Kenapa Remaja Perempuan Sering Konflik dengan Ibu? Pelajaran dari Kasus Nikita Mirzani dan Lolly

20 Januari 2025 11:34 WIB
Ilustrasi konflik antara ibu dan anak perempuan.
Ilustrasi konflik antara ibu dan anak perempuan. ( Pinterest)

"Seiring kemampuan diri yang semakin berkembang, remaja cenderung merasa tidak terlalu membutuhkan bantuan orangtua," jelas Nina.

Jika orang tua, dalam hal ini ibu, mencoba memaksakan kehendak mereka, hal tersebut bisa memperburuk keadaan.

Selain itu, banyak remaja perempuan yang merasa tidak nyaman dengan perubahan tubuhnya, seperti tubuh yang semakin tinggi atau pengalaman menstruasi.

"Ketidaknyamanan ini bisa sangat tersinggung jika disinggung dan itu sering kali memicu konflik," tambah Nina.

Konflik ini bahkan bisa dimulai jauh sebelum anak perempuan memasuki masa remaja.

"Saat masih kecil, anak perempuan cenderung menerima apa adanya. Namun ketika mereka remaja, mereka merasa bisa melawan," ungkap Nina.

Remaja yang sering berkonflik dengan ibunya cenderung merasa tertutup, cemas, dan kurang percaya diri.

Mereka merasa tidak memiliki ruang untuk berbicara atau meluapkan perasaan yang berisiko mengganggu konsentrasi, terutama dalam kegiatan belajar.

Di sisi lain, ibu yang terus-menerus berada dalam ketegangan dengan anaknya juga bisa merasakan dampak emosional yang serius.

Baca Juga: Sampai Kapan Orang Tua Wajib Menafkahi Anak, Ini Jawaban Menurut Islam

Mereka bisa merasa stres, kelelahan emosional, dan bahkan cenderung menarik diri dari pergaulan sosial akibat ketegangan yang dialami di rumah.

"Ketika berkonflik, orang tua juga bisa malas bersosialisasi dan cenderung menarik diri karena stres," jelas Nina.

Yang lebih mengkhawatirkan, konflik yang terlalu sering terjadi dalam keluarga dapat menurunkan daya tahan tubuh.

Individu yang hidup dalam lingkungan penuh ketegangan memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan, baik fisik maupun mental.

Sebagai orang tua, penting untuk memberi ruang bagi anak untuk berkembang secara mandiri, sambil tetap memberikan bimbingan yang positif.

Sementara bagi remaja, penting untuk memahami bahwa komunikasi terbuka dengan ibu dapat membantu meredakan ketegangan dan menciptakan pemahaman yang lebih baik.

Jika ketegangan dan konflik terus berlanjut, mungkin bantuan dari seorang psikolog atau konselor keluarga bisa membantu untuk menemukan solusi yang lebih baik bagi keduanya.

Penulis: Rani Dwi Oktafidiya

Penulis
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm