Sementara itu, kredit atau pembiayaan mencapai Rp153,68 triliun, tumbuh sebesar Rp6,76 triliun atau 4,60 persen (yoy) dari Rp146,92 triliun pada 31 Oktober 2023.
Secara terperinci, kata Imansyah, Bank Umum/Bank Umum Syariah yang berkantor Pusat di Provinsi Jawa Barat, mencatatkan kinerja pertumbuhan yang lebih baik dibanding periode sebelumnya, antara lain tercermin total Aset mencapai Rp198 triliun, tumbuh sebesar Rp17,52 triliun atau 9,71 persen (yoy) dari Rp180,48 triliun pada akhir Oktober 2023.
DPK mencapai Rp143 triliun, tumbuh sebesar Rp7,62 triliun atau 5,63 persen (yoy) jika dibandingkan 31 Oktober 2023 sebesar Rp135,38 triliun.
Di sisi lain, penyaluran Kredit atau Pembiayaan mencapai Rp130 triliun, tumbuh sebesar Rp6,92 triliun atau 5,62 persen (yoy) dari Rp123,08 triliun pada posisi 31 Oktober 2023, serta mampu menjaga rasio NPL gross di level yang relatif rendah yaitu 1,83 persen per 31 Oktober 2024.
Sementara itu, kinerja BPR dan BPRS di Jabar juga menunjukkan tren positif. Per 31 Oktober 2024, total Asetnya mencapai Rp32,43 triliun, tumbuh sebesar Rp1,64 triliun atau 5,33 persen (yoy) dari sebesar Rp30,79 triliun, penghimpunan DPK mencapai Rp22,37 triliun, tumbuh sebesar Rp1,32 triliun atau 6,27 persen (yoy) dari sebesar Rp21,05 triliun.
Sementara penyaluran Kredit dan Pembiayaan per 31 Oktober 2024 mencapai Rp23,68 triliun, tumbuh sebesar Rp1,81 triliun atau 8,28 persen (yoy) dari sebesar Rp21,87 triliun.
Berdasarkan prinsip kegiatan usahanya, per 31 Oktober 2024 kredit yang disalurkan BPR Konvensional mencapai Rp17,70 triliun, tumbuh sebesar Rp1,33 triliun atau 8,12 persen (yoy).
"Pertumbuhan kredit ini perlu terus diikuti dengan perbaikan kualitas kredit agar dapat dimitigasi tren kenaikan NPL gross yang mencapai 12,83 persen di akhir Oktober 2024," kata Imansyah.
Sedangkan untuk total penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) nasional per 31 Oktober 2024 yang mencapai Rp246,59 triliun dengan outstanding sebesar Rp209,69 triliun, penyaluran KUR di Jabar mencapai Rp24,71 triliun dan menempati urutan ketiga provinsi terbesar dalam penyaluran KUR setelah Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur.
Tercatat sebanyak 432.945 pelaku usaha di Provinsi Jawa Barat telah memanfaatkan pembiayaan KUR dengan nilai outstanding saat ini mencapai Rp21,64 triliun. Berdasarkan jenisnya, KUR Mikro memiliki porsi paling besar mencapai Rp15,97 triliun dan diikuti KUR Kecil sebesar Rp8,61 triliun.
Untuk Pasar Modal, hingga 30 September 2024, total Single Investor Identification (SID) di Jabar tercatat 2.862.724 SID, tumbuh 9,40 persen dibanding periode tahun sebelumnya.
"Jabar menjadi provinsi dengan jumlah SID terbanyak atau mencapai 20,67 persen secara nasional," kata Imansyah.
Sedangkan nilai total transaksi saham, Jabar telah mencapai Rp24,86 triliun. Sementara jumlah investor pasar modal terkait kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) mencapai 223.355 investor.
Saat ini sudah terdapat 83 perusahaan dari Provinsi Jawa Barat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang terdiri dari sektor Perbankan, Telekomunikasi, Properti serta Industri Makanan & Minuman.
Ke depan, kata Imansyah, OJK Jabar akan terus mencermati dinamika perekonomian yang berkembang dan meningkatkan fungsi pengawasan terhadap LJK yang ada di Provinsi Jawa Barat, serta pelindungan kepada konsumen dan masyarakat agar stabilitas sistem keuangan dapat terus terjaga, sembari memastikan kontribusi Sektor Jasa Keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat dapat terus berkelanjutan.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: 11 Hari Nataru, Daop 2 Catat 74 Ribu Penumpang Turun Naik di Stasiun Kiaracondong