Sonora.ID – Berikut kumpulan khutbah Jumat bulan Jumadil akhir yang singkat namun menyentuh hati.
Cocok untuk dijadikan referensi dalam membuat teks khutbah Jumat Anda sendiri
Jumadil Akhir sendiri merupakan bulan keenam dalam kalender Islam. Tahun ini, 1 Jumadil Akhir jatuh pada 3 Desember 2024 sampai 1 Januari 2025 mendatang.
Salah satu cara untuk memaknai bulan Jumadil Akhir ini yaitu melalui khutbah Jumat Jumadil Akhir.
Ada banyak tema yang bisa disampaikan khatib ketika sholat Jumat.
Nah, berikut 3 khutbah Jumat bulan Jumadil Akhir berbagai tema yang menyentuh hati, cocok untuk dijadikan referensi.
Baca Juga: 3 Khutbah Jumat tentang Memilih Pemimpin, Singkat dan Menyentuh Hati
1. Khutbah Jumat Bulan Jumadil Akhir
4 Cara Merengkuh Kebahagiaan Hidup
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَا سُبُلَ السّلَامِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الْكَريمِ
أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، ذُو الْجَلَالِ وَالْإكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ
اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِه وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الْإِخْوَانِ، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي اْلقُرْاٰنِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ، يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. وَقَالَ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمُ
Jamaah Shalat Jumat yang Berbahagia
Betapa banyak nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita, salah satunya diberikan umur panjang sehingga dapat merasakan berada di tahun 2023 ini.
Karenanya, tidak ada pilihan lain bagi kita selalin meningkatkan takwallah yakni menjalankan segala yang diperintah dan menjauhi yang dilarang.
Harapannya, setiap saat rasa takwa tersebut kian meningkat dari waktu ke waktu. Amin ya rabbal alamin.
Hadirin yang Mulia
Ada kebiasaan yang sebagian besar dilakukan setelah menjalankan shalat fardhu lima waktu, yakni kita tidak pernah meninggalkan berdoa:
رَبَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artimya: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.
Pertanyaannya, bagaimana cara menggapai hidup bahagia? Tentu kita akan menjawabnya sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 97 Allah berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Artinya: Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS An-Nahl: 97).
Imam al-Qurtubi menjelaskan di dalam kitabnya Tafsir al-Qurtubi juz 10 halaman 174 bahwa terdapat beberapa tanda hidup bahagia:
1. Rezeki yang Halal
Rezeki yang halal membuat hidup menjadi bahagia dan berkah, segala urusan menjadi mudah, keluarga penuh sakinah, mawaddah, dan rahmah, putra-putrinya salih dan salihah, jiwa raga semangat untuk ibadah, harta melimpah ruah, bisa digunakan untuk haji dan umrah ke Makkah, serta ziarah Nabi Muhammad SAW di Madinah, dan meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Âmîn.
Rezeki yang halal menjadi pertanda seseorang hidup bahagia di dunia ini.
Hal ini terbukti jika kita melihat beberapa contoh dalam kehidupan nyata yakni sebuah keluarga yang serba pas-pasan, membesarkan putra putrinya dengan serba kekurangan, namun dengan harta yang halal, alhmdulillah berkah dan dapat untuk mengarungi kehidupan.
Walaupun jika dirumuskan dengan matematika manusia, tidak akan cukup. Namun matematika Allah dapat mencukupinya.
Bagaimana tidak, jika sebulan penghasilan kurang dari satu juta, harus menghidupi 5 anaknya, namun bisa cukup.
Tidak hanya itu, karena berkah rezeki halal, anak-anaknya juga menjadi orang yang dapat dibanggakan. Rezeki yang halal merupakan tanda hidup bahagia.
2. Qanaah atau Ridha dengan Pemberian Allah
Dalam bahasa Jawa, qanaah disebut nerimo ing pandum (menerima terhadap bagian yang diberikan Allah SWT).
Seseorang yang memiliki uang banyak, jabatan yang tinggi, harta yang melimpah ruah, namun tidak memiliki sifat qanaah, ia akan selalu kurang, serakah, rakus, dan tentunya hidupnya tidak bahagia.
Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadits Riwayat Imam Muslim dalam Shahih Muslim juz 2 halaman 730 sebagai berikut:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ
Artinya: Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi kecukupan rezeki, dan diberikan qanaah oleh Allah atas apa yang diberikan kepadanya.
Bagaimana agar kita bisa qanaah? Nabi bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai berikut:
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ
Artinya: Lihatlah orang yang ada di bawah kalian, jangan melihat seseorang yang ada di atas kalian, hal tersebut agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah kepada kalian. (HR Muslim).
