Klaten, Sonora.ID – Ratusan penggemar memadati pemakaman Ki Warseno Slenk, dalang kondang yang tutup usia pada Kamis (12/12/2024). Pemakaman yang terletak di Desa Juwiring, Kabupaten Klaten, menjadi saksi betapa besar cinta dan penghormatan masyarakat terhadap seniman legendaris ini.
Salah satu penggemar, Kirtinah (60), warga Desa Jatimulyo, Kecamatan Pedan, datang bersama rombongan puluhan orang menggunakan sepur kelinci untuk menghadiri prosesi tersebut.
"Datang (pemakaman) karena ingin menyatakan duka cita,” ungkapnya.
Kirtinah menceritakan bahwa setiap tahun di Dusun Tanggalan, tempat tinggalnya, diadakan pertunjukan wayang kulit sebagai tradisi bersih desa sebelum memasuki bulan puasa atau bulan Ruwah.
Dalam acara itu, Ki Warseno Slenk selalu menjadi dalang yang ditunggu-tunggu masyarakat, meneruskan tradisi ayahnya, Ki Sadiyun Harjo Darsono, yang juga merupakan dalang ternama di masanya.
“Gandeng wes sedo, diganti anak e. Warseno (karena meninggal, diganti anaknya Warseno),” jelas Kirtinah, mengingat pesan Ki Sadiyun yang meminta tradisi pedalangan dilanjutkan oleh keturunannya.
Kini, pentas wayang di desanya dilanjutkan oleh Amar Pradopo, putra Ki Warseno, yang juga seorang dalang.
Sebelumnya diberitakan, Ki Warseno Slenk meninggal dunia pada Kamis (12/12/2024) pukul 04.30 WIB di RS PKU Muhammadiyah Solo akibat serangan jantung. Almarhum sempat menjalani perawatan intensif selama tiga hari sebelum tutup usia pada umur 59 tahun.
Baca Juga: Wayang Topeng Dalang Klaten Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Takbenda
Jenazah Ki Warseno disemayamkan di rumah duka, Griya Duhkito, Kranggan RT 02/18, Makam Haji Kartasura, Sukoharjo, sebelum diberangkatkan ke tempat peristirahatan terakhir di Desa Juwiring.
Ki Warseno lahir pada 18 Juni 1965 dan merupakan adik kandung dalang Ki Anom Suroto. Selain dikenal sebagai seniman wayang kulit, ia mencatatkan sejarah sebagai satu-satunya dalang yang menyandang gelar doktor.
Penelitiannya berfokus pada akuntabilitas dalam pagelaran wayang kulit, yang membuatnya dihormati di ranah seni dan akademik.
Dalam kehidupan pribadinya, Ki Warseno meninggalkan seorang istri, Asih Purwaningtyas, dua putra, Briyan Pandhit dan Amar Pradopo, serta seorang cucu perempuan, Hagia Ambika. Dari kedua putranya, Amar Pradopo meneruskan jejak ayahnya sebagai dalang.
Kepergian Ki Warseno Slenk meninggalkan duka mendalam di hati para penggemar dan komunitas seni. Namun, dedikasi almarhum dalam melestarikan seni dan budaya Jawa menjadi warisan berharga yang akan terus hidup melalui karya-karya dan tradisi yang telah ia jaga.
Sebagai dalang kondang, kontribusi Ki Warseno dalam dunia seni wayang kulit tidak hanya memperkaya budaya, tetapi juga menginspirasi generasi penerus.
Penulis: Nasywa Nur Fauziah