiapa yang Allah ‘Azza wa Jalla serahkan kepadanya sebagian urusan orang Muslim kemudian ia menutup diri dari melayani kebutuhan mereka dan keperluan mereka, maka Allah akan menutup diri darinya dan tidak melayani kebutuhannya serta keperluannnya.” Abu Maryam berkata: kemudian Mu’awiyah menjadikan seseorang untuk mengurusi kebutuhan-kebutuhan manusia.”
Hadirin yang dirahmati Allah,
Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk menjadi pemilih yang cerdas dan bertanggung jawab dalam memilih pemimpin. Pemilihan pemimpin bukanlah sekadar hak, tetapi juga amanah yang harus dipikul dengan sebaik-baiknya.
Seorang pemimpin yang efektif perlu menunjukkan integritas yang kuat serta memiliki keterampilan kepemimpinan dan manajemen yang kompeten.
Beberapa sifat yang dianggap penting dalam seorang pemimpin yang ideal termasuk kejujuran, keandalan, tanggung jawab, kecerdasan, kemampuan manajerial yang baik, serta kepedulian terhadap kepentingan masyarakat. Sama seperti sifat Rasulullah yaitu shidiq, tabligh, amanah, dan fathanah.
Kita harus memilih pemimpin yang mempunyai integritas, kejujuran, dan kompetensi dalam memimpin.
Kita harus menghindari memilih pemimpin berdasarkan kesetiaan pribadi, suku, atau golongan semata, tetapi berdasarkan kualifikasi dan program kerja yang jelas untuk kesejahteraan bersama.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Saat ini, negara kita akan segera menggelar Pemilihan Umum pada tanggal 14 Februari 2024. Inilah saatnya bagi kita untuk turut serta dalam proses demokrasi, untuk memilih pemimpin yang akan menjadi amanah bagi kita semua.
Terdapat beberapa 5 Surat Suara dalam Pemilu Serentak 2024. Pemilih mendapat surat suara Presiden dan Wakil Presiden, DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.
Mari kita jadikan Pemilu ini sebagai momentum untuk menunjukkan komitmen kita dalam menjaga keutuhan negara, kedamaian, dan kesejahteraan bersama. Mari kita sukseskan Pemilu dengan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan menggunakan hak pilih kita dengan bijak.
Kepemimpinan dalam Islam adalah sebuah amanah yang besar. Kita semua memiliki peran dalam menjaga tegaknya kepemimpinan yang adil dan berkeadilan.
Mari kita jadikan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai teladan dalam memilih pemimpin yang terbaik bagi umat dan negara kita.
Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَ لَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ العَظِيْمِ وَ نَفَعَنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلَ اللهُ مِنّيْ وَ مِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
2. Khutbah Jumat Memilih Pemimpin
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى; يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَاٰمِنُوْا بِرَسُوْلِهٖ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَّحْمَتِهٖ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ نُوْرًا تَمْشُوْنَ بِهٖ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌۙ
Hadzirin jamaah Jumat yang mulia,
Pada khutbah ini, khatib akan menyampaikan materi "3 Akhlak Pemilih yang Baik dalam Islam," penting untuk membimbing kita dalam memilih pemimpin yang akan memimpin dengan integritas. Dalam hal ini, Islam memberikan panduan etika memilih calon pemimpin, yang memiliki peran besar dalam kehidupan umat.
Berdasarkan Al-Qur'an, terdapat 3 akhlak dalam Islam untuk memilih pemimpin, mendidik masyarakat untuk memilih dengan bijak.
Hadirin jamaah Jumat yang mulia,
Pertama, menjadi pemilih yang cerdas. Pemilih cerdas memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang calon yang akan dipilihnya, bukan berdasarkan emosi atau ajakan orang lain, tetapi melalui pertimbangan rasional dan visi misi calon.
Dalam Islam, seorang Muslim harus menjadi pemilih cerdas untuk memilih pemimpin yang baik. Al-Qur'an mengajarkan untuk menggunakan akal pikiran dan merenungkan ciptaan Allah SWT.
Dalam surah al-A'raf [7] ayat 198, Allah berfirman:
وَتَرٰىهُمْ يَنْظُرُوْنَ اِلَيْكَ وَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ
Artinya: "Jika kamu menyeru mereka (berhala-berhala) untuk memberi petunjuk, mereka tidak dapat mendengarnya. Kamu mengira mereka memperhatikanmu, padahal mereka tidak melihat."