Sebagai contoh, seseorang yang memiliki mobil harus bersyukur karena masih banyak orang yang naik motor dan tidak mampu membeli mobil.
Mereka yang naik motor harus bersyukur karena masih banyak yang naik sepeda dan tidak mampu membeli motor.
Orang yang naik sepeda juga wajib bersyukur, karena masih ada yang berjalan kaki dan tidak mampu membeli sepeda.
Begitu juga orang yang berjalan, harus bersyukur karena masih ada yang tidak bisa berjalan, dan begitu seterusnya.
Dan tentu saja orang yang memiliki sifat qanaah menunjukkan hidupnya bahagia dan tidak susah.
3. Taufiquhu Ilath Thâ‘at
Dalam artian mendapatkan pertolongan Allah untuk melakukan kebaikan, ibadah, dan taat kepada Allah SWT.
Bagaimana agar kita mendapatkan pertolongan Allah? Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Muhammad ayat 7:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ
Artinya: Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
Menurut Imam ath-Thabari dalam Tafsir Jamiul Bayan juz 21 halaman 191, Allah akan menolong orang yang beramal sesuai dengan apa yang dicintai dan diridhai Allah SWT, yaitu orang yang berjuang di jalan Allah.
Seperti orang yang menuntut ilmu, mengajar di lembaga keilmuan, orang yang memakmurkan masjid, dan lainnya.
Merekalah orang yang akan mendapatkan pertolongan Allah dan hidupnya akan diwarnai dengan kebahagiaan.
4. Merasakan Manisnya Beribadah
Atau disebut dengan halâwah thâ‘ât. Yaitu merasakan manisnya ibadah dan taat kepada Allah SWT.
Nabi bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari, juz 1 halaman 12 sebagai berikut:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُوْنَ اللّٰهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Artinya: Ada tiga orang yang dapat menemukan manisnya keimanan: (1) orang yang lebih mencintai Allah dan Rasul dibanding selainnya, (2) orang yang mencintai seseorang karena Allah, (3) orang yang membenci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci dimasukkan ke neraka.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa anjuran Rasulullah agar kita menggapai kebahagiaan adalah memperoleh rezeki yang halal, qanaah (menerima) apa yang telah diberikan Allah, mendapat pertolongan Allah dalam ketaatan, dan dapat merasakan nikmatnya keimanan. Semoga kita semua selalu mendapatkan rahmat Allah agar kita menjadi manusia yang bahagia hidup di dunia dan akhirat, amin.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
2. Khutbah Jumat Jumadil Akhir
Keistimewaan Jumadil Akhir dan Amalan
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ،
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ.
اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ اَحْسَنَهٗ ۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدٰىهُمُ اللّٰهُ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمْ اُولُوا الْاَلْبَابِ
Segala puji bagi Allah Swt., atas segala karuniaNya yang tidak terhitung kepada kita semua.
Selawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, sosok yang dinantikan syafaatnya di yaumulkiamah kelak. Amin.
Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah dengan patuh dan tunduk atas segala larangan-laranganNya.
Sebab yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Khatib dalam kesempatan ini akan menyampaikan khotbah tentang keistimewaan Jumadil Akhir beserta amalannya.
Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,
Kita telah memasuki bulan Jumadil Akhir 1445 Hijriah mulai Kamis, 14 Desember 2023 lalu. Jumadil Akhir merupakan bulan keenam dalam kalender kamariah.
Jumadil Akhir juga kerap disebut dengan Jumadi al-Tsani, Jumadi al-Tsaniah, dan Jumadi al-Akhirah.
Meskipun tidak sepopuler Rajab, Syakban, atau Ramadan, bulan Jumadil Akhir adalah bulan yang mulia. Sebab di bulan tersebut, terkandung beberapa peristiwa bersejarah Islam.
Pertama, lahirnya putri sulung Rasulullah Saw. dengan Khadijah Ra. yakni Fatimah Az-Zahra Ra. pada Jumat, 20 Jumadil Akhir sekitar 5 tahun sebelum masa kenabian di Makkah.
Kedua, wafatnya Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq pada 22 Jumadil Akhir. Sahabat Abu Bakar kemudian dikebumikan di samping makam Rasulullah Saw.
Ketiga, meletusnya Perang Bassorah (Perang Jamal) antara sekutu Ali bin Abi Thalib Ra.
Dengan sekutu Aisyah Ra. pada 10 Jumadil Akhir 655 M. Salah satu alasan terjadinya perang tersebut karena Ali bin Abi Thalib tidak kunjungi menghukum pembunuh Utsman bin Affan Ra.
