Bidadari Pergi Tak Berpamit
Karya: Della Puspita
Jerit kalbu memekik pilu
Duka selaksa kian terasa
Wajah berseri kini pucat pasi
Belai tangan takkan terasa lagi
Dalam sepi ku ratapi
Kasih pergi tanpa permisi
Terisak tangis tersembunyi
Bayang gelap menyelimuti
Kendati banyak mata mengasihani
Sosok putri kini seorang diri
Teringat pesan yang kau ajari
Ingatlah tuhan bahwa kau tak sendiri
Teruntuk segala hal yang kau torehkan
Kata yang tak sempat ku ucapkan
Terima kasih semesta telah menghadirkan
Bidadari terindah dalam kehidupan
7. Puisi untuk Hari Ibu yang Menyentuh Hati
Surau-surau yang Kubangun, Ibu
Karya: Hafney Maulana
Surau-surau yang kau bangun Ibu
Mengalir bersama darah dari sungging
Senyum bahagiamu
Dari tempat itu, ku kayuh bidukku
Memburu zikir tahmid dan tahlil
Ibu, sebatang alif yang kau suapkan dulu
Ibu, azan dalam suraumu
Jadi tongkat penepis ombak yang menjilat jejak
Jadi palu pemecah matahari yang membakar hari
Ibu, di surau-suraumu
Aku mengutip-ngutip waktu
8. Puisi untuk Hari Ibu yang Menyentuh Hati
Surat untuk Ibu
Karya: Joko Pinurbo
Akhir tahun ini saya tak bisa pulang, Bu.
Saya lagi sibuk demo memperjuangkan nasib saya
yang keliru. Nantilah, jika pekerjaan demo
sudah kelar, saya sempatkan pulang sebentar.
Oh ya, Ibu masih ingat Bambang, 'kan?
Itu teman sekolah saya yang dulu sering numpang
makan dan tidur di rumah kita. Saya baru saja
bentrok dengannya gara-gara urusan politik
dan uang. Beginilah Jakarta, Bu, bisa mengubah
kawan menjadi lawan, lawan menjadi kawan.
Semoga Ibu selalu sehat bahagia bersama penyakit
yang menyayangi Ibu. Jangan khawatirkan
keadaan saya. Saya akan normal-normal saja.
Sudah beberapa kali saya mencoba meralat
nasib saya dan syukurlah saya masih dinaungi
kewarasan. Kalaupun saya dilanda sakit
atau bingung, saya tak akan memberi tahu Ibu.
Selamat Natal, Bu. Semoga hatimu yang merdu
berdentang nyaring dan malam damaimu
diberkati hujan. Sungkem buat Bapak di kuburan.
9. Puisi untuk Hari Ibu yang Menyentuh Hati
Surat dari Ibu
Karya: Asrul Sani
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
Pergi ke hidup bebas
Selama angin masih angin buritan
Dan matahari pagi menyinar daun-daunan
Dalam rimba dan padang hijau.
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
Pergi ke alam bebas
Selama hari belum petang
Dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau.
Jika bayang telah pudar
Dan elang laut pulang ke sarang
Angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
Dan nakhoda sudah tahu pedoman
Boleh engkau datang padaku
Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
"Tentang cinta dan hidupmu pagi hari"
10. Puisi untuk Hari Ibu yang Menyentuh Hati
Ibu
Karya: KH. Mustofa Bisri
Kaulah gua teduh tempatku bertapa bersamamu sekian lama
Kaulah Kawah dari mana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi yang tergetar lembut bagiku melepas lelah dan nestapa Gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam
Mata air yang tak brenti mengalir membasahi dahagaku
telaga tempatku bermain berenang dan menyelam
Kaulah Ibu, laut dan langit yang menjaga lurus horisonku
Kaulah ibu, mentari dan rembulan yang mengawal perjalananku mencari jejak sorga di telapak kakimu
11. Puisi Hari Ibu yang Menyentuh Hati
Setetes Air Mata
Karya: Hanim Fatmawati Madiun
Setetes air mata seorang ibu
Gejolak hati yang seakan akan ingin menjerit
Air mata terus mengalir
Membasahi kedua pipinya
Yang sangat lembut
Di malam yang sunyi gelap gurita
Kedinginan yang merada di tubuhnya
Hati yang terluka terhanyut dalam kesedihan
Seorang ibu terus
Meneteskan air mata
Dan ia mulai bertanya
Kepada seorang anak
Ia mulai mengucapkan
Kata-kata dengan lisan
Mulutnya seakan akan ingin marah