Oleh Odemus Bei Witono,SJ
Direktur Perkumpulan Strada, dan Pemerhati Pendidikan
Judi online nampak jelas, kian menjadi ancaman besar di era digital. Dengan akses mudah dan tanpa batasan usia, fenomena demikian dapat merusak banyak sendi kehidupan, termasuk pendidikan. Dampak buruknya tidak hanya dirasakan oleh individu yang terlibat, tetapi juga oleh keluarga, masyarakat, bahkan bangsa. Berdasarkan beberapa sumber rujukan, ada lima bahaya judi online terhadap pendidikan, khususnya terkait pada aspek moralitas, peran formasi pendidikan, kekacauan nilai hidup, serta implikasi sosial secara lebih luas.
Judi online menggoda siapa pun dengan janji kekayaan instan, tetapi pada akhirnya membawa kehancuran moral. Generasi muda yang semestinya dididik agar menjunjung tinggi nilai kejujuran, kerja keras, dan tanggung jawab, justru diperkenalkan pada pola pikir pragmatis yang cenderung merusak. Ketergantungan pada judi mengakibatkan kebiasaan buruk, seperti berbohong, mencuri, atau bahkan mengorbankan hubungan dengan keluarga hanya demi memenuhi kebutuhan finansial untuk berjudi.
Menurut laporan dari National Center for Responsible Gaming, individu yang mulai berjudi pada usia muda memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah perjudian saat dewasa. Pendidikan yang semestinya membentuk karakter positif malah dirusak oleh perilaku adiktif ini, menjauhkan peserta didik dari esensi moralitas yang menjadi inti pendidikan.
Pendidikan tidak hanya soal transfer ilmu, tetapi juga pembentukan kepribadian dan moral. Judi online menyerang inti formasi para siswa dengan cara mengalihkan perhatian mereka dari proses belajar. Dengan pola pikir cepat kaya, siswa kehilangan motivasi untuk belajar, berinovasi, dan membangun masa depan melalui pendidikan formal.
Penelitian dari Journal of Gambling Studies menunjukkan bahwa individu yang terlibat dalam perjudian sering menunjukkan performa akademik buruk, tingkat drop-out tinggi, dan keterlibatan dalam aktivitas ilegal. Hal tersebut menggarisbawahi bahwa perjudian tidak sekadar aktivitas rekreasional, melainkan ancaman nyata bagi formasi pendidikan yang seharusnya mendukung masa depan generasi muda.
Judi online tidak hanya berimplikasi pada aspek pendidikan, tetapi juga nilai hidup secara keseluruhan. Dalam sistem pendidikan yang sehat, siswa diajarkan bagaimana memahami nilai kerja keras, keadilan, dan kebenaran. Namun, judi online merusak tatanan tersebut dengan menanamkan mentalitas instan.
Generasi muda yang terpapar judi online dalam praksis cenderung kehilangan orientasi hidup. Mereka memprioritaskan keuntungan jangka pendek daripada pertumbuhan pribadi berkelanjutan. Dalam jangka panjang, hal demikian akan berkontribusi pada munculnya individu-individu yang tidak mampu menghadapi tantangan hidup secara rasional, menciptakan kekacauan nilai dalam masyarakat.
Dalam skala lebih besar, dampak judi online merembet pada kehancuran bangsa. Sebuah bangsa yang sehat memerlukan individu-individu produktif, kreatif, dan bermoral. Ketika judi online menjadi epidemi sosial, stabilitas bangsa terancam.
Laporan Bank Dunia menunjukkan bahwa negara-negara dengan tingkat perjudian tinggi sering kali menghadapi masalah ekonomi signifikan, seperti penurunan produktivitas, meningkatnya angka pengangguran, dan ketimpangan sosial. Pendidikan, sebagai fondasi kemajuan bangsa, tidak mampu menjalankan perannya jika dirusak oleh maraknya judi online. Generasi muda yang semestinya menjadi tulang punggung masa depan malah terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan moral dan material.
Bahaya judi online tidak hanya ancaman bagi generasi sekarang, tetapi juga bagi generasi mendatang. Ketika pendidikan gagal membentuk karakter yang kuat, konsekuensi buruknya menular pada generasi berikutnya. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan di mana judi online menjadi bagian dari budaya, akan mengalami distorsi nilai sejak dini.
Sebagai contoh, dalam suatu penelitian di negara maju, menunjukkan bahwa anak-anak dari orang tua yang berjudi memiliki kemungkinan lebih besar mengembangkan kebiasaan buruk yang sama. Siklus tersebut menghasilkan generasi yang kehilangan pandangan akan pentingnya pendidikan, moralitas, dan kerja keras.
Solusi: peran pendidikan dan regulasi yang tegas
Untuk mengatasi masalah ini, pendidikan diharapkan mampu memainkan peran proaktif. Sekolah, keluarga, dan masyarakat perlu bekerja sama dalam menanamkan nilai-nilai yang bertentangan dengan praktik perjudian. Literasi digital juga perlu ditingkatkan agar siswa dapat mengenali dan menghindari jebakan judi online.
Selain itu, pemerintah dapat memperkuat regulasi terhadap situs judi online. Penegakan hukum yang tegas, termasuk pemblokiran situs-situs ilegal, sangat diperlukan untuk melindungi generasi muda. Regulasi ini harus diimbangi dengan kampanye edukasi yang mengedepankan bahaya judi online bagi masa depan.
Catatan Akhir
Judi online merupakan ancaman nyata yang tidak bisa diabaikan. Lima bahaya yang telah dibahas dari kehancuran moralitas hingga kerusakan bangsa menunjukkan bahwa pendidikan seharusnya dilindungi dari pengaruh buruk ini. Pendidikan yang kuat, didukung oleh regulasi yang tegas, menjadi kunci dalam membangun generasi muda bermoral, berpendidikan, dan siap menghadapi tantangan zaman.