Baca Juga: 3 Khutbah Jumat Bulan Jumadil Awal, Singkat Namun Menyentuh Hati
Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,
Terlepas dari berbagai peristiwa yang terjadi di bulan Jumadil Akhir, umat Islam dianjurkan mengisi waktu tersebut dengan meningkatkan ibadah. Banyak amalan sunah yang dapat dilakukan di bulan Jumadil Akhir.
Pertama, umat Islam dapat menunaikan Puasa Senin-Kamis di bulan Jumadil Akhir. Rasulullah Saw. mencontohkan amalan sunah tersebut sebagaimana dijelaskan sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah sebagai berikut:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أَكْثَرُ مَا يَصُومُ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ تُعْرَضُ الْأَعْمَالُ كُلَّ اثْنَيْنِ وَخَمِيسٍ فَأُحِبَّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya:
"Bahwasanya Nabi saw lebih sering berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Amalan-amalan manusia diajukan kepada Allah setiap hari Senin dan Kamis, maka saya senang apabila amalan saya [pada hari tersebut] dan saya berpuasa pada hari tersebut," (HR. Ahmad dari Abu Hurairah).
Kedua, kaum muslim dapat menjalankan Puasa Ayyamul Bidh di sisi menunaikan Puasa Senin-Kamis.
Puasa Ayyamul Bidh adalah amalan yang dinasihatkan untuk dilakukan kaum muslim sebagaimana hadis berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلَاثٍ لَا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلَاثَةِ أَيَّاامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلَاةِ الضُّحَى وَنَوْمٍ عَلَى وِتْر
Artinya:
"Dari Abu Hurairah RA, dia berkata,"Kekasihku [Rasulullah Saw] mewasiatkan kepadaku tiga nasehat yang aku tidak pernah meninggalkannya hingga aku mati, yaitu berpuasa tiga hari setiap bulan [ayyamul bidh], mengerjakan sholat Dhuha, dan mengerjakan shalat Witir sebelum tidur," (HR. Bukhari no 1178).
Ketiga, kaum muslim dapat memperbanyak sedekah di bulan Jumadil Akhir. Sedekah adalah amalan yang memuat nilai sosial. Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 267 tentang anjuran sedekah sebagai berikut:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ اَخْرَجْنَا لَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ ۗ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ مِنْهُ تُنْفِقُوْنَ وَلَسْتُمْ بِاٰخِذِيْهِ اِلَّآ اَنْ تُغْمِضُوْا فِيْهِ ۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ
Arab Latinnya:
Yā ayyuhal-lażīna āmanū anfiqū min ṭayyibāti mā kasabtum wa mimmā akhrajnā lakum minal-arḍ(i), wa lā tayammamul-khabīṡa minhu tunfiqūna wa lastum bi'ākhiżīhi illā an tugmiḍū fīh(i), wa‘lamū annallāha ganiyyun ḥamīd(un).
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, berinfaklah [di jalan Allah] sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji,” (Al-Baqarah [2]: 267).
Selain di atas, amalan lain yang dapat ditunaikan di bulan Jumadil Akhir seperti Salat Tahajud, Salat Duha, membaca Al-Qur'an, berzikir, dan sebagainnya.
Hadirin kaum muslimin, jemaah Jumat rahimakumullah,
Demikianlah khotbah tentang keistimewaan Jumadil Akhir beserta amalannya. Semoga apa yang telah disampaikan memberikan kebermanfaatan kepada khatib maupun jemaah sekalian. Di samping itu, Allah Swt. menjadi rida atas segala amalan yang kita perbuat. Aamiin allahumma aamiin.
بَارَكَ اللَّهُ لِىْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَاِيَّاكُمْ تِلاَ وَتَه اِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ
3. Khutbah Jumat Jumadil Akhir
Senantiasa Bersyukur atas Segala Nikmat
اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا
اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا
أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin Jamaah Jumat yang Mulia
Dalam kesempatan yang baik ini marilah kita tanamkan tekad yang kuat untuk mengisi hari-hari demi meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai wujud rasa syukur atas kehidupan yang telah dianugerahkan.
Dengan iman dan takwa sebagai rasa syukur kita wujudkan kehidupan yang damai, makmur dan sentosa dengan penuh kesadaran akan jabatan sebagai khalifah di muka bumi yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT kelak di hari pengadilan.
Dan percayalah bahwa takwa adalah bekal terbaik saat menghadap kepada-Nya.
Hadirin Jamaah yang Mulia
Suatu ketika Nabi Sulaiman ‘Alaihisalam bersama sejumlah tentara pengawalnya yang terdiri dari manusia dan jin mengadakan perjalanan jauh.