Menurut ulama tafsir, ada tiga kata yang digunakan Al-Quran untuk menunjuk pandangan mata manusia. Pertama, نظر (nazar) yang artinya melihat atau memandang.
Kedua, رءي (ru'yah) yang artinya melihat dengan mata hati. Ketiga, ابصار (bashar) yang artinya melihat dengan mata lahir.
Dalam ayat di atas, Allah menggunakan kata نظر (nazar) untuk menjelaskan kondisi manusia yang tidak mampu melihat petunjuk.
Hal ini menunjukkan bahwa penglihatan mereka terbatas pada aspek lahiriyah, sedangkan pandangan mata hati atau kepekaan terhadap petunjuk Ilahi mereka tidak miliki.
Pemilih cerdas adalah pemilih yang memiliki pemahaman dan kepekaan terhadap petunjuk Ilahi.
Mereka mampu melihat lebih dari sekadar penampilan fisik calon pemimpin. Mereka memahami nilai-nilai keagamaan, integritas, dan kompetensi calon sebagai faktor penentu.
Kedua, menjadi pemilih yang adil. Pemilih adil adalah pemilih yang memperlakukan setiap calon dengan keadilan tanpa ada kecenderungan berlebihan atau prasangka yang tidak adil.
Baca Juga: 3 Khutbah Jumat Singkat tentang Akhlak, Penuh Makna dan Menyentuh Hati
Al-Qur'an menekankan pentingnya keadilan dalam memilih pemimpin. Allah SWT berfirman dalam surah An-Nisa [4] ayat 58:
اِنَّ اللّٰهَ يَاْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوْا الْاَمٰنٰتِ اِلٰى اَهْلِهَا وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ؕ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ؕ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًا بَصِيْرًا
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pelajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
Pemilih adil menempatkan keadilan sebagai prinsip utama dalam memilih calon pemimpin.
Mereka tidak terpengaruh oleh suku, golongan, atau kepentingan pribadi. Mereka menilai calon berdasarkan kualitas dan kapabilitasnya untuk memimpin dengan adil dan bijaksana.
Ketiga, menjadi pemilih yang bertanggung jawab. Pemilih bertanggung jawab adalah pemilih yang memahami bahwa setiap pilihan yang dibuatnya memiliki konsekuensi yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat dan negara.
Dalam Islam, tanggung jawab pemilih sangat ditekankan. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 283:
وَاِنْ كُنْتُمْ عَلٰى سَفَرٍ وَّلَمْ تَجِدُوْا كَاتِبًا فَرِهَانٌ مَّقْبُوْضَةٌ
Artinya: "Dan jika kamu dalam perjalanan dan tidak mendapatkan seorang penulis, hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (sebagai ganti)."
Ayat ini menekankan pentingnya menetapkan barang tanggungan atau rukhshah (ganti rugi) ketika terjadi transaksi tanpa adanya catatan tertulis.
Prinsip ini mengajarkan bahwa setiap pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian atau tindakan harus bertanggung jawab.
Pemilih bertanggung jawab sadar bahwa hak suara mereka adalah amanah yang harus diemban dengan penuh tanggung jawab. Mereka tidak menjadikan pemilihan sebagai ajang mencari keuntungan pribadi atau sekadar mengikuti arus popularitas.
Hadirin jamaah Jumat yang mulia,
Dalam mengejawantahkan akhlak pemilih yang baik, mari kita memperhatikan dan menerapkan tiga prinsip tersebut: menjadi pemilih yang cerdas, adil, dan bertanggung jawab.
Dengan demikian, kita dapat memilih pemimpin yang dapat membawa kemaslahatan dan kemajuan bagi umat dan negara.
Semoga Allah memberikan petunjuk dan kebijaksanaan kepada kita dalam memilih pemimpin yang sesuai dengan ridha-Nya. Amin.
3. Khutbah Jumat Memilih Pemimpin
Jadilah Pemimpin yang Adil
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدىْ وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ
أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا. وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Sidang Jumat Rahimakumullah
Sangat beruntung siang ini kita diberikan nikamt yang demikian bermakan. Yakni kesehatan dan kemauan untuk melaksanakan shalat Jumat, di tengah sibuk dan godaan malas untuk berangkat ke masjid.
Percayalah bahwa hadir di masjid pada siang ini adalah di antara perwujudan takwallah. Yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang.
Pesan takwallah selalu disampaikan di awal khutbah tentunya memberikan pesan bahwa takut kepada-Nya demikian penting dalam perjalanan hidup manusia.
