Sonora.ID - Khutbah Jumat memiliki peran yang sangat penting dalam salat Jumat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ibadah tersebut.
Khutbah bukan hanya sekadar nasihat, tetapi juga merupakan sarana untuk mengingatkan umat Islam tentang nilai-nilai agama, mengedukasi mereka mengenai prinsip-prinsip kehidupan, dan memperbaharui tekad serta semangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Melalui khotbah, umat diajak untuk meningkatkan kualitas diri, memperbaiki hubungan dengan Allah, dan menjalani hidup yang lebih baik berdasarkan petunjuk-Nya.
Selain itu, khutbah Jumat menjadi momen untuk mempererat hubungan antara umat dengan sesama.
Khutbah yang disampaikan oleh khatib dapat memberikan pesan-pesan sosial yang penting, seperti pentingnya persatuan umat, toleransi antar sesama, dan kepedulian terhadap sesama, terutama dalam menghadapi tantangan-tantangan kehidupan yang semakin kompleks.
Hal ini menjadikan khutbah sebagai sarana untuk memotivasi umat agar lebih peka terhadap masalah sosial dan meningkatkan rasa kebersamaan dalam komunitas.
Dengan demikian, khutbah Jumat bukan hanya sekadar bagian formal dari ibadah, tetapi juga sebagai wahana penting untuk membangun umat yang sadar akan tanggung jawab agama dan sosialnya.
Dalam artikel ini kami sajikan paparan contoh teks khutbah Jumat 22 November 2024 mengenai Peran Guru dalam Pembangunan Ilmu, Iman dan Akhlak, dikutip dari laman Kemenag RI.
Baca Juga: Link PDF Teks Khutbah Jumat 18 Oktober 2024: Memaknai Amanah Kepemimpinan
Teks Khutbah Jumat 22 November 2024
Peran Guru dalam Pembangunan Ilmu, Iman dan Akhlak
Oleh: Prof. Dr. JM. Muslimin, M.A.
KHOTBAH PERTAMA
Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam, yang telah memberikan kita cinta dan kasih sayang-Nya, sehingga kita tidak bisa menghitung banyak dan luasnya nikmat indah yang selalu diindahkan-Nya dalam hidup kita semua.
Mari kita berselawat kepada Baginda Nabi Muḥammad saw. “Allāhumma ṣalli ‘āla Sayyidinā Muḥammad”, yang telah membawa kita dari zaman kebodohan moral menuju zaman yang penuh dengan hamparan ilmu pengetahuan seperti apa yang kita rasakan pada zaman era globalisasi sekarang ini.
Jemaah yang dirahmati Allah Yang Maha Esa,
Khusus untuk para guru, semua guru kita, yang berjasa mengantarkan pencapaian kita hari ini, juga orang tua yang telah melahirkan kita, juga guru-guru yang meluhurkan, orang tua yang melahirkan kita ke bumi, para gurulah yang menaikkan derajat kita ke langit.
Kepada mereka semua, untuk kemuliaan, kebahagiaan, di dunia dan lebih-lebih diakhirat. Āmīn.
Seseorang yang paripurna atau individu yang baik bertujuan untuk menjadi manusia yang berwawasan atau individu yang bijaksana.
Proses menjadi individu yang bijaksana melibatkan pengasahan jiwa. Ketika seseorang mencapai pencerahan-kesunyian batin, mereka dianggap sebagai guru yang dapat menyebarkan pengetahuan mereka.
Guru dalam konteks ini dihormati sebagaimana dewa dalam kepercayaan Hindu. Individu yang mencapai taraf ini disebut sebagai divanti, yang merupakan manusia yang bebas dan paripurna.
Dalam tradisi Arab, mereka disebut sebagai insān kāmil, ulūl albāb, ulūl abṣār, ulūn nuhā, atau manusia paripurna yang telah membebaskan diri dari sifat-sifat rendah.
Kemudian, perlu saya paparkan di awal khotbah ini bahwa akan ada periode kegemilangan tetapi juga disusul oleh keruntuhan dan bahaya yang mengancam.
Beberapa indikatornya termasuk sungai yang tidak lagi bersih, ulama yang tidak lagi memberikan arahan yang jelas, tokoh agama yang tidak lagi memberikan ketenangan, perubahan dalam nilai-nilai perempuan yang semakin tidak terhormat (bahkan mungkin ingin menjadi laki-laki), pasar tradisional yang tergantikan oleh pusat perbelanjaan modern, serta kemajuan transportasi seperti kereta udara (pesawat terbang) dan penggunaan kereta api yang meluas di daratan.
Ini adalah masa kejayaan yang disertai dengan potensi bahaya. Konsep ini sebenarnya telah disebutkan dalam Al-Qur‘ān.
Kisah-kisah seperti ini menggambarkan situasi di mana seseorang menunjukkan pengetahuan dan keyakinan agama, namun sebenarnya mereka telah disesatkan oleh pengetahuan dan agama itu sendiri.
Dalam konteks ini, yang salah bukanlah ilmu itu sendiri, melainkan individu yang menguasainya; mereka memiliki pengetahuan, tetapi kurang memiliki iman.