Di tengah jalan mereka bertemu dengan sekelompok semut yang sedang bekerja mengangkut makanan ke sarangnya. Pimpinan semut berseru kepada anggotanya:
يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
Artinya: Wahai sekalian semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya sedangkan mereka tidak menyadari. (QS. Al-Naml: 18).
Nabi Sulaiman yang dianugerahi Allah kemampuan mengerti bahasa binatang di antara kelebihan-kelebihannya yang lain hanya tersenyum demi mendengar perkataan seekor semut itu. Nabi Sulaiman pun langsung memanjatkan doa:
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
Artinya: Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku ilham agar tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku berbuat kebaikan yang Engkau ridhai masukkan aku dengan kasih-sayang-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih. (QS Al-Naml: 19).
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Sungguh luar biasa sikap yang ditunjukkan oleh Nabi Sulaiman. Seorang yang memiliki kekuasaan yang besar dan harta kekayaan yang berlimpah, dikawal oleh pasukan besar manusia dan jin, berkemampuan mengerti dan berbahasa bahasa binatang, yang terpatri dalam kalbunya dan terucap dari bibirnya adalah rasa syukur.
Berterima kasih atas anugerah yang dicurahkan Allah kepadanya.
Kebanyakan manusia seringkali lupa bersyukur tatkala mendapatkan sedikit saja kenikmatan apalagi banyak.
Berbeda dengan Nabi Sulaiman, yang karena sikap kerendahan hatinya pantas ditunjuk oleh Allah sebagai nabi yang harus kita teladani perbuatan dan tingkah lakunya, justru tak lupa bersyukur atas seluruh kenikmatan yang diperolehnya kepada Allah.
Syukur adalah seutama-utama tingkah laku. Jika kita membaca Al-Qur`an, membuka lembaran pertamanya, akan kita temukan bahwa kitab suci pun memulai segala pengetahuannya dengan ungkapan rasa syukur kepada Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dengan ungkapan alhamdu lillahi rabbil alamin (segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam).
Syukur adalah hikmah, atau sebagaimana diartikan para filosof dengan pengetahuan sejati, pengetahuan sejati pertama yang diterima oleh Lukman al-Hakim.
Allah Subhanahu Wa Taala menceritakan sebagai berikut:
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
Artinya: Dia sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu ‘bersyukurlah kepada Allah dan barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji. (QS. Luqman: 12).
Mengapa syukur menjadi tingkah laku utama? Karena nikmat Allah sudah begitu besar dan begitu banyak terlimpah kepada kita semua.
Rasanya begitu malu jika kita masih meminta-minta kepada Allah, padahal sudah begitu banyak yang Ia curahkan.
Kita terlalu banyak meminta tapi sedikit sekali bersyukur. Seharusnya kita banyak bersyukur tapi juga banyak meminta, karena Allah justru akan marah jika kita tidak meminta kepada-Nya.
Ini menandakan bahwa sebanyak apapun kita meminta nikmat Allah tidak jua habis dikuras.
Allah sendiri menggambarkan dengan cara yang sangat cantik sekali seberapa banyak nikmat yang dapat Ia limpahkan kepada sekalian makhluk-Nya. Allah berfirman:
قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا
Artinya: Katakanlah wahai Muhammad, seandainya air laut dijadikan tinta untuk menghitung kalimah atau nikmat Tuhanku, maka habislah lautan itu sebelum nikmat-nikmat selesai dicatat, bahkan jika seandainya Allah mendatangkan lagi jumlah lautan yang sama. (QS Al-Kahf: 109).
Nikmat Allah begitu banyak, bahkan kehidupan hari ini adalah sebagian dari nikmat Allah Subhanahu Wa Taala.
Dengan diberikan kehidupan kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk membuktikan diri sebagai orang-orang yang pantas mendapat ridha Allah dan memasuki surga-Nya.
Ingatlah bahwa orang-orang yang telah meninggal berharap diberikan lagi kehidupan agar diberikan lagi kesempatan beribadah dan beramal, karena jika maut sudah menjemput kesempatan berbuat kebaikan sudah musnah dan harapan hidup di akhirat dengan keadaan berbahagia telah pupus.
Nikmat Allah begitu banyak, bahkan nafas dan detak jantung yang bekerja saat ini adalah sebagian nikmat Allah Subhanahu Wa Taala.
Banyangkanlah, jika menderita sesak napas saja, sudah begitu menderitanya kita, apalagi jika nafas ini dicabut oleh Allah.