Tanpa takwallah, maka sebaik apapun aturan tidak akan bermakna. Oleh karena itu marilah kita terus berupaya meningkatkan kadar dan kualitas takwallah dengan sebenarnya. Yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang tekah dilarang.
Jamaah yang Berbahagia
Rasulullah SAW bersabda bahwa kelak pada hari kiamat Allah SWT akan memberikan perlindungan kepada tujuh (golongan) orang.
Salah satunya adalah seorang pemimpin yang adil sebagaimana dikisahkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abi Hurairah RA berikut ini:
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ الإِمَامُ الْعَادِلُ
Artinya: Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: Ada tujuh golongan orang yang akan mendapat perlindungan dari Allah (pada hari kiamat) di mana pada hari itu tidak ada perlindungan selain perlindungan-Nya. Salah satu dari ketujuh orang tersebut adalah pemimpin yang adil.
Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa seorang pemimpin yang adil akan dicintai oleh Allah SWT, tidak saja di dunia tetapi juga di akhirat.
Pemimpin yang adil sangat diperlukan untuk mewujudkan masyarakat yang adil, damai dan sejahtera.
Pemimpin yang adil akan lebih menjamin ketentraman dalam masyarakat dibandingkan pemimpin yang tidak adil atau dzalim.
Banyak pemimpin yang kehilangan legitimasinya dan kemudian jatuh karena ketidakadilannya.
Pemimpin yang tidak adil sudah pasti tidak disuka oleh rakyatnya sehingga berpotensi menimbulkan ketidakpatuhan sipil dan instabilitas.
Dalam kaitan itu, Allah SWT dalam surat Al-Maidah, ayat 8:
اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
Artinya: Berlakulah adil karena adil itu lebih dekat kepada ketakwaan kepada Allah.
Ayat di atas menegaskan bahwa berlaku adil sangat dekat dengan ketakwaan kepada Allah SWT.
Bukanlah orang bertakwa apabila seseorang tidak bisa bersikap adil dalam kepemimpinannya.
Padahal setiap dari kita adalah pemimpin. Oleh karena itu siapa pun dituntut berlaku adil terhadap orang-orang yang dipimpinnya.
Dalam skala kecil, seperti keluarga, suami adalah pemimpin. Sebagai pemimpin, seorang suami harus berlaku adil kepada anggota keluarganya.
Sebagai anak tertua dalam keluarga, seseorang harus adil terhadap adik-adik yang dipimpinnya.
Sebagai pemimpin dalam suatu lembaga atau wilayah tertentu seperti kota, provinsi atau negara, seseorang harus berlaku adil terhadap orang-orang yang dipimpinnya.
Salah satu contoh sikap yang bertentangan dengan prinsip keadilan adalah sikap pilih kasih. Sikap seperti ini tidak adil karena berarti bersikap diskriminatif kepada yang lain.
Islam menolak hal seperti itu sebab Islam menekankan keadilan meskipun terhadap orang yang kita benci sekalipun sebagaimana ditegaskan dalam Al Qur’an, surat Al-Maidah, ayat 8 sebagai berikut:
وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلا تَعْدِلُوا
Artinya: Janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorongmu berlaku tidak adil.
Ayat di atas sangat jelas menekankan bahwa keadilan tidak boleh pandang bulu. Tidak dibenarkan seseorang hanya berlaku adil kepada diri sendiri dan keluarga, sementara kepada orang lain bertindak tidak adil.
Dalam Islam, keadilan berlaku untuk semua tanpa memandang asal usul keturunan, suku maupun golongan.
Seperti itulah yang diterapkan Rasulullah SAW dalam menangani masalah-masalah yang terjadi dalam masyarakat, seperti ketika menengahi ketegangan antar suku yang hampir menimbulkan pertumpahan darah diantara mereka.
Waktu itu, orang-orang Quraisy di Mekah berselisih tentang suku mana yang akan meletakkan hajar aswad ke tempatnya di dekat Ka’bah setelah pindah dari tempatnya karena terbawa arus banjir.
Masing-masing suku mengklaim paling berhak mendapatkan kehormatan mengembalikan hajar aswad ke tempat semula.
Ancaman pertumpahan darah akhirnya bisa dihindarkan setelah Rasulullah SAW dipercaya menengahi persoalan di atas.
Beliau meletakkan hajar aswad di atas kain serbannya. Kemudian meminta semua pemimpin suku ikut mangangkat bersama-sama dengan memegangi kain tersebut. Cara seperti ini memungkinkan semua pihak terlibat.