Dengan demikian, penting untuk memahami bahwa tidak semua pengetahuan akan menghasilkan keyakinan, dan tidak semua orang yang beriman memiliki perilaku yang baik. Oleh karena itu, dalam hal ini guru mengambil peran penting, di mana fondasi yang kuat harus dibangun dengan urutan yang jelas: pengetahuan diikuti oleh keyakinan, agar hati seseorang menjadi jernih, mulia, dan berakhlak baik.
Saudaraku jemaah yang dirahmati Allah
Yang Maha Cinta,
Apa sebab kejayaan/pembangunan akan diikuti pergeseran nilai-nilainya? Ada penjelasan pada Surah al-Baqarah yang cukup populer;
Manusia dimulai dari industri, industralisasi di Eropa, peradaban itu (maṡaluhum kamaṡalil lażī istauqada nā rā) mereka seperti menyalahkan api industri.
Jelas ini tafsir kontemporer. (falammā aḍāat mā haulahū) setelah api industri yang sekarang 4.0, kan industri yang pertama bercorak mekanikel, revolusi industri yang kedua bercorak elektrikel, yang ketiga berbasis komputer atau disebut dengan zaman globalization, dan yang terakhir sekarang internet of thing atau big data.
Jadi mereka membangun revolusi industri itu (falammā aḍāat māhaulahū). Ini makna kontekstualnya;setelah industri menerangi sekelilingnya, Eropa terang dengan mesin uap, Alexander Grahambell, telepon dan sebagainya.
Sesudah itu telegram ditemukan, balon udara ditemukan, kemudian disusul mobil, pesawat terbang dan lain-lain.
Maka dibikinlah mesin-mesin perang, lalu orang-orang pintar banyak yang hijrah minggat ke Amerika membuat mesin perang.
Ini bagaimana menguasai du nia. Maka falammā aḍāat mā haulahū ini dia żahaballāhu bi nūrihim, Allah mengangkat nūr.
Jadi tadi di awal maṡaluhum kamaṡalil lażī istauqada nā rā menyala kan api industri, setelah menerangi sekeliling nya żahaballāhu binūrihim, nūr-Nya, cahaya hidayah-Nya itu dicabut, akhlak itu dicabut.
Jadi jangan cuma menyalakan api saja, industri pengetahuan, pembangunan, politik dan lain-lain. Setelah itu żahaballāhu bi nūrihim, Allah mencabut nūr iman-Nya, nur ihsan-Nya kemudian wa tarakahum fi ẓulūmātin lā yubṣirūn dan meninggalkan mereka dalam kegelapan.
Tidak punya basyīrah/eye of heart, tidak punya mata hati. Itu yang terjadi. Jadi, terdapat momen kejayaan dan potensi bahaya.
Oleh karena itu guru harus berperan untuk mencari keseimbangan; seimbang antara agama dan negara, antara ilmu pengetahuan dan keyakinan.
Dengan pondasi yang kokoh, tidak akan ada penyalahgunaan ilmu pengetahuan, perilaku menyimpang, atau penyembahan terhadap ilmu pengetahuan.
Keseimbangan antara ilmu dan keyakinan akan mencegah hal-hal tersebut terjadi.
Saudaraku yang dirahmati Allah Yang Maha Sayang,
Guru memegang peran penting dan fundamental dalam pembangunan ilmu, iman, dan akhlak bagi generasi penerus bangsa.
Mereka tidak hanya sebagai pengajar yang mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga pembimbing moral dan spiritual yang menanamkan nilai-nilai luhur dalam diri anak didik.
Adapun peran guru dalam pembangunan ilmu: pertama,
Penyampaian Pengetahuan:
Guru bertanggung jawab untuk menyampaikan ilmu pengetahuan dengan cara yang mudah dipahami dan menarik bagi anak didik.
Mereka harus mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan minat belajar pada diri siswa, serta mendorong mereka untuk terus menggali ilmu dan pengetahuan baru.
Kedua,
Pengembangan Keterampilan Berpikir:
Guru tidak hanya mengajar siswa tentang fakta dan konsep, tetapi juga membantu mereka mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan kreatif.
Hal ini penting untuk mempersiapkan mereka menghadapi tantangan dan peluang di masa depan.
Ketiga,
Penanaman Semangat Belajar:
Guru harus mampu menumbuhkan semangat belajar yang tinggi pada diri siswa. Mereka harus memotivasi siswa untuk terus belajar dan mengembangkan diri, tidak hanya untuk mendapatkan nilai yang baik, tetapi juga untuk mencapai potensi diri mereka secara maksimal.
Sebagaimana disebutkan dalam Surah al-Mujādilah ayat 11:
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam
majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila
dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Kemudian peran guru dalam pembangunan iman:
Pertama,
Penanaman Nilai-Nilai Agama:
Guru memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai agama dalam diri anak didik. Mereka harus mengajarkan siswa tentang ajaran agama, moralitas, dan akhlak yang mulia.