Atau bayangkanlah jika detak jantung ini terlalu cepat atau terlalu lambat, sudah begitu sakitnya terasa oleh kita, apalagi jika jantung sudah tak lagi bekerja memompa darah ke seluruh tubuh.
Ingatlah, karena itu untuk selalu bersyukur. Wajar kiranya Rasulullah dan para ulama mengajarkan kita untuk memulai hari dengan ungkapan rasa syukur. Hal itu melalui doa sederhana yang diajarkan guru-guru agama sejak masih kecil:
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَمَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nya-lah tempat kembali.
Hadirin Rahimakumullah
Lalu apakah syukur itu? Syukur jelas bukanlah sekadar hamdalah yang diucapkan dengan sangat fashih.
Tetapi ia lebih berupa pengakuan sungguh-sungguh bahwa semua rejeki dan anugerah yang menghadirkan perasaan nikmat dalam jiwa kita tidak didapat dengan usaha sendiri, melainkan berasal hanya dari Allah Subhanahu Wa Taala.
Oleh karena itu, orang yang bersyukur akan terpatri dalam hatinya bahwa semua kenikmatan, pengetahuan, kemampuan, kekuasaan, dan harta yang dimiliki karena kehendak dan perbuatan Allah Subhanahu Wa Taala, bukan karena kehendak dan perbuatan usaha sendiri.
Dengan pengakuan ini maka orang yang bersyukur akan menempatkan Allah sebagai sumber kenikmatan yang didapatnya.
Kemudian kita memahami bahwa Allah adalah sumber kebaikan yang diketahui dari nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
Maka dari itu, orang yang bersyukur akan memanfaatkan semua pengetahuan, kemampuan, kekuasaan, harta dan segala kenikmatan lainnya untuk kebaikan.
Dengan berbuat kebaikan menggunakan rejeki dari Allah itu, orang yang bersyukur akan menciptakan kehidupan yang baik, kemakmuran masyarakat pun lahir, ketenteraman tercipta, stabilitas terpelihara dan peradaban yang maju pun akan menghampiri hidupnya dan bangsanya.
Inilah yang dimaksud hikmah Allah yang diberikan kepada Luqman: dan barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri.
Orang yang tidak bersyukur disebut Allah dengan kufur atau dijabarkan lagi oleh ulama dengan sebutan kufur ni'mah. Kata kufur juga berarti ingkar terhadap Allah.
Orang yang ingkar disebut dengan kafir. Karena itu, orang yang tidak bersyukur berarti mengingkari bahwa pengetahuan, kemampuan, kekuasaan, harta dan segala kenikmatan lain yang diperolehnya berasal dari Allah.
Dalam hatinya ia merasa bahwa nikmat yang didapatnya berasal dari usaha dirinya sendiri.
Dengan ini maka orang yang tidak bersyukur disamakan Allah dengan orang yang ingkar terhadap Allah, atau disebut dengan orang kafir.
Hadirin yang Mulia
Di sini kita mengetahui bahwa ternyata sebutan kafir tidak hanya disematkan kepada orang yang bukan Islam yang ingkar terhadap Allah dan hari akhir serta tak beramal salih, tetapi juga dikenakan kepada orang muslim yang tidak bersyukur.
Dengan demikian, rasa syukur mengandung unsur ketauhidan karena berhubungan dengan pengakuan akan kemahakuasaan Allah Subhanahu Wa Taala.
Rasa syukur juga mengandung unsur ajaran akhlak dalam Islam, sebab ia berhubungan dengan perbuatan baik yang dilakukan orang bersyukur, yang jika dilakukan akan mendatangkan kebaikan dan kenikmatan yang lebih banyak lagi dan sebaliknya jika nikmat dipergunakan untuk perbuatan buruk dan jahat akan mendatangkan keburukan dan kejahatan yang lebih besar lagi.
Inilah nampaknya makna yang terkandung dalam firman Allah:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: Jika engkau bersyukur atas nikmat-nikmat-Ku maka akan Ku tambahkan nikmat-nikmat itu, tetapi jika engkau kufr (ingkar tidak mengakui bahwa itu semua dari-Ku) maka azab-Ku sangatlah pedih. (QS Ibrahim:7)
Mari kita budayakan kebiasaan untuk selalu bersyukur kepada Allah. Semoga kita semua digolongkan oleh Allah termasuk dalam golongan hamba-hamba-Nya yang shalih sebagai mana doa Nabi Sulaiman Alaihissalam di atas, amin ya rabbal alamin.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: 3 Khutbah Jumat Singkat tentang Akhlak, Penuh Makna dan Menyentuh Hati