Keterlibatan semua pihak ini menjadikan mereka semua rukun dan bergotong royong untuk mencapai tujuan yang sama.
Mereka semua puas dengan solusi yang ditawarkan Rasulullah SAW meski usia beliau waktu itu baru 35 tahun.
Cara mengatasi persoalan seperti itu sekarang ini dikenal dengan win-win solution, dimana tidak ada satu pihak pun di antara pihak-pihak yang berselisih merasa dikalahkan.
Sebaliknya mereka semua merasa menang meski tidak ada pihak yang mereka kalahkan.
Win-win solution adalah salah satu contoh dari Rasulullah SAW tentang bagaimana menyelesaikan suatu persoalan secara adil.
Banyak kasus di dalam masyarakat, termasuk dalam keluarga, tidak bisa terselesaikan dengan baik atau mengalami kebuntuan karena memang penyelesaiannya tidak adil dan tidak pula memenuhi rasa keadilan.
Memang keadilan hanya bisa diharapkan lahir dari para pemimpin, termasuk para hakim, yang adil.
Sidang Jumat Rahimakumullah
Rasulullah SAW sangat menekankan berlakunya prinsip keadilan di tengah-tengah masyarakat.
Beliau menunjukkan kesalahan para pemimpin di zaman Jahiliyah yang tidak menghukum orang-orang elite yang mencuri.
Tetapi apabila orang-orang rendahan atau rakyat jelata mencuri, mereka menjatuhkan hukuman.
Beliau mengecam hal itu dan menyampaikannya dalam suatu khutbah sebagaimana tertuang dalam hadits yang diriwayatkan Muslim:
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ
Artinya: Wahai sekalian manusia, sesungguhnya yang membuat rusak orang-orang sebelum kalian adalah, ketika orang-orang terpandang mencuri, mereka tidak menghukumnya, sementara jika orang-orang yg rendahan dari mereka mencuri mereka menegakkan hukuman had.
Apa yang dikecam Rasulullah SAW pada zaman jahiliyah di atas terulang kembali di zaman kita, bahkan mungkin lebih parah.
Di zaman kita sekarang, ada koruptor yang merugikan negara miliaran rupiah bebas dari hukuman karena tidak diproses sebagaimana mestinya, sementara rakyat jelata yang hanya mencuri seekor ayam atau kambing harus mendekam di penjara selama beberapa lama setelah menjalani proses hukum.
Ini pertanda buruknya kepemimpinan di bidang penegakan hukum dimana hukum lebih ditegakkan untuk kalangan bawah, dan tidak untuk kalangan atas. Keadaan seperti itu bisa meresahkan masyarakat yang berdampak pada instabilitas negara.
Imam Ibnu Taimiyah pernah mengatakan: Seorang raja atau pemimpin yang adil akan bertahan dalam kepemimpinannya meskipun dia seorang kafir.
Sedangkan raja atau pemimpin yang tidak adil atau dzalim tidak akan bertahan walau dia seorang muslim.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Dalam hubungannya dengan keluarga terkait prinsip keadilan, Rasulullah SAW pernah bersabda:
وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا
Artinya: Demi Allah yang memegang jiwa Muhammad di dalam tangan-Nya! Jika seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri pasti aku akan memotong tangannya.
Hadits di atas merupakan komitmen beliau untuk tidak pandang bulu dalam menegakkan keadilan sekalipun terhadap anak turun beliau sendiri seperti Fathimah binti Muhammad.
Beliau bersumpah akan memotong tangan Fatimah jika terbukti melakukan pencurian demi tegaknya keadilan dalam masyarakat yang beliau pimpin.
Hadirin Rahimakumullah
Menjadi pemimpin yang adil memang tidak mudah karena berat sekali tantangannya. Tantangan bisa berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya.
Justru karena itulah maka Allah SWT akan memberikan perlindungan kepada setiap pemimpin yang bisa menegakkan keadilan dengan baik kelak di hari Kiamat.
Di saat itu, tidak ada perlindungan dari siapapun kecuali perlindungan yang diberikan oleh Allah SWT.
Naskah diambil dari: Pemimpin yang Adil
Mudah-mudahan apa yang telah khatib sampaikan di atas, dapat menginspirasi kita semua bagaimana menjadi pemimpin yang adil.
Setiap orang adalah pemimpin, maka setiap orang akan dimintai pertanggung jawabannya dalam menegakkan keadilan.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ بِاْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: 3 Khutbah Jumat tentang Sumpah Pemuda, Penuh Makna dan Menyentuh Hati