Kedua,
Pembimbingan Spiritual:
Guru dapat menjadi pembimbing spiritual bagi anak didik, membantu mereka untuk memahami dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga,
Pengembangan Karakter Religius:
Guru dapat membantu anak didik untuk mengembangkan karakter religius yang kuat, sehingga mereka menjadi individu yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.
Sebagaimana dibunyikan dalam Surah Luqmān ayat 17, sebagai gambaran pentingnya memberikan pendidikan iman:
“Wahai anakku, tegakkanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah
(mereka) dari yang mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan.”
Dan juga yang tidak kalah penting peran guru dalam pembangunan akhlak:
Pertama,
Penanaman Nilai-Nilai Moral:
Guru harus menanamkan nilai-nilai moral yang luhur dalam diri anak didik, seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat kepada orang lain.
Kedua,
Pembimbingan Perilaku:
Guru dapat membimbing anak didik untuk berperilaku yang baik dan terpuji dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga,
Pengembangan Kepribadian yang Mulia:
Guru dapat membantu anak didik untuk mengembangkan kepribadian yang mulia, sehingga mereka menjadi individu yang berakhlak mulia dan dihormati oleh orang lain.
Sebagaimana pada riwayat Ibnu Mājah, Rāsūlullāh saw. memerintahkan untuk memuliakan anak-anak karena anak-anak adalah anugerah sekaligus amanah dari Allah.
Rāsūlullāh juga memerintahkan kepada para orang tua untuk menanamkan etika dan norma-norma moral kepada anak-anaknya.
Telah menceritakan kepada kami (al-`Abbās bin al-Walīd ad-Dimasyqy) telah menceritakan ke-
pada kami (‘Aly bin ‘Ayyāsy) telah menceritakan kepada kami (Sa`īd bin ‘Umārah) telah mengabarkan kepadaku (al-Ḥariṡ bin an Nu`mān) saya mendengar (Anas bin Mālik) dari saw., beliau bersabda:
“Muliakanlah anak-anak kalian dan perbaikilah tingkah laku mereka.”
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan ilmu, iman, dan akhlak generasi penerus bangsa.
Mereka harus bekerja sama dengan orang tua dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan anak didik secara menyeluruh.
Dengan demikian, diharapkan anak didik dapat menjadi individu yang cerdas, beriman, dan berakhlak mulia yang mampu membangun bangsa dan negara yang maju dan sejahtera.
Saudaraku yang dirahmati Allah Yang Maha Rindu,
Maka, sebagaimana yang dinyatakan dalam Surah al-Ḥajj ayat 54, pertanyaannya adalah apakah memiliki pengetahuan saja sudah cukup? Belum, harus ada keyakinan.
Apakah itu sudah mencukupi? Belum, karena harus diwujudkan dalam perilaku yang baik.
Ketika hal itu tercapai, maka masalah akan terselesaikan. Dengan demikian, persoalan di dunia ini melibatkan banyak individu yang memiliki pengetahuan namun tidak menunjukkan akhlak yang baik, pengetahuan tanpa landasan keyakinan, dan keyakinan yang belum lengkap tanpa perilaku yang baik.
Apakah ada orang yang melakukan salat namun tetap pelit? Misalnya, telah melakukan haji 14 kali dan umrah setiap minggu, namun masih merusak tanaman tetangga, berprasangka buruk kepada tetangga, dan merasakan kebencian terhadap sesama.
Kasus semacam ini banyak terjadi karena pengetahuan yang dimiliki tidak tercermin dalam
keyakinan, keyakinan tidak tercermin dalam perilaku yang baik.
Oleh karena itu, ketiga konsep ini sangat penting. Etika ada dalam semua agama, keyakinan ada dalam semua agama.
Oleh karena itu, konsep yang harus dipahami dengan jelas adalah ilmu, iman, dan akhlak. Tidak mungkin sesuatu benar tanpa pengetahuan, kebenaran harus didasarkan pada pengetahuan (baik pengetahuan dunia maupun pengetahuan agama), kemudian keyakinannya harus benar, baru kemudian perilaku yang baik terwujud.
Terakhir, kritik saya adalah bahwa kurikulum sekolah seharusnya mencakup pengetahuan, keyakinan, dan perilaku yang baik.
Sumber perilaku yang baik bisa berasal dari mana saja, termasuk contoh dari para Nabi. Mengapa kita harus mencari pelajaran moral dari Yunani, Eropa, ketika kita bisa belajar dari Al-Qur‘ān, ḥadīṡ, dan karya-karya klasik yang ditulis oleh para ulama.
Link PDF Teks Khutbah Jumat 22 November 2024 Mengenai Peran Guru
Untuk mengunduh teks khutbah Jumat di atas, Anda bisa klik tautan di bawah ini.
Link PDF Teks Khutbah Jumat 22 November 2024 Mengenai Peran Guru
Demikianlah paparan contoh teks khutbah Jumat 22 November 2024 lengkap dengan link PDF untuk menguduhnya.
Baca Juga: Link PDF Teks Khutbah Jumat 11 Oktober 2024 yang Singkat dan Lengkap
Baca artikel dan berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.